Mohon tunggu...
Yashifa Awaliyah
Yashifa Awaliyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Saya adalah seorang mahasiswa prodi Pendidikan Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Erving Goffman: Dramaturgi dan Susunan Interaksi

12 Oktober 2022   12:33 Diperbarui: 12 Oktober 2022   12:36 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erving Goffman (sumber: thoughtco.com )

 

Erving Goffman adalah tokoh yang terkenal akan pemikirannya mengenai "Dramaturgi". Goffman lahir pada tanggal 11 Juni 1922 di Alberta Canada. Ia menerima gelar S1 dari Universitas Toronto dan gelar Doktor dari Universitas Chicago. Goffman wafat dimasa kejayaannya sebagai tokoh sosiologi yaitu di tahun 1982.

Perlu kita tahu bahwa kajian Goffman mempunyai kedekatan dengan kajian para tokoh antropologi, sehingga Goffman pun dikenal sebagai tokoh etnometodologi. Goffman mempunyai karya besar yang berisikan pemikirannya mengenai dramaturgi dan karya itu berjudul "The Presentation of Self in Everyday Life" (1959).

Interaksionisme Simbolik Erving Goffman

Goffman mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan interaksi yang terjadi pada individu-individu yang menggunakan simbol serta penafsirannya, dengan peran the self dan the other mendapat perhatian yang sama dalam ranah interaksi. Interaksionisme simbolik Goffman selalu tertuju pada konsep-konsep impression management, role distance, dan secondary adjustment. Selain itu, Goffman juga mengkaji masalah interaksi tatap muka (face to face) yang menjadi basis pendekatan mikrososiologi dalam analisis sosiologi milikinya.

Dramaturgi

Erving Goffman mengembangkan pemikirannya mengenai dramaturgi diawali karena adanya pemikiran tentang konsep dramatisme dari Kenneth Burke. Yang mana bagi Burker tujuan dari konsep dramatisme ialah untuk memberikan penjelasan dalam memahami motif/alasan manusia melakukan tindakan. Dan dari konsep tersebut, membuat Goffman tertarik sehingga ia pun mengembangkan konsep tersebut ke dalam karyanya yang mendalami kajian mengenai konsep dramaturgi.

Konsep dramaturgi menurut Goffman ialah sebagai suatu suasana dramatik yang diilustrasikan seperti sedang terjadi di atas panggung, dimana Goffman melukiskan para aktor (individu) sedang berinteraksi seperti melakukan tindakan yang biasa mereka lakukan di kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, Goffman melukiskan peranan para aktor yang berinteraksi dengan realitas sosial yang biasa dihadapinya dengan melewati panggung sandiwara yang jalan ceritanya sudah ditentukan.

Terdapat 2 konsep besar dalam dramaturgi, yaitu :

Front stage adalah bagian pertunjukan yang mempunyai fungsi untuk mendefinisikan situasi/reaksi dari penonton. Front stage sendiri terbagi menjadi 2 bagian yaitu setting (sebuah gambaran fisik yang harus ada jika pemain ingin bersandiwara) dan front personal (sebuah perlengkapan yang dijadikan suatu pembahasaan emosional dari pemain).

Selain dua bagian tersebut, terdapat pula expression equipment (sebuah peralatan untuk mengekspresikan diri), yang mana juga terbagi lagi menjadi 2 yaitu ada appearance (penampilan) dan manner (sikap/gaya/perilaku) yang nantinya dua bagian itu akan digunakan individu dalam membuat pencitraan di atas panggung.

  • Back Stage (Panggung Belakang)

Di dalam back stage inilah semua kegiatan yang tersembunya terjadi, seperti kegiatan mempersiapkan serta kegiatan berlatih peran yang akan dibawakan nantinya. Di samping itu, dalam back stage juga akan memperlihatkan karakter sesungguhnya dari para pemain (individu) yang mana tidak tampak di panggung depan (front stage).

Impression Management

  • Supaya pribadi asli aktor tidak diketahui oleh penyaksi, maka aktor diharuskan untuk melakukan tindakan yang bisa membuat loyalitas dramaturgis.
  • Aktor harus menjalankan disiplin dramaturgis dengan cara mengendalikan diri, menjaga kesadaran, dan mengatur ekspresi mimik serta suara.
  • Aktor diharuskan membuat dan melakukan skenario terlebih dahulu sebelum pertunjukan dilakukan, hal ini ditujukan sebagi bentuk kehati-hatian dramaturgis.
  • Dalam pengelolaan kesan nantinya harus dilakukan dengan cara serta teknik yang paling disenangi oleh aktor tersebut/ pelaku sosial.

Role Distance

Goffman mengemukakan bahwa individu yang memiliki status sosial lebih tinggi, maka nantinya individu tersebut akan menciptakan dan menunjukkan jarak sosialnya dengan individu lain yang berstatus sosial lebih rendah dari dirinya. Namun, individu yang memiliki status lebih rendah tersebut nantinya cenderung akan lebih bertahan dalam menunjukkan role distance (jarak peran) yang dirinya miliki di lingkungan sosialnya.

sumber : Podcast KOPI

link : https://open.spotify.com/episode/0NqTjqA1UPFhRiUo0atRAZ?si=C6uaUzycTt66GcBdhIIwxQ&utm_source=copy-link

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun