Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan komunikasi dan saya ingin memberikan opini, pendapat atau bisa juga pengalaman hidup saya kepada anda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenapa Banyak Siswa di Indonesia Malas Belajar? Ini Penyebabnya

23 Oktober 2024   06:45 Diperbarui: 23 Oktober 2024   06:52 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar anak tertidur di kelas (Dari: chatgpt.com)

Masalah rendahnya motivasi belajar di kalangan siswa Indonesia bukanlah hal yang baru. Di berbagai jenjang pendidikan terutama di SMA, sering kali kita menemukan siswa yang cenderung malas untuk belajar, hanya mengikuti arus, atau sekadar meniru pekerjaan teman. Fenomena ini tentu tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa penyebab yang mendasari kenapa banyak siswa merasa enggan untuk belajar dan berpikir kritis. Berikut adalah beberapa faktor utama yang memengaruhi rendahnya semangat belajar di Indonesia.

1. Pelajaran yang Tidak Relevan dengan Kehidupan Nyata
Salah satu alasan utama mengapa siswa malas belajar adalah karena mereka merasa bahwa apa yang mereka pelajari tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari atau masa depan mereka. Pelajaran seperti matematika, fisika, dan kimia sering kali dianggap tidak akan digunakan di dunia kerja. Akibatnya, siswa kehilangan motivasi untuk mempelajari hal-hal yang menurut mereka tidak akan berguna.

Ini menjadi semakin jelas ketika banyak siswa berkata, "Untuk apa kita belajar ini? Toh nanti kita tidak akan menggunakannya saat bekerja." Pandangan ini membuat mereka memprioritaskan lulus sekolah untuk langsung bekerja, bukan untuk memahami atau menguasai pelajaran.

2. Metode Pengajaran yang Tidak Menarik

Guru memiliki peran penting dalam membangkitkan minat belajar siswa. Namun, jika metode pengajaran terlalu monoton dan hanya berfokus pada hafalan atau sekadar menyelesaikan kurikulum, siswa bisa merasa bosan dan kehilangan minat. Kurangnya interaksi, diskusi, atau contoh praktis yang relevan dengan dunia nyata membuat pelajaran terasa membosankan dan tidak berharga bagi mereka.

Seharusnya, metode pengajaran dapat lebih inovatif, mengintegrasikan minat siswa dengan pelajaran. Misalnya, bagi siswa yang menyukai olahraga, matematika bisa diajarkan melalui konteks perhitungan dalam pertandingan bola. Ini membuat siswa merasa bahwa pelajaran memiliki hubungan dengan minat mereka dan lebih termotivasi untuk belajar.

3. Budaya Meniru dan Malas Berpikir
Salah satu masalah yang sering ditemui di sekolah adalah banyak siswa yang hanya meniru pekerjaan teman atau menjiplak tanpa berpikir sendiri. Ini sering kali terjadi karena kebiasaan sejak kecil, di mana siswa diajarkan untuk mengikuti otoritas dan menelan informasi tanpa diajarkan untuk mempertanyakan atau berpikir kritis.

Budaya ini diperparah oleh kurangnya dorongan untuk berpikir mandiri. Akibatnya, siswa cenderung malas berpikir, bahkan untuk hal-hal sederhana. Jika dasar-dasar materi saja tidak dipahami, tentu akan sulit bagi mereka untuk memahami hal-hal yang lebih kompleks.

4. Tekanan Sosial dan Fokus pada Pekerjaan
Banyak siswa yang datang ke sekolah dengan tujuan utama untuk mendapatkan ijazah dan langsung bekerja. Tekanan sosial ini membuat mereka melihat sekolah sebagai sekadar langkah formal untuk masuk ke dunia kerja, bukan sebagai tempat untuk belajar atau mengembangkan kemampuan berpikir. Hal ini membuat mereka hanya melakukan "yang penting lulus," tanpa ada niat untuk benar-benar memahami materi.

Fokus pada pekerjaan sebagai tujuan utama juga menyebabkan siswa tidak terlalu peduli dengan kualitas pendidikan mereka, selama mereka bisa menyelesaikan sekolah dengan nilai yang cukup untuk mendapatkan pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun