Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan komunikasi dan saya ingin memberikan opini, pendapat atau bisa juga pengalaman hidup saya kepada anda.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyentuh Emosi, Cara Menggerakan Hati Audiens

17 Oktober 2024   20:05 Diperbarui: 17 Oktober 2024   21:37 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa yang Dingin dan Fakta Semata: “Ibu, saya ingin meminta beasiswa untuk anak saya. Dia adalah siswa yang baik dan nilai akademisnya cukup tinggi. Namun, kondisi keuangan keluarga kami sedang tidak baik, jadi saya harap sekolah bisa mempertimbangkan hal ini.”

Bahasa yang Memikat dan Penuh Emosi: “Ibu, saya datang hari ini dengan hati yang penuh harapan. Anak saya, yang sudah bekerja keras setiap hari, adalah cahaya dalam keluarga kami. Dia selalu ingin meraih mimpi-mimpinya, namun keadaan ekonomi keluarga kami membuat saya khawatir apakah dia bisa melanjutkan pendidikannya. Kami tidak mampu membiayai lebih lanjut, tapi saya tidak ingin melihat anak saya harus berhenti mengejar impiannya. Saya mohon pertimbangan, karena beasiswa ini bukan hanya tentang uang—ini tentang masa depan seorang anak yang berpotensi besar.”

3. Penyampaian yang Penuh Perasaan: Bahasa tubuh, nada suara, dan ekspresi wajah yang sesuai dengan pesan juga sangat penting. Saat Anda berbicara dengan perasaan yang tulus dan antusias, audiens akan lebih mudah merasakan emosi yang sama. Contoh, Seorang guru berbicara kepada murid-muridnya yang merasa lelah dan putus asa menjelang ujian penting.

Penyampaian Dingin dan Kurang Emosi: Guru berdiri di depan kelas dengan tangan di saku, nada suara monoton, dan tanpa banyak gerakan atau ekspresi wajah. “Anak-anak, ujian sebentar lagi. Kalian harus belajar lebih keras. Jangan menyerah, ya. Semoga kalian sukses.”

Penyampaian Penuh Perasaan: Guru berdiri dengan postur tegak, tangannya bergerak untuk menekankan poin penting, suara penuh semangat dan tegas, dengan senyuman hangat di wajahnya. “Anak-anak, ujian ini adalah tantangan, tapi aku percaya pada kalian! Kalian sudah bekerja keras sejauh ini, dan ini adalah kesempatan kalian untuk bersinar! Aku tahu ini berat, tapi kalian pasti bisa! Ingat, aku ada di sini mendukung kalian setiap langkah! Ayo, lakukan yang terbaik dan tunjukkan apa yang kalian bisa!”

Perbedaan: Penyampaian dengan bahasa tubuh yang terbuka, nada suara yang bersemangat, serta ekspresi wajah yang tulus membuat murid-murid merasa didukung dan lebih termotivasi. Audiens lebih mudah terhubung dengan pesan yang penuh perasaan ini dibandingkan pesan yang disampaikan secara dingin.

Risiko Menggunakan Emosi Berlebihan
Walaupun emosi sangat efektif, penggunaan emosi secara berlebihan atau manipulatif bisa menimbulkan reaksi negatif. Jika audiens merasa Anda mencoba memainkan perasaan mereka tanpa alasan yang kuat, mereka mungkin kehilangan kepercayaan pada Anda. Oleh karena itu, sangat penting untuk menggunakan emosi dengan bijak, dan pastikan bahwa apa yang Anda katakan memiliki dasar yang benar dan relevan.

Kesimpulan
Emosi adalah salah satu kunci utama dalam persuasi yang sering kali dilupakan orang. Dengan menggerakkan emosi audiens, Anda dapat menyampaikan pesan yang tidak hanya didengar, tetapi juga dirasakan. Namun, seperti halnya semua alat persuasi, Emosi  harus digunakan dengan keseimbangan. Ketika digunakan dengan tepat, Emosi akan menjadikan kata-kata Anda lebih kuat dan mampu menyentuh hati audiens Anda. Jika ingin pendapat Anda benar-benar didengar, jangan hanya mengandalkan data dan fakta—sentuh hati mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun