Senja mulai datang ketika kami menunggu kehadiranmu. Cuaca panas tampak tidak bersahabat untuk terus berada diruangan yang penuh sesak, lebih dari seribu mata memandang kearahmu. Seketika riuh orang mengelilingi sosok yang baru saja memasuki ruangan, terlihat tanganmu erat menjabat setiap orang yang menghampiri.
Senyum hangat menghiasi bibirnya yang tampak kering setelah berbicara cukup lama didepan mimbar pidato. Paparan dan penjelasan yang sangat padat telah memberikan semangat para hadirin yang sejak siang menanti kehadiranmu, lelaki kurus itu tak  nampak letih dan lesu. Suara lantangnya disertai cuplikan videotron telah membuat para hadirin terpukau dengan kerja kerasnya, daerah-daerah pelosok kau datangangi hanya untuk sekedar menyapa, meski jauh dan terasa tidak penting, namun sungguh kehadiranmu telah membasuh kerinduan rakyat kecil.Â
Aku hanya memandang dari kejauhan, kesederhanaan tampak dari penampilanmu, terlihat biasa dengan baju batik coklat yang pernah aku lihat diacara yang berbeda, namun kala itu aku tidak berhasil menyapa dari dekat.
Aku memperhatikanmu dari kejauhan diantara pengunjung yang berdesakan mendekatimu, sambil membayangkan begitu banyak kunjungan kerjamu disetiap waktu, mungkin engkau letih, bisa jadi engkau lelah atau mungkin engkau ingin ketika esok terbangun dari tidur dan tersadar bahwa semua hanya mimpi. Bisa jadi sebagian dirimu menginginkan kehidupan yang normal, atau keluargamu pernah berkeluh kesah akan cacian dan fitnahan yang menjadi makanan setiap waktu.Â
Aku memperhatikanmu, seakan aku mengenal jiwamu, jiwa yang penuh semangat dalam pengabdian untuk rakyat meski dengan kerja kerasmu telah merubah segalanya, namun  kau masih tampak kurus kerempeng seperti dulu, dengan bicaramu yang terbatas, sebatas hanya apa yang penting untuk dibahas.
Aku memperhatikanmu, ketika pernah disuatu acara kau berbicara bahwa seakan kehidupan normalmu tidak bisa seperti rakyat kebanyakan yang dengan mudah dan seenaknya bisa mengupload segala kegiatan sesuka hati. Tapi tidak dengan jabatanmu sekarang.. orang-orang disekelilingmu melarangmu melakukan itu, sebab orang disekelilingmu lebih mengerti apa yang pembencimu suka jika kau seenaknya membagi seluruh kehidupan pribadimu.
. yaa.. mereka akan membullymu, kembali kau dan keluargamu akan menjadi sasaran haters dengan cacian dan fitnahan mereka. Namun kau menaggapi semua itu dengan santai, bahkan rekam video di youtube atau vlog menjadi salah satu ekspresimu dalam mengenalkan sisi lain seorang pemimpin yang juga rakyat biasa.
Aku memperhatikanmu, tubuhmu yang kurus memang mampu membawamu bergerak lebih cepat dari yang lain, tampak kau dengan mudah bergerak dikerumunan orang-orang yang berdesakan ingin mengambil gambar atau sekedar berjabat tangan denganmu. Dari kejauhan pintu keluar aku terus memperhatikanmu, kawalan para ajudanmu seakan tidak mampu menahan deras kerumunan orang-orang yang sangat mencintaimu, mereka bukan saja ingin dekat, tapi dari dekat ingin mendoakanmu, doa yang diberikan dengan ketulusan hati bagi pemimpin yang mengemban amanah.Â
Pemimpin yang dengan raut wajahnya mampu membuat anak-anak nyaman berada didekatnya, pemimpin yang dapat berbaur berjoget tanpa batas bersama para guru taman kanak-kanak, namun disisi lain sosok yang mampu menghargai sesepuh pendahulunya serta jiwa yang penuh hormat kepada seluruh pemuka agama dinegaranya.
Saat ini aku memperhatikanmu dari dekat, sedekat aku bisa menangkap  guratan garis wajahmu, tampak mata yang telah mengisyaratkan pengalaman hidup yang keras kaujalani, terlihat garis muka yang penuh prinsip hidup yang kuat. Akupun bersalaman denganmu, kali ini tanganku memperoleh kehormatan berjabat tangan dengan sosok yang sangat dikagumi oleh rakyat kecil, akupun tak lupa mengambil gambar selfie layaknya para pengunjung tadi.Â
Dan ketika kau berjalan berlalu, akupun masih memperhatikan gerak badanmu, sambil berlalu tubuh kurus berbatik coklat itu masih tampak semangat sembari dikawal oleh para ajudannya yang tampak lebih lelah untuk menjagamu dari kerumunan antusias pengunjung. Pria kerempeng berbaju batik coklatpun berlalu meninggalkan acara  sembari tetap menebar senyum dan lambaian tangan tanda perpisahan. Langkah kakinya pasti seakan bersiap kembali untuk tugas lainnya yang telah menanti.Â
Dan aku akan terus memperhatikanmu, memperhatikan setiap hasil kerjamu, memperhatikan setiap kebijakanmu, sebijak engkau telah banyak memperhatikan rakyat kecil dipelosok agar dapat sejahtera berada dibawah kepemimpinanmu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H