1
"...Janganlah engkau gelisah wahai jiwaku,berharaplah kepada Allah serukan namaNya." Kekasihku, andai Engkau pergi aku pasti merindukanMu. Apabila aku juga pergi aku yakin aku juga rindu untuk kembali. Aku pikir: kepergian tidak lebih dari perjalanan pulang. Aku pergi untuk kembali. Itulah perjalanan jiwaku mencariMu. Engkau pergi, aku juga pergi. Artinya berpisah, ya perpisahan yang mendatangkan pencarian dan kerinduan untuk kembali.
2
Aku terbakar matahari sehingga aku tergolong hitam walau ada yang lebih hitam dariku. Meski aku tergolong hitam tetapi Engkau memilih dan memandangku. Sesungguhnya aku dibakar oleh lirikan mataMu. Jika aku tak ingin dibakar maka cinta akan membakar. Cinta lahir dari kerinduan mencari kekasih yang dicintai. Aku yakin, cinta berasal dari dan hanya dari Allah.
3
"...Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku." Cinta telah membuatku tak dapat tidur. Jiwaku tersiksa oleh ziarah pencarian, Engkau, Allah kekasih jiwaku yang telah merasuki jiwaku.
Aku seperti John da Cruz: "Pada malam yang kelam demi kerinduan untuk mencintai kehangatan. Oh keberuntungan yang terberkati. Aku tergelincir tanpa peringatan. Rumahku masih ada dan pada saat istirahat tak ada penerang dan pengawal selain Dia yang membakar hatiku. Ia membimbing aku agar lebih kuat dari sinar matahari. Kemanapun Ia menunggui aku. Bersamanya aku lebih memahami di tempat yang tidak dihuni orang. Oh malam yang membimbing aku. Oh malam yang lebih dicintai dari pada indahnya pagi hari. Oh malam yang mempertemukan dua kekasih yang saling bermesraan."
4
Kekasihku, Engkau mendebarkan hatiku. Aku rasa perlu mengenal dan memahamimu dalam kedewasaan spiritual bahwa Engkau adalah cintaku dan bahwa Engkau sendiri adalah cinta yang sanggup mendebarkan hatiku. Aku sadar dan yakin akan hal itu bahwa Engkau mencintaiku dalam diriMu. Aku menghormati dan mengagumiMu bukan hanya dengan kata tetapi lebih dengan hasrat jiwa yang selalu ingin bersamaMu.
5
Namun mengapa ada duri dalam cintaku? Saat aku ingin berjumpa, jam pertemuan telah lewat. Kucoba ungkapkan pergulatan jiwaku: "...aku tidur tapi hatiku terjaga. Aku mendengar ketukan kekasihku. Bukakan aku pintu adindaku, kekasihku yang sempurna, merpatiku. Kepalaku basah dengan embun. Rambutku basah oleh tetesan embun malam.
Aku telah menanggalkan jubahku, haruskah aku mengenakannya kembali? Aku telah mencuci kakiku haruskah aku mengotorinya kembali? Kekasihku menyorongkan tangannya melalui lubang pintu. Jantungku berdegup keras melihatnya. Aku bangun untuk membuka pintu. Mur (minyak) dari tanganku menetes di gagang kunci. Aku membuka pintu untuk kekasihku tetapi Ia telah berbalik dan pergi. Jiwaku mengejar Dia. Aku mencari Dia tapi tidak ketemu. Aku berseru kepadanya tetapi Ia tidak menjawab. Aku terus mencari.
Para penjaga malam berpapasan denganku. Mereka yang telah melakukan ronda kota. Mereka memukuli dan melukai aku. Mereka mengambil mantelku..."
Aku memohon padamu wahai kekasihku. Cinta membuatku sakit. Sungguh, saat cintaku merekah tidurku tak bisa nyenyak. Bayangmu selalu terbawa dalam mimpi, mewarnai hari-hari hidup. Rasanya waktu 24 jam berlalu dengan cinta. Aku pingsan ketika Engkau menghilang. Engkau seolah-olah hidup di daerah asing. 'hidupku seperti sebuah mimpi'
6
Allahku, Engkaulah kekasih jiwaku. Aku yakin Engkau tidak bermain-main dengan cintaa. Kehadiran dan cintamu adalah sesuatu yang kodrati. keabadianMu adalh sebuah pesta cinta. Dalam persekutuan yang dijiwai oleh kegembiraan cintaMu yang begitu luas. Engkau mencintai setiap orang seperti apa adanya.
Aku pun beriman akan cintaMu pada diriku. Engkau menanamkan cinta ke dalam jiwaku sehingga aku sanggup mencinta. cintaMu kuat mengalahkan maut. Tetap abadi selamanya. Aku ingin bersatu denganMu wahai kekasih jiwaku. Ingin kuyakinkan dalam bahasa manusia: "aku kepunyaanMu, padaMu gairahku tertuju." Di hadapanMu aku sadar bahwa aku pribadi yang unik, lain dari yang lain.
Kini, aku sedang dalam ziarah mencari, mengenalMu dan bertekad untuk bersamaMu selalu dalam hidupku sebab kutahu: "cintaMu ibarat embun pagi menetes di dada, dan tembus mengendap di hati, sejuk, dingin dan damai"
Waingapu(Dini hari) 5 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H