Mohon tunggu...
Muhammad Yasir
Muhammad Yasir Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tong Sang Chong dan Tong Fang

15 Agustus 2012   14:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:43 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tong Sang Chong sudah lama menemukan kitab suci yang iya cari. Bersama Sung Go Kong dan saudaranya membantu melaksanakan misi mulia yang merupak tugas wajib bagi Tong Sang Chong. Kisah yang jadi Serial tv ini sempat membuming dan tenar di masanya.

Tong Sang Chong dan Tong Fang, kembar tapi beda. Jika dulu Tong Sang Chong menjadi perbincangan dan digemari oleh kalangan remaja dimasanya. Sama halnya dengan Tong Fang saat ini yang menjadi perbincangan di dunia nyata dan dunia maya khususnya di Indonesia. Perbedaan Tong Fang dan Tong San Chong sangat banyak. Sedangkan Persamaannya hanya sama-sama memiliki status “Buah Bibir” dan sama-sama bukan Tong Sampah.

Klinik Tong Fang, sebuah Klinik pengobatan herbal di jakarta memang kerap muncul sebagai iklan di hampir semua stasiun TV setiap hari. Begitupun Tong Sang Chong yang hampir tiap hari tayang di tv swasta.

Tong Fang menjadi perbincangan di dunia maya baik lewat media sosial seperti facebook maupun twiter. setidaknya ada ribuan twit dan status setiap harinya yang menyebut kata Tong Fang.

Bunyinya macam-macam. lebih banyak diarahkan ke hal-hal yang lucu dan bahan tertawaan.

Ada status yang bunyinya seperti ini:dulu teman saya tidak pernah sekalipun shalat setelah ke Klinik Tong Fang kini teman saya yang disholatkan.trima kasih Tong Fang...atau yang bunyinya seperti ini:dulu muka saya penuh jerawat setelah berobat di Klinik Tong Fang hasilnya luar biasa muka saya hilang dan tak pernah kembali lagi.terima kasih Tong Fang...dan masih banyak lagi.

Tapi ini sekali lagi bukan soal pengobatan.saya hendak berbicara tentang kita (indonesia) dengan cara kita berekspresi dan berkreatifitas.

Ini bukan pertama kalinya iklan TV dijadikan bahan pembicaraan sekaligus candaan. Sebelumnya ada iklan afika. Iklan biskuit oreo dengan bintang seorang anak kecil, imut, dan polos (afika) juga tenar. Berbagai karikatur yang didesain dalam bentuk percakapan dengan anak mungil itu. Sampai-sampai presiden SBY juga dibawa-bawa. Selain itu ada juga iklan yang tak kalah heboh. iklan provider telkomsel "aku nggak punya pulsa" yang diperankan pelawak sule.

Setidaknya aku coba saja terka-terka fenomena ini:

Pertama, ini adalah sebuah kreatifitas. Anda setuju bukan?iklan-iklan itu adalah buah kreatifitas para production house. Tujuannya untuk menarik perhatian. ini datar-datar saja.

Kedua, kita (rakyat indonesia) memang suka melucu. Menyukai hal-hal yang lucu. dan berusaha tampil lucu. Mungkin ada yang tidak setuju dengan ini? mau bukti? silakan hitung tayangan lawak di TV. Acara bernuansa agama juga ada lucu-lucunya dengan ustadz-ustadz lucu.

Yah, sadar atau tidak kita adalah bangsa yang suka menertawai tapi tak jarang juga jadi bahan tertawaan.ha ha ha.

Tertawa adalah ekspresi kemenangan, tapi tertawa juga kadang ekspresi dari sebuah kepasrahan. Itulah yang bangsa ini alami. dengan membuat (lebih tepatnya membelotkan) esensi tayangan iklan semacam itu kita hendak menertawai diri sendiri dalam kepasrahan dan ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan dalam segala hal seperti olahraga, pendidikan, kebudayaan hingga ekonomi. kita tertawa karena kita adalah bangsa yang besar dan punya tradisi yang besar. Tapi mengapa sekeping emas olimpiade pun tak bisa kita raih? tapi mengapa perlahan tapi pasti kebudayaan kita dirampas negara tetangga yang kecil seperti malaysia? tapi mengapa hingga 60 tahun merdeka masih banyak anak yang putus sekolah? tapi mengapa masih banyak fakir miskin menyemarakkan bulan puasa? mengapa?

Rakyat hanya bisa tertawa. tertawa dengan hedonisme dan kapitalisme industri dengan menghaburkan uang bermiliar-miliar hanya demi iklan-iklan tak jelas. Rakyat tertawa dengan ketidakberdayaannya menolak tayangan-tanyangan yang disuguhkan TV yang setiap harinya semakin amburadul.

Ketiga, rakyat kita tidak mau ambil pusing dengan hal-hal yang dirasa berat. cukuplah kemiskinan dan kesengsaraan yang mereka pikul. Lalu mengapa mereka dipaksa bicara politik? lalu mengapa mereka dipaksa ikut pemilu? lalu mengapa mereka diadu domba hanya untuk kepentingan kekuasaan segelintir tikus berdasi? rakyat bosan.

Mereka sepertinya ingin berteriak cukup!!! cukup kau buat mereka pusing membedakan siapa cicak siapa buaya, yang mana apel malang yang mana apel washington, yang mana ketua besar yang mana bos besar. Mereka bingung benarkah yang dituduhkan nasaruddin ataukah yang disanggah anas urbaningrum?

Hahahaha,wkwkwkwk,kkkkkk. dan mereka sekali lagi tertawa sambil berujar, "ingin solusi cepat datanglah ke Klinik Tong Fang".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun