pola pikir semacam ini sebaiknya tidak diterima mentah-mentah. Sebaliknya, kita perlu menganalisisnya secara kritis.
Kita sering mendengar ungkapan bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan, jadi tak perlu khawatir soal pendapatan kita, yang penting berusaha. Atau, mungkin kita pernah mendengar nasihat bahwa tak apa jika pelanggan masih sedikit, nanti juga akan bertambah dengan sendirinya. Namun,Ketika ingin membuka usaha, misalnya, penting untuk memikirkan lokasi strategis, jenis produk yang diminati, konsep tempat yang menarik, hingga harga yang sesuai. Sayangnya, banyak orang berpikir bahwa cukup dengan membuka usaha di pinggir jalan dan memastikan produknya halal, rezeki akan datang dengan sendirinya karena "rezeki tak akan ke mana." Ini adalah mindset yang kurang bijak.
Memang benar, rezeki sudah diatur oleh Tuhan dan sedekah akan membawa balasan. Namun, masalahnya muncul ketika kita mengabaikan pemikiran kritis dalam menjalankan usaha dan berpikir bahwa cukup berdoa dan beribadah, tanpa memperhatikan aspek bisnis lainnya. Menganggap bahwa kesuksesan orang lain hanya karena doa, bakti kepada orang tua, dan ketaatan ritual saja, sering kali membuat kita lupa untuk meniru strategi bisnis mereka yang baik.
Pemahaman tekstual seperti ini, tanpa mempertimbangkan konteks, sering kali menjadi penghalang. Kita seharusnya tidak berhenti pada teks saja, melainkan mencari hikmah dan tujuan di baliknya. Islam mendorong kita untuk berpikir, merencanakan, dan belajar dari pengalaman serta ilmu pengetahuan. Sungguh sayang, banyak yang hanya bersandar pada keyakinan bahwa "ini sudah rezeki saya," tanpa memperhitungkan apakah produknya menarik, pelayanannya memadai, atau strategi pemasarannya tepat.
Kesuksesan usaha bukan sekadar soal doa, tetapi juga membutuhkan strategi pemasaran, lokasi yang tepat, harga kompetitif, dan upaya yang maksimal. Mengambil pelajaran dari pedagang yang sukses, kita perlu menerapkan strategi yang baik, bukan hanya percaya bahwa "itu sudah takdirnya."
Ayat dan Hadis Tentang Ilmu Dunia dan Usaha
Barang siapa yang menghendaki (kebahagiaan) dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu, dan barang siapa yang menghendaki (kebahagiaan) akhirat, maka hendaklah ia menguasai ilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya, maka hendaklah ia menguasai ilmu. (HR. Bukhari)
Hadis ini menekankan bahwa kesuksesan dunia dan akhirat memerlukan ilmu. Jika kita ingin sukses dalam bisnis atau pekerjaan di dunia, kita juga harus mempelajari dan menerapkan ilmu yang relevan.
Harapan saya, semoga kita menjadi orang yang lebih bijak dalam berpikir dan berusaha, tidak hanya memahami agama secara tekstual, tetapi juga kontekstual. Jika kita beragama, jadikan agama sebagai penuntun untuk belajar dan berkembang, bukan sebagai penghalang untuk berpikir kritis. Allah memerintahkan kita untuk berikhtiar, karena kesuksesan juga bergantung pada kerja keras dan kebijaksanaan kita dalam menjalani hidup ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H