Perintah untuk selalu mengutamakan akhirat, telah banyak diperintahkan didalam Al-Qur'an dan pada hadis-hadis Rasulullah Saw. Seperti pada hadis berikut, Rasulullah Saw., bersabda,
"Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina." (HR. Ahmad)
Sangat sulit kita menemukan orang-orang yang membagi kebutuhan dunia dan akhiratnya menjadi separuh-separuh. Yang ada, jika seseorang fokus dengan dunia pastilah akhiratnya terabaikan. Atau, ketika mengutamakan akhirat, maka pastilah dunia hanya penunjang.
Dunia bukan untuk diabaikan sama sekali, tapi bukan juga untuk dikejar mati-matian. Sementara akhirat, sudah pasti merupakan prioritas utama, yang akan semakin baik jika dunia dijadikan penunjangnya.
Kuncinya adalah, gunakanlah takaran yang tepat dalam memenuhi kebutuhan dunia, agar ketika kita menakarnya, takarannya tak akan pernah melebihi porsi akhirat. Takaran akhirat sudah paten, harus selalu melebihi dunia. Dan takaran dunia, hanyalah sebatas yang dibutuhkan.
Kejarlah kebahagiaan untuk kehidupan di akhirat kelak, maka dunia akan mengejar dibelakangmu, walaupun engkau tak begitu membutuhkannya. Tapi jika dunia yang engkau kejar mati-matian, ia akan semakin menjauh didepanmu, dan akhirat pun akan semakin jauh kau tinggalkan.
Di bulan Ramadan ini kita belajar untuk lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Kita begitu fokus beribadah tapi tak meninggalkan masalah dunia. Buktinya, kita bisa tetap berpuasa, tadarus, ngaji, dan mengerjakan banyak ibadah lainnya, tapi tetap mengerjakan urusan dunia.
Setidaknya, puasa mengajarkan kita untuk selalu mendahulukan akhirat dibanding dunia. Puasa memahamkan kita bahwa dunia benar-benar hanyalah penunjang. Inti kehidupan adalah akhirat, maka segala fokus harus tertuju ke sana.
Semoga semangat ibadah di bulan Ramadan tetap terbawa ke bulan-bulan lainnya, bahkan menjadi gaya hidup kita. Dan dengan itu kita semakin pandai menakar, tentang yang mana saja yang harus kita dahulukan dan utamakan.
Wallahu A'lam
---Yasir Husain, Penulis Buku SETIA (Selagi Engkau Taat & Ingat Allah)