2. Pengaruh Sosial dan Budaya
Dalam masyarakat yang sangat menghormati otoritas atau memiliki struktur sosial yang hierarkis, seperti Indonesia, sering kali ada tekanan untuk menerima pandangan yang berasal dari sumber otoritatif tanpa mempertanyakannya. Hal ini mendorong sikap dogmatis, di mana pendapat yang berbeda dianggap tidak sah atau kurang berharga.
3. Takut Terlihat Salah atau Bodoh
Ketakutan akan kehilangan muka atau terlihat bodoh di hadapan orang lain bisa membuat seseorang enggan mempertanyakan informasi dari sumber yang dianggap lebih berotoritas. Sikap ini membuat orang lebih memilih untuk mengikuti arus daripada mengambil risiko untuk berpikir mandiri.
4. Bias Konfirmasi
Dalam era media sosial, bias konfirmasi menjadi sangat kuat. Algoritma platform digital sering kali hanya menampilkan informasi yang sejalan dengan keyakinan pengguna, sehingga seseorang terus-menerus dikonfirmasi dalam pandangannya dan menjadi semakin dogmatis. Pandangan yang berbeda jarang sekali muncul dalam lingkup mereka, sehingga mereka merasa tidak perlu mempertanyakan keyakinannya.
Dampak Dogmatisme pada Masyarakat
Sikap dogmatis memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan masyarakat. Pertama, dogmatisme menghambat inovasi dan kemajuan. Ketika orang menolak berpikir kritis dan mempertahankan pandangan lama tanpa mempertimbangkan fakta baru, mereka juga menolak kemungkinan solusi baru untuk masalah yang ada.
Selain itu, dogmatisme memperparah polarisasi dalam masyarakat. Ketika kelompok-kelompok yang berbeda saling terjebak dalam dogma mereka, dialog menjadi semakin sulit. Masyarakat yang terpecah cenderung tidak dapat bekerja sama untuk mencari solusi bersama, baik itu dalam hal politik, sosial, atau ekonomi.
Bagaimana Mengatasi Dogmatisme?
Membangun budaya berpikir kritis adalah solusi untuk melawan dogmatisme. Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mendorong pemikiran kritis:
1. Mendorong Pendidikan Kritis Sejak Dini
Pendidikan yang tidak hanya berfokus pada hafalan, tetapi juga pada kemampuan berpikir kritis dan analitis, sangat penting. Anak-anak harus diajarkan untuk mempertanyakan informasi, mencari bukti, dan terbuka terhadap perspektif lain.
2. Meningkatkan Literasi Media
Masyarakat perlu dibekali kemampuan untuk memilah informasi yang valid dari yang tidak, terutama di era di mana berita palsu dan misinformasi begitu mudah tersebar.
3. Mendorong Dialog yang TerbukaÂ
Penting untuk menciptakan ruang di mana orang merasa aman untuk berbicara, bertanya, dan menyampaikan pendapat tanpa takut dihakimi. Dialog yang terbuka dan konstruktif dapat membantu mengurangi dogmatisme dan mempromosikan pemahaman bersama.