Bagi sebagian orang, menulis merupakan sebuah kesenangan tersendiri. Bahkan, ada orang yang ketika tidak menulis dalam waktu yang cukup lama, terasa ada yang hilang dari dirinya. Menulis telah menjadi kebutuhannya, dan bisa saja telah menjadi kebutuhan utama. Untuk orang-orang seperti ini, menulis sudah bukan lagi hal yang berat sebab telah menjadi kesenangan bagi mereka. Tapi, untuk kalangan lain, masih banyak yang menganggap menulis sebagai hal yang sulit. Punya keinginan keras untuk menulis tapi susah dalam menerapkannya.
Nah, untuk teman-teman yang merasa masih kesulitan dalam menulis, saya akan berbagi tips agar menulis menjadi hal yang menyenangkan. Ini hanya pengalaman pribadi, dan saya telah merasakan dampak dari prinsip menulis yang saya bangun sendiri ini. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Anggaplah Kegiatan Menulis Seperti Kebiasaan Bercerita
Untuk momen-momen tertentu, saya senang sekali bercerita. Berdiskusi sama keluarga, saudara, dan teman-teman, jika ada waktu yang memungkinkan.Â
Saya yakin teman-teman pun demikian. Umumnya pada suka bercerita jika momennya tepat. Nah, kesenangan seperti inilah yang perlu terbawa dalam menulis.Â
Anggaplah saat kita memulai tangan ini dalam menulis adalah waktu senang kita dalam bercerita. Selanjutnya---pada saat menulis---nikmati prosesnya seperti saat bercerita. Semua cerita-cerita yang penuh semangat itu, tuangkan dalam tulisan.
2. Jangan Dulu Terlalu Terikat dengan PUEBI
Salah satu yang sering menyurutkan semangat orang dalam menulis adalah, takut sama tulisannya sendiri jika tak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar, atau istilah terbaru yang kita kenal dengan PUEBI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Kenapa kita tak perlu terlalu terikat dengan PUEBI? Sebab, yang mau kita bangun pertama kali adalah semangat menulis. Atau, membangun kebiasaan menulis yang jika telah menjadi kebiasaan rutin, akan menyebabkan kita selalu ingin menulis.Â
Hal ini jauh lebih penting. Sebab ada banyak orang yang telah bagus PUEBI-nya tapi tetap saja tak menulis-menulis. Itu karena semangat yang kurang dan pembiasaan yang tidak ada.
Terus, bagaimana cara agar semangat dan kebiasaan menulis terbangun dengan baik? Jawabannya, menulislah untuk diri sendiri. Maksudnya, menulislah karena memang membutuhkan tulisan itu sebagai bahan mengevaluasi diri, sebagai dokumentasi, dan keperluan-keprluan lainnya yang erat kaitannya dengan diri sendiri.Â
Hindari menulis dengan menjadikan hal-hal dari luar sebagai motivasi utama. Seperti, hanya untuk lomba-lomba, hanya untuk seleksi antologi dan lain-lain. Boleh ikut berpartisipasi dalam even menulis apapun, tapi tetap jadikan tujuan utama menulis, sebagai kebutuhan diri sendiri.
Menulis untuk diri sendiri selalu menjadikan kita semangat. Sebab, kita tak akan mungkin mencela tulisan sendiri. Jika ini sudah dibiasakan, maka di luar sana, bagaimanapun tulisan kita dicela, tetap tak akan menyurutkan semangat kita untuk menulis. Yang pasti, PUEBI sedikit demi sedikit akan menyesuaikan tanpa kita sadari.
3. Menulis dengan Karakter Sendiri
Sebagaimana para penyanyi-penyanyi terkenal yang punya karakter vocal masing-masing, maka penulis pun harus begitu. Seorang penulis haruslah memiliki cirinya tersendiri.Â
Kita banyak mengenal penulis-penulis terkenal hanya karena karakternya yang melekat pada tulisannya. Kita akan sangat mudah mengenal tulisan yang berkarakter walaupun nama penulisnya tidak tercantum.
Artinya, dalam menulis, kita harus punya ciri khas tersendiri. Bagaimana caranya?
Jangan pernah terbuai dengan tulisan-tulisan populer. Maksudnya, jangan sampai ketika kita lagi membaca tulisan yang lagi banyak digemari, lantas kita pun ingin menulis sama seperti tulisan tersebut. Kita ingin gaya bahasa yang sama, jenis narasi yang sama, dan sebagainya. Padahal, tulisan tersebut adalah tulisan yang terbangun atas karakter penulisnya, yang tentunya bukan dalam waktu yang instan.
Jika membiasakan yang seperti ini, yakinlah tulisan kita tak akan berkarakter. Sebab, tulisan populer itu selalu berubah dari waktu ke waktu. Bahkan perubahannya sangat singkat. Yang kita inginkan dalam perubahan itu, kita tetap selalu ada untuk menulis. Kalau yang kita ikuti adalah gaya menulis, kita pun akan pusing sendiri. Sebab, tulisan populer tidak selamanya berasal dari gaya yang sama.
Adapun jika ingin meniru maka tirulah tema yang sedang berkembang. Bukan gaya menulisnya. Kita juga bisa ikut menulis hal-hal yang populer dengan gaya dan karakter kita sendiri. Intinya, jangan pernah memasukkan karakter orang lain dalam kegiatan menulis kita. Sebab hanya karakter kita sendiri yang akan membuat kita semangat dan membiasakan diri untuk menulis.
 4. Tetap Sabar dan Jangan Pernah Bosan
Sangat penting untuk selalu sabar dalam menulis. Sabar saat tulisan belum enak dibaca bahkan oleh diri kita sendiri. Teruslah menulis. Ibarat balita, ia akan terus bicara hingga cara bicaranya bisa dipahami---yang sebelumnya tak ada yang dimengerti sama sekali. Menulis, menulis, dan raihlah tulisan terbaikmu.
Jangan pernah bosan hanya karena tulisan kita tak mendapat pengakuan. Seandainya pun tulisan kita tak diterima oleh seluruh manusia di dunia ini, tetaplah menulis. Kembali ke prinsip awal bahwa tujuan utama kita untuk menulis adalah untuk diri sendiri. Yakinlah---jika telah tiba waktunya---sebuah tulisan akan menemui pembaca sejatinya sendiri.
Jadi, mau ditolak, mau dicela, gak dilirik sama sekali, bukan semua itu yang menjadi perhatian. Sabar dan jangan pernah bosan. Target utama kita adalah menyelesaikan tulisan.
Itulah beberapa tips menulis yang sekaligus menjadi prinsip saya selama ini dalam menulis. Mungkin tidak selamanya benar, tapi teman-teman bisa mencobanya. Saya sendiri menjalankan prinsip tersebut hingga saat ini.
Yasir Husain, Penulis Buku SETIA (Selagi Engkau Taat & Ingat Allah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H