Di Indonesia, tidak jarang kita menemui orang tua yang lebih suka melihat anak mereka tenang, sopan, dan tidak banyak tingkah. Sebagian besar orang tua menginginkan anak yang "anteng"---tidak banyak bergerak, tidak berlarian, dan selalu patuh dalam diam. Namun, banyak juga anak yang secara alami lebih aktif, suka bermain ke sana ke sini, berlarian, bahkan sering kali bertingkah laku yang disebut "nakal."
Banyak orang tua yang mungkin merasa khawatir ketika anak-anak mereka tampak terlalu aktif. Mereka cenderung menegur, bahkan memarahi anak jika berlarian, atau membuat kegaduhan. Namun, benarkah cara tersebut yang paling baik dalam mendidik anak?
Aktivitas Fisik adalah Bagian Alami dari Tumbuh Kembang Anak
Hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa aktivitas fisik dan bermain bebas adalah bagian alami dari perkembangan anak. Anak-anak belajar melalui gerakan dan interaksi dengan lingkungan mereka. Dengan bergerak, anak-anak tidak hanya melatih kemampuan motorik mereka, tetapi juga mengembangkan kognisi, keterampilan sosial, serta kepercayaan diri.
Anak yang terlalu dibatasi gerakannya, dipaksa untuk duduk diam, atau diminta untuk selalu bersikap "manis," berisiko kehilangan kesempatan untuk belajar hal-hal penting tentang dunia di sekitar mereka.
Ketika Terlalu Banyak Batasan Menjadi Penjara
Orang tua yang sering kali menegur dan membatasi anak mungkin tidak menyadari dampak psikologis yang ditimbulkan. Anak yang selalu ditegur karena berlarian atau bermain bebas bisa mulai merasa seperti hidup dalam penjara. Mereka mungkin mulai bertanya-tanya, "Kenapa aku tidak boleh melakukan ini?" atau bahkan mempertanyakan alasan keberadaan mereka dalam keluarga, karena merasa segala tindakannya selalu salah di mata orang tua.
Terlalu banyak batasan bisa menciptakan pola pikir negatif pada anak. Anak-anak yang merasa dikekang bisa mulai merasa tidak dihargai atau tidak didengar. Mereka mungkin akan mulai menarik diri atau, sebaliknya, memberontak dengan perilaku yang lebih ekstrem.
Pola Asuh yang Kasar Bisa Memicu Dampak Jangka Panjang
Jika orang tua terlalu keras dalam menegur, terutama dengan marah atau hukuman fisik, ini bisa berdampak lebih buruk lagi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang kasar dapat merusak hubungan emosional antara anak dan orang tua, serta berisiko mengembangkan masalah perilaku atau emosional pada anak di kemudian hari.
Anak-anak yang tumbuh di bawah tekanan dan kekangan yang berlebihan bisa mengembangkan pola pikir yang aneh, seperti takut mencoba hal-hal baru atau bahkan kehilangan motivasi untuk berkembang. Dalam jangka panjang, ini bisa memengaruhi kepercayaan diri mereka dan cara mereka berinteraksi dengan dunia luar.
Memberikan Ruang untuk Belajar dan Eksplorasi
Sebaliknya, memberi anak ruang untuk belajar melalui bermain dan eksplorasi bisa memberikan dampak yang jauh lebih positif. Anak-anak yang diberi kebebasan yang wajar untuk mengeksplorasi lingkungan mereka akan tumbuh menjadi individu yang lebih percaya diri, kreatif, dan mandiri. Tentunya, orang tua tetap perlu memberikan pengawasan dan batasan yang wajar, namun bukan dengan cara yang mengekang.
Memberikan anak kesempatan untuk belajar dari pengalaman mereka, baik saat jatuh, gagal, atau membuat kesalahan, adalah bagian penting dari proses pembelajaran. Dengan cara ini, anak tidak hanya belajar tentang apa yang benar dan salah, tetapi juga bagaimana menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan dengan baik.
Kesimpulan
Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda, dan sebagai orang tua, penting untuk memahami bahwa keaktifan atau "kenakalan" anak adalah bagian alami dari tumbuh kembang mereka. Terlalu mengekang anak hanya akan membuat mereka merasa terpenjara, kehilangan rasa kebebasan, dan pada akhirnya merusak perkembangan psikologis mereka.
Sebagai gantinya, orang tua seharusnya memberikan ruang bagi anak untuk bermain, bereksplorasi, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Dengan begitu, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih mandiri, kreatif, dan siap menghadapi tantangan hidup di masa depan.
Saran untuk Orang Tua
1. Berikan Ruang untuk Bergerak: Izinkan anak untuk beraktivitas fisik secara bebas, selama tidak membahayakan diri mereka atau orang lain.
2. Jangan Terlalu Cepat Menegur: Cobalah untuk memahami mengapa anak melakukan hal tertentu sebelum langsung menegurnya.
3. Gunakan Pendekatan Positif:Â Daripada menghukum, berikan pengawasan yang bersifat mendukung dan positif. Ajari anak tentang konsekuensi dari tindakan mereka dengan cara yang membangun.
4. Hindari Pola Asuh yang Kasar: Teguran atau hukuman fisik bisa menimbulkan efek buruk pada anak. Gunakan komunikasi terbuka dan empati dalam mendidik anak.
Dengan pola asuh yang lebih terbuka dan mendukung, anak-anak akan tumbuh dalam lingkungan yang sehat secara emosional dan memiliki kesempatan lebih besar untuk mencapai potensi terbaik mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H