Mohon tunggu...
Yasinta Nur Laila Shafa
Yasinta Nur Laila Shafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Terus mencari dan menggali dalam diri yang hilang

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sejarah Benteng Vredeburg Hingga Menjadi Museum

3 Desember 2021   20:41 Diperbarui: 3 Desember 2021   23:43 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu penggambaran kemerdekaan Indonesia di Kota Jogjakarta. Gambar ini terdapat di diorama tiga (Foto oleh Yasinta Nur Laila Shafa)

Terik matahari terasa menyengat di kulit saat tengah menyusuri Titik Nol Yogyakarta pada pagi hari. Perjalanan berpuluh meter berhasil  ditempuh dengan jalan kaki untuk mendatangi benteng pada masa kolonial yang menyimpan banyak kenangan dan diabadikan dalam benteng ini. 

Tak heran, benteng ini lebih dikenal sebagai museum perjalanan kemerdekaan Indonesia. Tempat yang berada di sisi kanan Titik Nol, berdiri tegak dengan bangunannya yang khas Kolonial Belanda berwarna putih tepat di depan Gedung Agung, dulunya Kantor Bupati di masa kolonial yang sekarang lebih dikenal Istana Negara pada masa PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia).

Hanya bermodal kecintaan terhadap sejarah, dengan pengetahuan yang minim, tidak menyurutkan semangat untuk tetap melangkah menuju benteng yang lebih dikenal museum tersebut. 

Terik matahari yang menyengat di kulit bukan halangan untuk terus berjalan, peluh keringat yang bercucur dalam hijab pun tidak menjadi masalah besar menuju museum. 

Motor dan mobil lalu lalang menghiasi jalanan Titik Nol Jogja, suara klakson mengalun seperti lagu yang menemani diri ini untuk terus menikmati perjalanan menuju museum.

Kaki perlahan mulai melangkah masuk ke halaman utama museum yang luas, halaman utama sedang direnovasi dalam rangka Revitalisasi Museum Benteng Vredeburg. Terus berjalan menuju loket tiket, sebelum menuju loket tiket diarahkan untuk cek suhu dan check in menggunakan aplikasi android karena kondisi dan situasi masih Covid 19, hal yang normal untuk protokol kesehatan di tempat yang dikunjungi. 

Setelah menerima tiket, duduk di bangku depan diorama 2 sembari menunggu pemandu untuk menemani melihat museum. Lagu Indonesia Raya dikumandangkan melalui speaker museum. Lagu kebangsaan lainnya pun juga menyusul bersuara memenuhi seantero museum.

Bermodalkan tiket seharga tiga ribu rupiah, pengunjung dapat memasuki Museum Benteng Vredeburg dan meminta pemandu untuk menemani menyusuri Museum Benteng Vredeburg. 

Penjaga Museum yang ramah menjadi nilai plus Museum ini, pemandu perjalanan pun menjelaskan secara detail mengenai sejarah museum dan mampu menjawab pertanyaan pengunjung.

Ketika masuk disuguhkan pemandangan yang tampak seperti komplek Perumahan Tentara khas Kolonial Belanda. Jika diamati, segi arsitektur Benteng Vredeburg ini persis seperti perumahan dilihat dari bangunan pintu dan jendela. 

Ketika memasuki Museum, sisi kanan dan sisi kiri yang sekarang merupakan diorama satu dan dua, dulunya tempat tinggal Tentara Belanda.

Gambar ini merupakan salah satu Asrama Tentara Belanda dari samping yang sekarang dijadikan sebagai Diorama 2 (Foto oleh Yasinta Nur Laila Shafa)
Gambar ini merupakan salah satu Asrama Tentara Belanda dari samping yang sekarang dijadikan sebagai Diorama 2 (Foto oleh Yasinta Nur Laila Shafa)
Tepat di samping diorama dua yakni, diorama tiga merupakan tempat tinggal Tentara Belanda juga. Di belakang bagian selatan merupakan klinik kesehatan untuk Tentara Belanda. 

Lalu, ada tiga dapur di bagian Utara, Selatan, dan Timur Museum. Di bagian Timur, sebelah dapur ada pusat hiburan (ruang dansa) untuk Tentara Belanda. Ada salah satu gedung yang dulunya merupakan barak dan tempat senjata ringan.

 Hal tersebut dikuatkan bahwa pada bangunan ini terdapat jendela dan pintu. Ada 2 lantai pada gedung ini, lantai atas merupakan barak prajurit. Sedangkan lantai bawah tempat penyimpanan senjata ringan, bagian selatan berhimpitan dengan ruangan yang berfungsi sebagai penyimpanan senjata berat.

Gambar ini diambil saat memasuki Diorama 2 (Foto oleh Yasinta Nur Laila Shafa)
Gambar ini diambil saat memasuki Diorama 2 (Foto oleh Yasinta Nur Laila Shafa)

Sejarah benteng ini didirikan pada tahun 1760 yang dibangun oleh VOC, lima tahun setelah Kesultanan Jogjakarta didirikan. Benteng ini dulunya bernama Rustenburg dalam Bahasa Belanda yang artinya tempat peristirahatan. Uniknya, benteng ini dibangun dengan bahan dan material dari Sri Sultan Hamengkubuwono I. 

Letak benteng yang sangat strategis berada di ujung Malioboro mengarah ke arah Istana Sultan, untuk berjaga – jaga jikalau hubungan antara Belanda dan Kesultanan Jogja memburuk, Belanda bisa langsung menyerang ke dalam rumah Sultan Hamengkubuwono I.

Pada tahun1800an terjadi gempa bumi besar di Jogja yang membuat benteng ini rusak, lalu direnovasi kembali. Setelah direnovasi, Benteng Rustenburg berubah nama menjadi Vredeburg dalam Bahasa Belanda yang artinya perdamaian. Kenapa namanya perdamaian? Karena hubungan antara Belanda dan Kesultanan Jogja pada masa itu, tidak lagi berperang. Eits, bingung ya?

“kan, mbak suka mendengar bahwa Indonesia dijajah selama 350 tahun? Nah, 350 tahun itu periodenya dimulai pada masa VOC, masa kompeni pada tahun 1600an awal. VOC kan berdiri pada tahun 1602, di masa VOC di Nusantara itu kita belum menyebutnya sebagai masa penjajahan. 

Ketika Belanda masuk, VOC bangkrut pada tahun 1799. Kemudian seluruh asset dan kekuasaan wilayah di Nusantara diambil alih oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Nah, pada tahun1800 itu banyak sejarawan mengatakan dimulainya penjajahan Indonesia.,” Jelas Pemandu Museum. 

Maka dari itu, Benteng Rustenburg berubah nama menjadi Benteng Vredeburg yang disepakati oleh pihak Belanda dan Kesultanan Jogja. Secara harfiah bahwa Indonesia dijajah selama 350 tahun, itu hanyalah periodisasi Sejarah Indonesia yang dimulai sejak VOC didirikan.

Salah satu penggambaran kemerdekaan Indonesia di Kota Jogjakarta. Gambar ini terdapat di diorama tiga (Foto oleh Yasinta Nur Laila Shafa)
Salah satu penggambaran kemerdekaan Indonesia di Kota Jogjakarta. Gambar ini terdapat di diorama tiga (Foto oleh Yasinta Nur Laila Shafa)
Pada masa kemerdekaan, Benteng Vredeburg masih digunakan sebagai markas tentara, termasuk pada Masa Penjajahan Jepang hingga Masa Pemerintahan Revolusi (1950 – 1970). Namun, pada tahun 1992 benteng ini diubah fungsinya menjadi museum. Jika dikritisi, tidak sinkron dengan perubahan fungsi dari benteng hingga museum yang berisi storyline sejarah Indonesia

Bangunan yang khas kolonial Belanda, diubah fungsinya menjadi museum yang berisi histori perjuangan kemerdekaan Indonesia di Kota Jogjakarta. Bangunan diorama satu hingga tiga berisi storyline perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

Dalam diorama satu hingga tiga terdapat sajian pemandangan kecil yang dilengkapi oleh patung kecil yang didukung oleh suasana dan lingkungan seperti aslinya, dengan latar yang berwarna alami, pola atau corak tiga dimensi suatu adegan atau pemandangan yang dihasilkan dengan menempatkan objek dan tokoh di depan latar belakang dengan perspektif yang sebenarnya sehingga dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya (V. Agus Sulistya, 2020, p. 32)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun