Empat tahun berikutnya adalah periode perjuangan bersenjata melawan Belanda, yang berniat untuk mendapatkan kembali kendali atas Hindia Timur. Bagi Hatta itu adalah masa aktivitas politik yang intens yang mencakup penahanan lain oleh Belanda dan keretakan yang semakin dalam dengan Soekarno. Ketika negosiasi yang mengarah pada penyerahan kedaulatan Belanda pada Desember 1949 berlangsung, perawakan internasional Hatta serta kemudahan dan kompetensinya dalam berurusan dengan orang Eropa berperan penting dalam menentukan hasilnya. Antara lain ia berhasil menentang pengenaan sistem federal yang dirancang oleh Belanda.
Gagasan dan Pengaruh Politik
Meskipun Hatta kemudian dibayangi oleh Soekarno yang lebih flamboyan dan agresif, banyak posisinya menjadi penting tidak hanya di Indonesia tetapi juga internasional. Ia adalah seorang juara yang pandai berbicara tentang non-keberpihakan dan sosialisme yang didasarkan terutama pada koperasi dan desentralisasi. Ia juga meyakini bahwa sosialisme Indonesia harus didasarkan pada Islam.
Karena ia berasal dari Sumatera dan sangat berbeda dalam gaya pribadi dengan Soekarno, seorang Jawa, keduanya dianggap benar-benar saling melengkapi. Tetapi perbedaan yang sama ini menyebabkan kemitraan mereka hancur, dan ketika Soekarno meninggalkan proses parlementer demi "demokrasi terpimpin" pada akhir 1950-an, jurang di antara mereka menjadi tidak dapat dijembatani. Namun, runtuhnya rezim Soekarno dalam kebingungan dan keterpurukan pada tahun 1966 tidak menyebabkan Hatta kembali ke posisi politik formal; pemerintahan penerus di bawah Soeharto didominasi oleh tentara, sebuah organisasi yang dianggap Hatta korup, tidak efisien, dan tidak cocok untuk pemerintahan dalam keadaan apapun.
Mohammad Hatta tetap menjadi latar belakang politik Indonesia sepanjang tahun 1970-an kecuali untuk periode singkat pada tahun 1978 ketika ia setuju untuk menjabat sebagai ketua umum Yayasan Lembaga Kesadaran Konstitusi. Yayasan ini menyediakan forum untuk ekspresi kritik yang berani dari berbagai penentang pemerintah Soeharto. Namun, itu tidak dapat melemahkan secara signifikan kendali tentara atas lembaga-lembaga publik, dan kehilangan banyak momentum yang mungkin diperolehnya ketika Hatta meninggal pada 14 Maret 1980.
Sumber Biografi
- J. D. Legge, Sukarno: A Political Biography (1972). Studi George Kahin tentang Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia (1952)
- Herbert Feith, The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia (1962)
- "In Memorium: Mohammad Hatta (1902-1980), " di Indonesia (1980)
- Herbert Feith dan Lance Castles, editor, Pemikiran Politik Indonesia, 1945-1965 (1970).
- Hatta, Mohammad, Mohammad Hatta: memoar, Jakarta: Tintamas Indonesia, 1979.
- Hatta, Mohammad, Mohammad Hatta, patriot Indonesia: memoar, Singapura: Gunung Agung, 1981.
- Rose, Mavis, Indonesia free: a political biography of Mohammad Hatta, Ithaca, N.Y.: Cornell Modern Indonesia Project, Southeast Asia Program, Cornell University, 1987.
#KemerdekaanIndonesia #DirgahayuIndonesia #HUTRI #HUTRI77 #HUT77 Â #HariUlangTahunRepublikIndonesia #IndependenceDay #PulihLebihCepat #BangkitLebihKuat #IndonesiaMaju #IndonesiaBangkit #IndonesiaMerdeka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H