pemikiran yang berbeda, dan bersandar pada otoritas tanpa mempertanyakan validitasnya.Â
Kita hidup di era di mana informasi mengalir cepat dan mudah diakses. Ironisnya, alih-alih menjadi lebih terbuka terhadap berbagai perspektif, banyak orang justru semakin terjebak dalam sikap dogmatis, menolakSikap ini dapat menghambat perkembangan berpikir kritis yang sangat dibutuhkan, terutama di tengah arus informasi yang masif saat ini. Lebih jauh lagi, dogmatisme bisa memperlambat kemajuan Indonesia secara keseluruhan.
Apa Itu Dogmatisme?
Dogmatisme adalah sikap di mana seseorang mempertahankan keyakinannya secara kaku dan tidak terbuka terhadap sudut pandang lain, bahkan ketika dihadapkan pada bukti atau argumen yang lebih kuat. Sikap ini tidak terbatas pada satu aspek kehidupan saja; baik dalam keyakinan religius, politik, hingga kehidupan sehari-hari, dogmatisme dapat muncul kapan saja.Â
Orang-orang yang terjebak dalam dogma sering kali mengandalkan otoritas tertentu sebagai satu-satunya sumber kebenaran, meskipun kenyataannya informasi tersebut bisa saja tidak akurat atau bias.
Dogmatisme dan Bias Otoritas di Era Informasi
Salah satu faktor utama yang memperkuat dogmatisme adalah bias otoritas. Di era informasi saat ini, meskipun kita memiliki akses mudah untuk memverifikasi informasi, banyak orang masih memilih untuk mempercayai pandangan dari tokoh yang dianggap berotoritas tanpa mengkritisinya terlebih dahulu.Â
Sebagai contoh, dalam politik, seseorang mungkin mempercayai sepenuhnya apa yang dikatakan oleh pemimpin atau tokoh idola mereka tanpa mempertimbangkan apakah argumen tersebut didukung oleh fakta.
Hal ini semakin diperparah oleh adanya algoritma media sosial yang sering kali hanya menyajikan informasi yang sesuai dengan keyakinan kita. Bias konfirmasi ini membuat seseorang semakin terjebak dalam pandangan yang sama, tanpa pernah mengeksplorasi pandangan lain.
Alasan Mengapa Banyak Orang Indonesia Menolak Pemikiran Lain
Ada beberapa alasan yang menjelaskan mengapa banyak orang cenderung menolak pemikiran lain meskipun mereka memiliki akses informasi yang melimpah:
1. Kenyamanan dalam Keyakinan Lama
Membuka diri terhadap pemikiran baru sering kali menuntut upaya dan keberanian untuk mempertanyakan keyakinan lama. Banyak orang merasa nyaman dengan apa yang sudah mereka percayai, dan berpikir kritis sering kali dianggap sebagai tantangan terhadap stabilitas mental mereka.
 Inilah sebabnya banyak orang lebih suka bertahan dalam keyakinan lama mereka meskipun ada bukti atau argumen yang lebih baik.
2. Pengaruh Sosial dan Budaya
Dalam budaya yang sangat menghormati otoritas, seperti di Indonesia, ada tekanan untuk menerima pandangan yang berasal dari tokoh berotoritas tanpa mempertanyakannya. Hal ini tidak hanya terjadi dalam aspek religius, tetapi juga dalam kehidupan politik dan sosial. Tekanan ini mendorong sikap dogmatis, di mana pendapat yang berbeda sering kali dianggap tidak sah atau kurang bernilai.