Mohon tunggu...
Yasinta Wirdaningrum
Yasinta Wirdaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Ordinary Writer : Wanita dengan 1001 cerita

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilkada dalam Perspektif Permainan Sepakbola

22 September 2017   09:27 Diperbarui: 22 September 2017   10:19 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hampir setahun lamanya saya berhenti dari hasrat saya dalam menulis. Selama masa setahun itu kita banyak memperhatikan jalan politik para politikus dan bermacam gaya para komentator layaknya permainan bola yang semakin seru, apalagi jika terjadi kecurangan dari tim lain, tentu kita sebagai penonton semakin panas dan membara dalam membela tim kesayangan kita. Pilkada DKI kemarin menjadi pelajaran penting bagi rakyak Indonesia umumnya. Bahwa gaya politik para pejabat akan haus kekuasaan telah mendorong mindset masyarakat untuk terbuka mata dan hatinya untuk menilai mana tim yang bermain dengan Fair Play. Kita seakan sedang menonton permainan bola denan tim yang para pemainnya pandai menggiring opini sesat ke masyarakat, gocekan-gocekan tajam penuh fitnah dengan lihai dilakukan oleh oknum tim sukses. 

Serangan penuh semangat akan program-program ngawur dilakukan tanpa melihat peraturan dan logika yang tidak lagi dapat terbaca oleh wasit dalam memegang kendali permainan dilapangan. Wasit yang berat sebelahpun akhirnya hanya ikut sebagai penonton dengan meniup pluit sesekali saja hanya sebagai formalitas tanpa adanya investigasi lebih lanjut. Akhirnya banyak oknum yang memanfaatkan ketidaktegasan wasit dalam memberikan hukuman dari kedua tim yang bermain semakin panas diarena lapangan Pilkada, terlebih pasukan yel- yel pendukung di media sosial semakin masif dalam menyerang lawannya, semua taktik serangan dengan kode-kode angka demo kerap memainkan perannya diantara kekisruhan penonton yang membela tim kesayangannya namun tidak masuk klasifikasi sebelumnya. 

Dengan mencari panggung dalam  panasnya pendukung yel - yel sosial media ketika salah satu supporter meniupkan terompet nada penuh disharmonisasi dilapangan. Genderang perangpun entah siapa yang menabuh, tanda salah satu tim mulai tidak  bisa berkompetisi dengan fair. Tanpa disadari babak pertama telah usai dengan pluit wasit yang berbunyi pelan, tanda babak selanjutnya akan segera dimulai dengan suasana yang lebih panas. Di babak Kualifikasi sebelumnya tim yang kalahpun cukup percaya diri untuk mengikuti kompetisi tanpa pengalaman dilapangan bola, namun karena kedigjayaan masa lalu leluhurnya yang telah mendekap Piala bergilir selama 10 tahun berturut -turut walau tanpa ada modal pengalaman hanya berbekal nama besar pendahulunya saja akhirnya tim yang masih bau kencur tersebut kandas ditengah jalan. 

Babak kedua dimulai dengan taktik menyerang penuh intrik, ternyata program dan taktik membangun serangan dengan fair play bukanlah strategi salah satu tim dalam memenangkan pertandingan. Suporter yel-yel media sosial dengan indah membuat gerakan ombak penuh kekompakan tanpa henti dengan nyanyian hoax dan fitnah SARA. 

Kartu kuning diberikan wasit kepada salah satu tim ditambah dengan serangan dan tendangan bertubi tubi ternyata cukup angker laksana tendangan kelok sembilan telah berhasil membuat tipu daya gerakan tim yang berkostum hitam kuning, akhirnya Kapten kesebelasan yang menjadi incaran para supporter media sosial mendapat kartu merah yang berujung sang Kapten harus meninggalkan arena lapangan dengan menelan kekalahan tipis yang diakibatkan serangan penuh intrik fitnah SARA, bermain curang dan bermain mata dengan wasit. Pertandinganpun usai dengan kekalahan tipis  5-4 untuk kekalahan sang petahana. Selesai sudah masa kepemimpinan Kapten terbaik yang pernah ada dalam memimpin kesebelasan yang membuat perubahan bagi kesebelasan timnya.

Pertandingan dan kualifikasi terus bergulir, pertandingan di wilayah lain segera akan berlangsung dalam Musim Liga Pilkada Serentak, namun kembali para pendukung fanatik tidak bisa menunggu untuk mulai mengkampanyekan kehebatan tim kesebelasannya lebih baik, para supporter media sosial pun sudah disiapkan untuk menjegal psikologis tim sukses termasuk mental pemainnya. Para Manajer Klub kesebelasan mulai ancang-ancang dalam menurunkan pasangan pemain  yang akan main dalam Musim Liga Pilkada serentak. Entah taktik kotor apalagi yang akan dikeluarkan oleh masing - masing kesebelasan didalam Musim Liga Pilkada serentak nanti, apakah taktik kode angka-angka demo masih menjadi andalan mereka, mari kita tunggu Musim Liga Pilkada Serentak 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun