Mohon tunggu...
Yasifa NaurilAigitsy
Yasifa NaurilAigitsy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Di sini untuk memnuhi tugas artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Baju Pengantin Sukapura

13 November 2023   11:56 Diperbarui: 13 November 2023   12:32 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan secara dua arah menggunakan media dan memunculkan sebuah efek, proses komunikasi dapat dilakukan oleh dua orang atau lebih. Komunikasi terjadi secara satu arah, dua arah, dan transaksi. Suatu komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima, salah satu prinsip komunikasi adalah latar belakang, dimana kita memiliki sosial-budaya yang sama. Tentunya setiap daerah dan wilayah memiliki budayanya masing-masing, salah satunya adalah pernikahan. Menurut Heriyanti (2002), pernikahan adalah sebuah ikatan diantara perempuan dan laki-laki atas kemauan dua belah pihak dan menjadi ciri khas yang mengikat satu sama lain. Di dalam sebuah proses pernikahan pastinya kita membutuhkan sebuah pakaian pengantin yang merupakan sebuah simbol budaya dari pernikahan tersebut. Pakaian pengantin memiliki adatnya tersendiri berdasarkan wilayah. Di dalam artikel ini saya akan membahas mengenai Pakaian pengantin asal Sukapura.

Alasan saya memilih Pakaian Pengantin Sukapura adalah untuk memperkenalkan Pakaian Pengantin Sukapura itu sendiri, agar budaya yang dimiliki Indonesia semakin dikenal, dan masyarakat dapat mengetahui berbagai macam Pakaian Pengantin dari berbagai daerah. Selain itu, di era saat ini kebudayaan semakin hilang, oleh karena itu kita harus melestarikan budaya yang dimiliki oleh Indonesia agar tidak punah dan dapat dikenal oleh dunia. Hal tersebut dapat memunculkan berbagai pertanyaan mengenai nilai dan kebudayaan Indonesia terkhususnya pakaian pengantin serta upacara adatnya. Melalui artikel ini kita dapat mengetahui bagaimana bentuk dari pakaian pengantin Sukapura, asal pakaian pengantin Sukapura, upacara adat apa yang terjadi, dan barang apa saja yang dibutuhkan dalam proses pernikahan ini.

Jawa Barat merupakan sebuah provinsi yg memiliki beragam suku, salah satunya adalah suku Sunda. Sukapura merupakan sebuah daerah yang berasal dari Kabupaten Tasikmalaya sejak abad ke-17, di Sukapura sendiri mereka memiliki pakaian adat pengantin yang dinamakan pakaian pengantin Sukapura, pakaian pengantin ini termasuk ke dalam golongan pakaian pengantin menengah. Untuk pengantin wanita mengenakan siger Srikandi yang diambil dari ibu R. Aminah Mukdas yang biasa dikenakan ketika terdapat pernikahan di keluarganya, sedangkan untuk pengantin pria menggunakan jas hitam yang disebut Prang Wadana, keris yang berada di bagian kiri pengantin pria, kain model dodot, dan mahkota pakaian pengantin pria ini diambil dari pakaian Bupati Sukapura ke XIV, yaitu Raden. Tumenggung Wiratanuningrat. Dalam acara pernikahannya, terdapat beberapa upacara adat, yang pertama upacara Ngeuyeuk Seureuh yang dilaksanakan pada malam hari dan bertujuan untuk tuntutan bagi para mempelai tentang kehidupan berumah tangga. Terdapat beberapa barang yang digunakan sebagai simbol untuk upacara Ngeuyeuk Seureuh ini, diantaranya:

  1. Lumpang dan alu, sebagai simbol wanita dan laki-laki yang tidak dapat dipisahkan dan saling membutuhkan satu sama lain.

  2. Parukuyan, sebagai simbol penghormatan kepada leluhur. Parukuyan ini digunakan untuk membakar kemenyan.

  3. Pangradinan, untuk wadah dari parawaten sebagai simbol penghormatan kepada leluhur.

  4. Ayakan, dengan makna mempertimbangkan sesuatu sebelum bertindak.

  5. Peralatan kecantikan, untuk simbol bagi pengantin perempuan harus menjaga kesehatan.

Selain itu, terdapat upacara adat lain yang dinamakan upacara Nincak Endog, dimana mempelai pria akan menginjak telur tersebut dan mempelai wanita akan membasuh kaki sang mempelai pria, diakhiri dengan kedua mempelai memecahkan kendi secara bersama, adapun barang-barang yang harus digunakan, diantaranya:

  1. Kendi, untuk wadah air sebagai simbol kesejukan.

  2. Batu pipisan, memiliki makna bahwa kita harus memiliki landasan hidup.

  3. Pelita sumbu tujuh, sebagai makna penerang hidup yang benar.

  4. Harupat, bermakna bahwa manusia tidak boleh putus asa.

  5. Elekan, bermakna bahwa manusia harus berilmu dan berakhlak.

Akibat kondisi geografis, latar belakang sejarah, ekonomi masyarakat yang berbeda dapat memunculkan ragam pakaian tradisional yang berbeda di Jawa Barat, khususnya pakaian pengantin. Pakaian pengantin di bagian pesisir utara, seperti Karawang, cenderung terdapat pengaruh dari budaya Cina dan Arab. Sedangkan di bagian Priangan atau Jawa Barat tengah, seperti Bandung, Sumedang, dan Cirebon banyak dipengaruhi oleh budaya Kraton.

Seperti yang kita tahu, pakaian pengantin Sukapura memiliki adatnya sendiri, begitupun dengan pakaian pengantin lain. Dengan itu, kita selaku masyarakat Indonesia harus tetap menjaga nilai dan budaya yang sudah dilestarikan oleh nenek moyang kita dahulu dengan cara tetap menggunakan pakaian adat, memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat dalam negeri maupun luar negeri agar budaya Indonesia dikenal dan diingat. Selain itu, kita dapat mengkombinasi untuk melestarikan budaya Indonesia melalui campaign atau challenge dimana kita meminta audiens untuk mengenakan pakaian adat atau mengenalkan budaya melalui sosial media mengenal di era digital ini sosial media dapat diakses oleh siapa saja dan dimana saja. Dengan itu, budaya di Indonesia tidak akan punah. 

Jadi, dengan mempelajari artikel ini saya berharap bahwa generasi muda zaman sekarang tidak buta akan budaya Indonesia seperti, pakaian adat, upacara adat, lagu daerah, dan lainnya. Selain itu, setiap budaya daerah memiliki simbolnya tersendiri yang harus kita pahami agar makna yang terdapat di dalam simbol dapat kita pahami sehingga tidak terjadi kesalahan informasi mengenai budaya kepada generasi selanjutnya.

Sumber:

Prof. Deddy Mulyana, MA, Ph.D, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Rosda, Bandung, 2012 : 76.

 Larry A.Samovar, Richard E.Porter, dan Edwin R.McDaniel, Komunikasi Lintas Budaya :Communication Between Cultures, Salemba Humanika, Jakarta, 2010 : 25

Yoga. 2018. Nincak Endog. Perpustakaan Digital Budaya Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun