Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang berpikiran dogmatis, fanatik, atau etnosentris:
1. Pengajaran yang Dogmatis:Â Pendidikan atau pengajaran agama yang menekankan kebenaran absolut tanpa memberikan ruang untuk berpikir kritis sering kali melahirkan pemikiran kaku. Orang yang diajarkan bahwa hanya ada satu kebenaran, dan semua yang berbeda adalah salah, akan cenderung bersikap tertutup terhadap pandangan lain.
2. Konfirmasi Bias:Â Manusia secara alami cenderung mencari informasi yang mendukung keyakinan mereka dan menolak informasi yang bertentangan. Ini membuat mereka lebih mudah mengabaikan sudut pandang lain yang mungkin memberikan perspektif baru.
3. Ketakutan Terhadap Ketidakpastian: Banyak orang merasa nyaman dengan keyakinan mereka karena memberikan rasa aman dan stabilitas. Ketika keyakinan ini ditantang, misalnya oleh pandangan atheis atau pandangan berbeda, mereka merasa cemas dan terancam, sehingga lebih mudah untuk menolak perbedaan tersebut.
4. Lingkungan Sosial yang Homogen: Orang yang tumbuh di lingkungan yang sangat homogen, di mana semua orang memegang keyakinan atau budaya yang sama, mungkin kesulitan untuk menerima perbedaan. Mereka tidak terbiasa menghadapi pandangan yang berbeda dan cenderung melihat perbedaan sebagai ancaman.
Dampak Sosial dari Pemikiran Dogmatis dan Fanatisme
Pemikiran dogmatis dan fanatisme dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat. Ketika individu atau kelompok menolak pandangan yang berbeda, ini dapat menciptakan polarisasi dan memperparah konflik sosial. Sikap intoleran dapat menyebabkan kekerasan, diskriminasi, dan pengucilan terhadap kelompok minoritas.
Di tingkat yang lebih luas, pemikiran ini dapat menghambat perkembangan sosial dan intelektual. Misalnya, jika seseorang menolak semua pandangan dari budaya atau negara lain hanya karena mereka berbeda, ini akan menghambat pertukaran ide yang bermanfaat dan inovasi yang mungkin datang dari luar.
Solusi: Berpikir Kritis dan Toleransi
Untuk mengatasi pemikiran dogmatis, fanatisme, dan etnosentrisme, diperlukan pengembangan keterampilan berpikir kritis sejak dini. Pendidikan harus mendorong siswa untuk mempertanyakan dan menganalisis informasi dari berbagai sudut pandang, serta terbuka terhadap perbedaan.
Toleransi juga harus diajarkan dan dipraktikkan dalam masyarakat. Saling menghargai perbedaan dan berdialog dengan pihak yang berbeda pandangan dapat membantu mengurangi ketegangan dan konflik yang timbul dari pemikiran yang kaku.