Mohon tunggu...
Yasin Adib Zuhair
Yasin Adib Zuhair Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Gadjah Mada

.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menemukenali Jadah Khas Dewi Sambi

25 Juni 2023   08:57 Diperbarui: 25 Juni 2023   09:01 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadah, apa itu? pertanyaan selalu muncul ketika mendengar kata jadah. Banyak yang mengira bahwa kata tersebut salah penulisan atau penyebutan, kata yang dimaksud adalah sajadah. Eitss jangan salah dulu ya, ini memang kata jadah yang memiliki arti, yaitu makanan legendaris dari lereng Merapi dan Merbabu. Lebih tepatnya di Desa Wisata Samiran, Selo Boyolali (Dewi Sambi). Jadah merupakan makanan yang dibuat dari bahan dasar beras ketan. Perpaduan pulennya beras ketan cocol srundeng dengan kaldu daging sapi yang kuat akan memanjakan lidah. Gurih dan manisnya srundeng menjadi ciri khas rasa yang ditampilkan oleh makanan legendaris ini. 

Udara sejuk dataran tinggi, Dewi Sambi dan memiliki karunia berupa pemandangan alam yang indah dirasa sesuai dalam menikmati hangatnya jadah dan srundeng. Keberadaan gunung Merapi dan Merbabu menjadi daya tarik bagi pariwisata yang ada di Boyolali. Sudah menjadi hal yang identik industri pariwisata memiliki ciri khas baik berupa cinderamata atau makanan khas. Jadah menjadi makanan khas yang wajib dicicipi ketika berkunjung ke destinasi wisata yang ada di kawasan dataran tinggi Selo, Boyolali. 

Aku dan temanku bernama Kardi setibanya di Selo, langsung menuju jadah bakar mbah Rubi.  Jadah Selo identik dengan bakaran, jadi jadah yang sudah jadi kemudian dibakar, maka aroma harum akan membersamai ketika jadah bakar ini disajikan. Berbagai menu disajikan mulai dari jenang wajik, tahu tempe bacem, jadah goreng, jatah bakar, dan berbagai minuman rempah-rempah serta susu khas Boyolali. dan susu segar khas Boyolali melengkapi suasana pedesaan lokal pegunungan. Tekstur tidak terlalu lembek dan tidak terlalu keras, dan legit cocok ketika disantap anak kecil maupun dewasa. Memiliki keunikan dalam hal penyajian dengan memotong kotak kecil kecil dan disusun melingkar di atas piring kemudian tengahnya diberi srundeng. Kesederhanaan yang ditampilkan namun dikemas menjadi sesuatu yang terlihat mewah. 

Gurihnya jadah ditaburi serundeng beraroma kaldu daging sapi menjadi suguhan yang nikmat ketika digigit memiliki tekstur agak alot kenyal membuat sensasi tersendiri. Aroma bakaran yang memberikan warna bercak kecoklatan menambah rasa gurih saat dimakan. Serundeng yang menjadi bumbu taburan diatasnya memiliki cita rasa yang manis. Kekuatan rempah-rempah di serundeng membuat rasa agak pedas. 

Terdapat 2 toko yang menjajakan jadah bakar. Kedua toko tersebut yaitu jadah bakar Mbah Karto dan mbah Rubi. saat aku membeli jadah bakar di Omah Bakar Mbah Rubi, aku bertanya bagaimana sejarah awal berdirinya omah jadah mbah Rubi dengan salah satu pelayan yang ada. "Mbah Rubi sudah memulai jualan pada tahun 1960. Dan memiliki masa kejayaan pada tahun 1972. Pembeli saat itu hanya masyarakat lokal yang pulang dari pasar. Kami sempat berenti setelah mbah Rubi meinggal selama 5 tahun dan karena jalur Selo sepi". Ujar Nina, anak dari Mbah Rubi. 

Berdasarkan uraian yang disampaikan oleh Nina, jadah menjadi makanan legendaris sudah ada sejak 1960-an. Perkembangan jadah di kawasan Selo mulai menemukan titik temu saat dibukanya jalan Solo Selo Borobudur. Pembukaan jalur ini membuat Selo mudah untuk diakses oleh wisatawan. Perkembangan olahan jadah ini menjadi makanan yang legendaris dan ikonik di Boyolali lebih tepatnya selo sudah sangat pesat. Pertanyaan kemudian muncul, kenapa hanya ada 2 warung yang menjajakan olahan jadah ini?

"Sebelum direndam selama tiga jam, ketan harus dicuci dulu, kemudian dicampur kelapa dan geram. Dan setelah itu dikukus minimal 2 jam, kalau tidak terbiasa membuat maka akan kesulitan dalam mencari tekstur dan campuran yang pas" ujar generasi kedua dari Mbah Rubi. pembuatan yang sulit dan memerlukan waktu yang lama menjadi tantangan tersendiri bagi generasi sekarang ketika ingin terjun mengelola atau membuka bisnis kuliner ini. Maka dari itu hanya dua warung yang mampu bertahan diera sekarang. 

Cita rasa khas terus dipertahankan oleh generasi kedua Omah Jadah Mbah Rubi, karena resep langsung diturunkan oleh Mbah Rubi. Karakteristik khas yang disuguhkan oleh makanan jadah mulai dari cita rasa, tekstur, dan aroma yang harum menjadi daya tarik tersendiri. Untuk memenuhi permintaan pasar dan kalangan muda, omah jadah membuat inovasi baru. Salah satunya yaitu jadah bakar diberi srundeng dengan rasa coklat, tiramisu, strawberry, dan greentea. Inovasi dilakukan sebagai upaya dalam bertahan diera gempuran anak muda. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Tidak hanya sampai disitu saja, inovasi dalam pengemasan juga dihadirkan. Kemasan dengan konsep kekinian dan memiliki desain yang simpel nan elegan dipilih agar memikat bagi pembeli yang menginginkan untuk dibawa pulang. Perpaduan antara warna coklat dan biru menghadirkan kesan yang enak dilihat dan pastinya estetik untuk difoto dan cocok untuk pemenuhan kebutuhan konten. Hanya dengan 20.000 wisatawan sudah bisa menikmati jajanan jadah. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Konsep kekinian juga diterapkan terhadap omah jadah yang didesain seperti cafee tempat ngopi kalangan muda. Keramahan menjadi ciri khas pelayanan yang ditunjukkan oleh omah jadah. Letak warung yang strategis di samping pusat keramaian dataran tinggi Selo, membuat wisatawan tidak kesulitan dalam menemukan omah jadah Mbah Rubi. 

"Jajanan kuno yang kekinian" menjadi tagline dan branding omah jadah Mbah Rubi. terbukti, jajanan kuno jadah bakar mampu bertahan hingga saat ini dan kembali merasakan kejayaan diera gempuran makanan kekinian yang sangat beragam. Jajanan kuno jadah bakar tidak kalah dalam hal cita rasa, tekstur, dan aroma. Oleh sebab itu jajanan kuno ini mampu eksis dan memiliki segmen pasar yang luas. Makanan bukan hanya yang ada di cafe-cafe saja, bukan hanya yang berbau chines, korean, japanes, kebarat-baratan saja, namun perlu juga olahan khas yang legendaris asli nusantara memiliki penggemar sehingga kelestariannya tetap terjaga. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun