Pameran Pendididkan Islam Internasional atau  International Islamic Education Expo (IIEE) yang diselenggarakan mulai dari 21-24 November 2017 di ICE BSD Tangerang Selatan telah menjadi salah satu perhatian dunia. Dua agenda diantaranya acara Konferensi International Tahunan tentang Studi Islam ( Annual International Conference on Islamic Studies )/ AICIS  dan Konferensi International Studi Pesantren ( International Conference on Pesantren Studies ) yang telah dibuka oleh Wakil Presiden Jususf Kalla , Selasa ( 21/11 ). AICIS 2017 mengangkat tema Religion, Identity and Citizenship : Horizon of Islam And Culture in Indonesia.
Perhelatan akbar yang diselenggarakan oleh Kemenag tampaknya kali ini bukan hanya menampilkan beragam wajah Pesantren di Indonesia namun mempunya pesan kepada masyarakat dan dunia Internasional bahwa Indonesia mampu menghadirkan Islam yang moderat , toleran dan demokratis ditengah gempuran radikalisme global.
Berbagai ragam paham radikalisme yang sempat muncul di berbagai belahan dunia tentu saja telah mencoreng nama Islam secara keseluruhan, mata dunia sudah memandang Islam sebagai ajaran yang menghasilkan paham intoleransi dan radikalisme. Hal tersebut tentu merugikan Indonesia yang notabenenya sebagai negara dengan populasi Islam terbesar, hal ini juga tentu menorehkan sentimentil negatif dari apa yang  telah lama dibangun oleh kalangan Kyai Nusantara bahwa Pondok Pesantren dimana para Kyainya telah menelurkan ajaran Islam sebagai ajaran yang lemah lembut, mempunyai kredibilitas baik, menjaga persatuan dan kesatuan dan slogan Hubbul Wathan Minal Iman menjadi ciri yang ditumbuhkan oleh Kyai Nusantara didalam membangun kecintaan terhadap bangsa dan negara sebagai suatu keharusan.Â
Tentu mengembalikan semua pandangan negatif dunia tentang Islam tidaklah mudah, terlebih saat ini negara - negara Timur Tengah mengalami konflik internalnya, sehingga berbagai pertikaian antar negara Islam tidak bisa dihindari walau eksistensi dari konflik tersebut bukan berasal dari soal agama namun lebih ke urusan politik, namun tetap saja Timur Tengah telah menjadi kiblat mata dunia tentang bagaimana memandang Islam secara keseluruhan.
Ajang IIEE 2017 menjadi salah satu pembuktian kepada dunia internasional bahwa Islam dan Pondok Pesantrennya bukanlah satu ajaran yang menghasilkan para lulusan santrinya menjadi tokoh radikalisme, bahwa Pontren  menjadi wadah dalam menciptakan para lulusan yang mempunyai SDM yang mengikuti perkembangan era modern secara demokratis dan toleran.
Pada acara IIEE 2017 diikuti oleh berbagai Pondok Pesantren, dan Perguruan Tinggi Islam dari hampir seluruh Indonesia, mereka menyediakan Booth dengan berbagai informasi seputar Pondok Pesantren , Sistem Pembelajaran serta keunggulan - keunggulan yang dimiliki oleh masing - masing Pontren, dengan tentu saja berbagai display yang menjadi daya tarik para pengunjung Expo.
Berbagai pameran yang ditampilkan oleh para Peserta pameran diantaranya ;
1. Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung yang mempunyai lahan seluas 14 ha untuk menanam buah dan sayur, Pontren ini sekaligus menjadikan Agribisnis sebagai pembelajaran santrinya untuk dapat bercocok tanam dan mandiri. Pontren Al ittifaq juga sebagai salah satu supplier buah dan sayur di Supermarket ternama di Bandung dan Jakarta.