Analogi dari penilaian kamera itu, adalah penilaian yang diberikan oleh orang selain diri kita sendiri. Tanyakan kepada orang-orang terdekat kita, entah itu keluarga, sahabat, guru, dan siapapun itu selama mereka menginginkan kebaikan untuk kita. Tanyakan bagaimana sebenarnya diri kita.
Ingat, jika kita butuh ilmu dalam menilai diri kita sendiri, maka orang lain pun yang akan menilai diri kita haruslah orang-orang berilmu.Â
Ilmu yang bermanfaat akan selalu menjadi alat dalam memberi penilaian, entah itu dilakukan oleh orang lain ataupun diri kita sendiri. Seperti saat melihat bayangan dalam cermin, atau gambar dari kamera; cermin dan kameranya haruslah yang benar-benar berkualitas dan tidak rusak.
Tindakan untuk selalu mengoreksi diri, adalah perbuatan yang akan selalu menuntun kita, agar tak terjerumus ke dalam perbuatan yang merugikan.
Diriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab, beliau mengatakan:
"Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)."Â (HR. Tirmidzi)
Riwayat lain dari Maimun bin Mihran, beliau berkata:
"Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya."Â (HR. Tirmidzi)
Apakah diri kita sudah baik atau malah buruk? Apakah kita lebih baik dari orang lain, atau orang lain lebih baik dari kita? Apakah tindakan kita sudah benar atau salah? Tidak usah berpikir dan berkesimpulan tentang semua itu.
Yang perlu kita lakukan adalah mengoreksi diri dan berpikir sebelum bertindak. Teruslah menuntut ilmu yang bermanfaat, lalu jadikan ilmu itu sebagai cermin kehidupan untuk menilai diri sendiri.
Jika itu belum cukup, bergaullah dengan orang shaleh dan berilmu. Bergurulah kepada mereka, agar kita bisa menjadikan ilmu mereka sebagai kamera kehidupan, yang akan memudahkan kita memuhasabah diri, melihat segala kesalahan yang kita perbuat. Semoga selanjutnya bisa lebih baik, dan semakin baik lagi. Wallahu A'lam.