Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan komunikasi dan saya ingin memberikan opini, pendapat atau bisa juga pengalaman hidup saya kepada anda.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pola Asuh yang Salah dari Orangtua: Membungkam Kreativitas Anak

7 Oktober 2024   20:40 Diperbarui: 7 Oktober 2024   23:37 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang tua secara tidak sadar menerapkan pola asuh yang mengekang kebebasan berpikir anak-anak mereka. Sering kali, ketika anak melakukan sesuatu yang dianggap kurang pantas atau bertanya hal-hal yang menurut orang tua "tidak perlu," reaksi yang muncul adalah menegur tanpa memberikan penjelasan yang logis. Kalimat seperti "Pokoknya tidak boleh!" atau "Sudah, jangan banyak tanya!" sering kali terlontar dari mulut orang tua. Padahal, pola komunikasi seperti ini justru membatasi perkembangan kognitif anak dan dapat berdampak panjang pada cara berpikir mereka di masa depan.

 Kurangnya Alasan Menghambat Rasa Ingin Tahu

Anak-anak adalah individu yang sedang berkembang dan selalu mencari jawaban atas dunia di sekitar mereka. Ketika orang tua menegur tanpa memberikan alasan yang masuk akal, mereka secara tidak langsung membatasi kemampuan anak untuk memahami konsekuensi dari tindakannya. Contohnya, ketika anak bernyanyi di kamar mandi dan orang tua hanya menegurnya dengan, "Jangan bernyanyi di sana!" tanpa penjelasan lebih lanjut, anak hanya menerima informasi bahwa tindakannya salah, tanpa tahu kenapa. Ini bisa membangun pola pikir yang menghambat rasa ingin tahu dan mematikan motivasi untuk mengeksplorasi lebih lanjut.

 Dampak Jangka Panjang: Hilangnya Rasa Percaya Diri dan Kreativitas

Teguran tanpa alasan juga bisa menciptakan ketakutan untuk berekspresi. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan di mana setiap pertanyaan atau kreativitas mereka selalu dibatasi akan cenderung merasa tidak yakin terhadap pemikiran mereka sendiri. Hal ini dapat berdampak pada hilangnya kepercayaan diri ketika mereka harus membuat keputusan mandiri di masa depan. Akibatnya, mereka bisa tumbuh menjadi individu yang lebih patuh tanpa keinginan untuk bertanya atau mencoba hal baru.

 Pentingnya Memberikan Penjelasan

Sebagai orang tua, memberikan alasan untuk setiap larangan bukan berarti melemahkan otoritas. Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa orang tua menghargai kemampuan anak untuk berpikir dan memahami. Misalnya, jika anak bertanya, "Kenapa saya tidak boleh bernyanyi di kamar mandi?" daripada menjawab "Pokoknya tidak boleh!" orang tua bisa memberikan penjelasan yang sederhana, "Di kamar mandi, kita lebih baik fokus pada tujuan kita, yaitu mandi dan menjaga kebersihan. Bernyanyi bisa dilakukan di tempat yang lebih nyaman seperti ruang tamu." Penjelasan semacam ini memberikan panduan yang lebih jelas dan menunjukkan bahwa larangan tersebut bukan hanya sekedar perintah tanpa dasar.

 Ketika Penjelasan Terasa Kurang Masuk Akal

Terkadang, penjelasan yang diberikan orang tua mungkin tidak sepenuhnya dapat diterima dari sudut pandang logika anak. Misalnya, jika alasan yang diberikan adalah "karena kamar mandi tempat yang kotor," anak mungkin akan bertanya lebih lanjut, "Kenapa kita bisa mandi di tempat kotor?" Dalam situasi seperti ini, sangat penting bagi orang tua untuk tetap sabar dan mau berdiskusi. Hal ini akan mengajarkan anak tentang pentingnya dialog dan mencari solusi bersama, serta membangun pola pikir yang kritis dan terbuka.

 Pola Asuh yang Berfokus pada Komunikasi

Mendidik anak bukan hanya soal mengajarkan apa yang benar dan salah, tetapi juga mengajarkan bagaimana berpikir dan memahami dunia. Ketika orang tua mau memberikan alasan di balik setiap aturan, mereka membantu anak-anak belajar untuk berpikir kritis, mandiri, dan tidak takut untuk bertanya. Inilah kunci dari pola asuh yang tidak hanya membentuk perilaku, tetapi juga membangun pemahaman yang mendalam tentang nilai dan prinsip hidup.

Pada akhirnya, pola asuh yang baik adalah yang tidak sekadar memberikan aturan, tetapi juga alasan. Ini mungkin memerlukan lebih banyak waktu dan kesabaran, tetapi dampaknya pada perkembangan anak akan sangat berharga. Anak yang terbiasa berpikir dan memahami alasan di balik tindakan akan tumbuh menjadi individu yang lebih mandiri, kreatif, dan mampu mengambil keputusan dengan bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun