Setiap kali skuad Timnas Argentina diumumkan, selalu memunculkan perdebatan akibat adanya pro dan kontra. Tapi pelatih tidak memedulikan itu. Yang pelatih tahu, yang penting cocok dengan Messi, dan Messi bisa bermain seperti ketika bermain di Barcelona.
Sabella, pelatih Argentina pada Piala dunia 2014, hampir berhasil memaksimalkan peran Messi. Ia membangun tim yang banyak pengamat menilai saat itu bukanlah tim juara. Sabella tetap pada pendiriannya, yang penting klop dengan Messi. Tapi sayang, Argentina pun harus gagal setelah dikalahkan oleh Jerman di partai pucak.
Saat di Piala Dunia Rusia 2018, Pelatih Argentina, Jorge sampaoli, kembali memegang prinsip yang sama. Sampaoli mengharuskan semua pemain bermain untuk Messi.Â
Akhirnya, dipanggilah pemain-pemain yang notabene banyak yang tidak populer. Bahkan, bintang sekelas Mauro Icardi, Top Skor Seri-A Liga Italia di musim tersebut, harus tersisih. Bukan hanya itu, pemain terbaik sekelas Paulo Dybala pun---walaupun turut dibawa ke Rusia---harus rela menjadi penghangat bangku cadangan. Tapi apa hasilnya? Argentina lagi-lagi gagal. Bahkan kali ini hanya sampai 16 besar.
Tapi kali ini Messi tanpa keterangan. Messi belum kembali bermain sejak terakhir kali bermain melawan Prancis. Apakah ini pertanda "kekejaman" Messi telah berakhir di Timnas Argentina?Â
Menarik dinanti. Saat ini, sepeningggal Messi, pemain-pemain bintang yang selama ini tersisish dan masih berusia muda telah menunjukkan aksinya di Timnas Argentina, terutama Dybala dan Icardi. Apakah Messi akan kembali "mengacaukan" semuanya? Atau era Messi yang akan tamat? Hanya waktu yang dapat menjawabnya.
Yasir Husain