Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan komunikasi dan saya ingin memberikan opini, pendapat atau bisa juga pengalaman hidup saya kepada anda.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Penting untuk Membuka Diri terhadap Pemikiran Lain dalam Masyarakat Indonesia

16 Oktober 2024   18:42 Diperbarui: 21 Oktober 2024   18:20 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai individu yang sangat berpegang pada keyakinan yang mereka miliki, baik dalam konteks agama, sosial, maupun aspek lainnya. Mereka cenderung mengandalkan informasi dari otoritas tertentu, seperti dokter atau ulama, dan menolak pendapat atau informasi yang bertentangan. 

Hal ini diperparah dengan adanya media sosial yang memperkuat kepercayaan mereka, sehingga menumbuhkan sikap apriori terhadap pandangan lain. Namun, tahukah Anda bahwa sikap ini dapat memberikan dampak negatif bagi bangsa dan negara kita?

Permasalahan yang Dihadapi

1. Kontroversi atas Doktrin Tanpa Bukti yang Logis
Bayangkan saja jika ada seorang dokter yang berpendapat bahwa semua orang harus menghindari makanan tertentu meskipun tidak didukung dengan alasan yang logis. Banyak orang yang mempercayainya tanpa mempertanyakan lebih jauh. 

Ketika ada dokter lain yang memberikan pendapat yang berbeda, kedua belah pihak saling mengadu argumen tanpa mencari kebenaran yang objektif. Hal ini menciptakan perdebatan yang tidak produktif dan menyesatkan masyarakat.

2. Mundurnya Kemajuan Bangsa
Misalnya, ada kelompok masyarakat yang percaya bahwa teknologi modern tidak sesuai dengan nilai-nilai tradisional. Ketika masyarakat ini menolak untuk mengadopsi inovasi dan ilmu pengetahuan baru, mereka justru menghambat kemajuan bangsa. 

Hal ini terlihat dalam sektor pendidikan, di mana banyak sekolah masih menggunakan metode pengajaran yang ketinggalan zaman, sementara negara lain telah beralih ke pendekatan yang lebih efektif dan relevan.

3. Kerugian dalam Akses Informasi
Cobalah bayangkan seseorang yang tidak mau mencari informasi tentang pengobatan alternatif karena merasa cukup dengan satu metode tradisional yang sudah diterima. 

Meskipun mungkin ada pilihan pengobatan yang lebih efektif, ketidakmauan untuk melihat sudut pandang lain bisa menyebabkan mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan solusi yang lebih baik untuk masalah kesehatan mereka.

4. Peradaban yang Semakin Tertinggal
Di era globalisasi ini, beberapa daerah di Indonesia masih mengandalkan metode pertanian tradisional yang tidak efisien. 

Misalnya, petani di daerah tertentu masih menggunakan cara lama tanpa memanfaatkan teknologi modern seperti alat pertanian otomatis atau aplikasi pertanian yang dapat meningkatkan hasil panen. Ketidakmauan untuk mengubah cara berpikir membuat mereka tertinggal dibandingkan dengan petani di negara lain yang lebih maju.

5. Kecenderungan untuk Tidak Berpikir Kritis
Banyak orang yang merasa nyaman dengan ajaran agama yang sudah ditanamkan kepada mereka sejak kecil. 

Contohnya, jika seseorang percaya bahwa suatu ritual harus dilakukan tanpa pertanyaan, mereka akan malas berpikir kritis tentang makna dan tujuan dari ritual tersebut. Hal ini dapat menyebabkan pemahaman yang dangkal dan potensi dogmatisme dalam menjalankan ajaran agama.

Solusi untuk Masalah Ini

1. Membuka Pikiran dan Mengatasi Ketakutan
Kita perlu mengatasi rasa takut untuk membuka pikiran. Banyak orang khawatir akan dihakimi atau tidak disukai jika mereka mengeksplorasi pemikiran baru. 

Contohnya, jika seseorang merasa berani untuk berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki pandangan berbeda, mereka dapat memperluas wawasan mereka dan mengurangi ketakutan terhadap penilaian orang lain.

2. Berpikir Kritis dan Merenungkan Ajaran Tradisional
Penting untuk melakukan refleksi dan mempertanyakan apakah ajaran tradisional masih relevan di era modern ini. 

Misalnya, dengan berpikir kritis, kita dapat mengevaluasi apakah nilai-nilai yang diajarkan oleh generasi sebelumnya masih dapat diterapkan dengan baik di zaman sekarang, ataukah perlu penyesuaian agar lebih sesuai dengan konteks saat ini.

3. Mengujinya dengan Fakta dan Data
Uji ajaran tradisional yang diyakini dengan fakta sejarah dan data yang ada. Contohnya, jika suatu ajaran menyatakan bahwa metode tertentu dalam pengobatan adalah yang terbaik, kita bisa mencari bukti dari penelitian ilmiah yang ada. 

Jika ajaran tersebut terbukti valid dan bermanfaat, maka tidak ada salahnya untuk mengikutinya. Namun, selalu terbuka untuk melihat sudut pandang lain yang mungkin lebih efektif.

4. Mendorong Keterbukaan Terhadap Pandangan Lain
Keterikatan pada kelompok atau tradisi lama seringkali menghalangi seseorang untuk melihat manfaat dari perspektif yang berbeda. 

Misalnya, jika seseorang terbiasa bergaul dengan kelompok yang berpikir seragam, mereka mungkin tidak pernah mendengar ide-ide baru yang dapat meningkatkan cara berpikir mereka. Mendorong keterbukaan dan diskusi tentang pandangan yang berbeda dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan progresif.

Kesimpulan
Di era informasi yang terbuka seperti sekarang, kita seharusnya lebih bijak dalam mengolah informasi yang kita terima. Dulu, pengetahuan sering kali hanya diperoleh dari satu sumber, seperti guru atau tokoh masyarakat. Kini, dengan kemudahan akses informasi, kita dapat menjelajahi berbagai ajaran dan metode yang telah diterapkan di negara lain. 

Penting bagi kita untuk tidak terpaku pada ajaran tradisional atau doktrin yang tidak selalu relevan. Dengan membuka diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, kita tidak hanya dapat memperluas wawasan, tetapi juga membantu negara ini menjadi lebih maju. 

Setiap negara memiliki tingkat pendidikan dan perkembangan yang berbeda, dan kita dapat belajar dari situasi mereka untuk menciptakan pemikiran yang lebih inovatif, lebih mudah dipahami, dan lebih adaptif terhadap perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun