Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya lebih suka mengkritik kebiasaan masyarakat Indonesia yang tidak baik dan seharusnya kita rubah menjadi kebiasaan yang lebih baik seperti bangsa Eropa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inilah Alasan Kenapa Banyak Orang Indonesia Menolak Pemikiran Lain

24 Oktober 2024   13:17 Diperbarui: 24 Oktober 2024   13:27 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar orang yang bekerja keras (Dari:chatgpt.com)

Kita hidup di era di mana informasi mengalir cepat dan mudah diakses. Ironisnya, alih-alih menjadi lebih terbuka terhadap berbagai perspektif, banyak orang justru semakin terjebak dalam sikap dogmatis, menolak pemikiran yang berbeda, dan bersandar pada otoritas tanpa mempertanyakan validitasnya. 

Sikap ini dapat menghambat perkembangan berpikir kritis yang sangat dibutuhkan, terutama di tengah arus informasi yang masif saat ini. Lebih jauh lagi, dogmatisme bisa memperlambat kemajuan Indonesia secara keseluruhan.

Apa Itu Dogmatisme?
Dogmatisme adalah sikap di mana seseorang mempertahankan keyakinannya secara kaku dan tidak terbuka terhadap sudut pandang lain, bahkan ketika dihadapkan pada bukti atau argumen yang lebih kuat. Sikap ini tidak terbatas pada satu aspek kehidupan saja; baik dalam keyakinan religius, politik, hingga kehidupan sehari-hari, dogmatisme dapat muncul kapan saja. 

Orang-orang yang terjebak dalam dogma sering kali mengandalkan otoritas tertentu sebagai satu-satunya sumber kebenaran, meskipun kenyataannya informasi tersebut bisa saja tidak akurat atau bias.

Dogmatisme dan Bias Otoritas di Era Informasi
Salah satu faktor utama yang memperkuat dogmatisme adalah bias otoritas. Di era informasi saat ini, meskipun kita memiliki akses mudah untuk memverifikasi informasi, banyak orang masih memilih untuk mempercayai pandangan dari tokoh yang dianggap berotoritas tanpa mengkritisinya terlebih dahulu. 

Sebagai contoh, dalam politik, seseorang mungkin mempercayai sepenuhnya apa yang dikatakan oleh pemimpin atau tokoh idola mereka tanpa mempertimbangkan apakah argumen tersebut didukung oleh fakta.

Hal ini semakin diperparah oleh adanya algoritma media sosial yang sering kali hanya menyajikan informasi yang sesuai dengan keyakinan kita. Bias konfirmasi ini membuat seseorang semakin terjebak dalam pandangan yang sama, tanpa pernah mengeksplorasi pandangan lain.

Alasan Mengapa Banyak Orang Indonesia Menolak Pemikiran Lain
Ada beberapa alasan yang menjelaskan mengapa banyak orang cenderung menolak pemikiran lain meskipun mereka memiliki akses informasi yang melimpah:

1. Kenyamanan dalam Keyakinan Lama
Membuka diri terhadap pemikiran baru sering kali menuntut upaya dan keberanian untuk mempertanyakan keyakinan lama. Banyak orang merasa nyaman dengan apa yang sudah mereka percayai, dan berpikir kritis sering kali dianggap sebagai tantangan terhadap stabilitas mental mereka.

 Inilah sebabnya banyak orang lebih suka bertahan dalam keyakinan lama mereka meskipun ada bukti atau argumen yang lebih baik.

2. Pengaruh Sosial dan Budaya
Dalam budaya yang sangat menghormati otoritas, seperti di Indonesia, ada tekanan untuk menerima pandangan yang berasal dari tokoh berotoritas tanpa mempertanyakannya. Hal ini tidak hanya terjadi dalam aspek religius, tetapi juga dalam kehidupan politik dan sosial. Tekanan ini mendorong sikap dogmatis, di mana pendapat yang berbeda sering kali dianggap tidak sah atau kurang bernilai.

3. Takut Terlihat Salah atau Bodoh
Banyak orang enggan mempertanyakan pendapat otoritas atau berpikir kritis karena takut terlihat bodoh atau salah di depan orang lain. Ketakutan ini mendorong mereka untuk menerima informasi begitu saja, daripada mempertaruhkan harga diri mereka dengan mengkritisi atau memeriksa lebih dalam.

4. Bias Konfirmasi dalam Media Sosial
Media sosial berperan besar dalam memperkuat dogmatisme. Algoritma platform seperti Facebook, Instagram, atau Twitter cenderung menampilkan konten yang sejalan dengan keyakinan kita, sehingga jarang sekali kita dihadapkan pada sudut pandang yang berbeda. Hal ini memperkuat bias konfirmasi, di mana seseorang terus-menerus dikonfirmasi dalam pandangannya dan semakin sulit menerima pemikiran lain.

Dampak Dogmatisme Terhadap Kemajuan Indonesia
Dogmatisme tidak hanya merugikan individu, tetapi juga bisa memperlambat kemajuan bangsa. Ketika masyarakat tidak terbuka terhadap ide-ide baru, inovasi menjadi terhambat. Dalam konteks negara berkembang seperti Indonesia, inovasi dan pemikiran kreatif sangat dibutuhkan untuk memecahkan berbagai masalah yang ada, mulai dari pendidikan, ekonomi, hingga masalah sosial lainnya.

Sebagai contoh, di bidang teknologi dan industri, jika masyarakat atau pembuat kebijakan terjebak dalam dogma yang kaku dan menolak perubahan, hal ini bisa memperlambat adopsi teknologi baru atau metode kerja yang lebih efisien. Ketika individu atau kelompok berpikir bahwa cara lama adalah yang terbaik tanpa mau membuka diri terhadap inovasi, negara akan kesulitan untuk bersaing di pasar global yang terus berubah.

Cara Mengatasi Dogmatisme dan Mendorong Pemikiran Kritis
Untuk mempercepat kemajuan, perlu adanya upaya untuk mengurangi dogmatisme dan mendorong pemikiran kritis. Beberapa langkah yang bisa dilakukan meliputi:

1. Mendorong Pendidikan Kritis Sejak Dini
Pendidikan yang menekankan pada kemampuan berpikir kritis dan analitis perlu diterapkan di semua tingkatan pendidikan. Anak-anak harus diajarkan untuk mempertanyakan informasi, mencari bukti, dan terbuka terhadap perspektif lain. Ini akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang berpikir mandiri dan tidak mudah terjebak dalam dogma.

2. Meningkatkan Literasi Media
Literasi media menjadi sangat penting di era informasi. Masyarakat perlu diajarkan cara memverifikasi informasi, membedakan antara berita palsu dan fakta, serta memahami bias yang mungkin ada dalam sebuah laporan atau argumen.

3. Membuka Ruang untuk Dialog yang Terbuka
Salah satu cara untuk mengatasi dogmatisme adalah dengan menciptakan ruang di mana orang dapat berdialog secara terbuka tanpa rasa takut dihakimi. Dialog yang sehat dan terbuka akan membantu masyarakat memahami sudut pandang lain dan mengurangi kecenderungan untuk menolak pemikiran baru.

Kesimpulan
Dogmatisme di era informasi adalah salah satu tantangan besar bagi kemajuan masyarakat Indonesia. Sikap yang menolak pemikiran lain tanpa mempertimbangkan fakta atau argumen yang lebih baik dapat memperlambat inovasi dan membatasi kemampuan negara untuk berkembang. Untuk melawan ini, kita perlu membangun budaya berpikir kritis dan terbuka terhadap perspektif baru. Hanya dengan cara ini, Indonesia dapat maju dan bersaing di dunia global yang terus berubah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun