Ada beberapa tempat atau wilayah di kabupaten Sumba Timur yang terkenal memiliki kebiasaan menenun. Tempat-tempat tersebut antara lain Pau, Rindi, Kaliuda, Prailiu dan Lambanapu. Mayoritas masyarakat di tempat-tempat ini mempunyai kesanggupan atau keterampilan menenun. Masyarakat yang memiliki keterampilan menenun ini didominasi oleh kaum perempuan.
Kain tenun Sumba Timur memiliki keindahan yang tiada taranya. Selain itu kualitas tenunannya sudah tidak diragukan lagi. Keindahan serta kualitas tenunan ini membuatnya menjadi salah satu kain tenunan yang terkenal baik dalam negeri maupun luar negeri. Keindahan dan kualitas kain tenunan tersebut mendorong saya untuk menelusuri lebih jauh tentang proses pembuatannya.
Setelah menanyakan pihak-pihak yang memahami cara pembuatan kain tenun Sumba didapatkan sedikit  informasi yang kiranya membuat pembaca sekalian bisa mengerti atau memahami mengapa kain tenun Sumba Timur harganya selangit.
Berikut ini akan saya deskripsikan langkah-langkah pembuatan kain tenun Sumba sebagaimana diceritakan oleh orang Sumba yang sudah biasa menenun.
1. Akar, daun dan rempah-rempah alami
Proses awal yang harus dimulai oleh seorang penenun adalah mencari akar mangkudu, daun nila dan rempah-rempah alami. Bahan alami ini didapatkan dari hutan dan tentu saja menguras banyak tenaga, waktu dan pikiran. Akar mengkudu untuk menghasilkan warna merah jambu dan daun nila untuk menghasilkan warna hijau. Bahan alami ini ditumbuk lalu dikeramas dengan air yang kemudian dipergunakan untuk mewarnai benang yang telah diikat.
2. Memintal kapas
Memintal kapas untuk dijadikan benang tentu bukan pekerjaan yang gampang. Tentu butuh proses yang membutuhkan ketekunan serta kesabaran. Kapas dipintal untuk menghasilkan benang dan itu murni pekerjaan tangan manusia, bukan mesin pabrikan. Benang-benang itu kemudian diikat untuk diwarnai sesuai kebutuhan.
3. Merendam
Setelah bahan alami diproses, selanjutnya benang-benang yang sudah diikat direndam ke dalam cairan alami di atas. Lamanya waktu untuk merendam benang yang sudah diikat tadi bisa lebih dari satu tahun. Sebab semakin lama direndam maka semakin bagus hasil warnannya. Menciptakan kualitas warna yang diinginkan merupakan proses yang paling lama.
4. Menjemur
Setelah mencapai waktu tertentu direndam, benang yang diikat tadi langsung dijemur atau dikeringkan. Suasana alam Sumba Timur yang panas sangat memungkinkan untuk mengeringkannya lebih cepat.
5. Menenun
Setelah benang-benang yang diikat tadi mengering, maka tibalah saatnya untuk menenun. Motif tenunan bisa disesuaikan dengan keinginan pembeli pada umumnya. Namun pada umumnya motif tenunan Sumba didominasi oleh gambar ayam, kuda, buaya, rusa, kura-kura, udang juga manusia. Warna dasar kain atau benangnya adalah hijau dan merah jambu. Proses menenun ini tentu saja membutuhkan keahlian khusus, dan ini menjadi keterampilan khusus kaum perempuan Sumba Timur.
Setelah membaca proses pembuatan kain tenun Sumba di atas dapatlah dimengerti mengapa harga kain tenun tersebut tergolong mahal. Satu hal yang wajib disadari bahwa kain tentu Sumba merupakan hasil olahan langsung tangan manusia bukan olahan mesin pabrik. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa sesungguhnya kain tenun Sumba memiliki roh manusia dan bukan roh mesin pabrik.
Setiap orang bisa saja memiliki pandangannya sendiri tentang kain tenun ikat Sumba. Karena itu apa yang ceritakan di sini bisa saja berbeda dengan konsep dan pemahaman pembaca umumnya. Apa yang ceritakan adalah juga merupakan apa yang saya rasakan.
Demikian cerita singkat saya tentang proses pembuatan kain tenun Sumba. Cerita ini tentu belum mewakili kenyataan yang sesungguhnya. Namun, kiranya cerita ini membangkitkan rasa ingin tahu pembaca untuk menelusuri lebih jauh tentang kain tenun Sumba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H