Penyakit yang mematikan dan berbahaya tersebut salah satunya HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala-gejala timbul tergantung dari infeksi oportunistik yang menyertainya. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV (Depkes RI, 2013). AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. Selain itu, AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental, kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS.
HIV/AIDS dapat menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus tersebut juga terdapat dalam saliva, air mata, dan urin namun sangat rendah. Selain cairan tubuh, HIV juga dapat ditularkan melalui ibu ke bayi, penggunaan jarum suntik secara bergantian, transfusi darah, dan hubungan seksual (Widoyono, 2008).
AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh, hingga akhirnya berdatangan berbagai jenis penyakit lain. Ketidakmampuan tubuh dalam menyerang berbagai penyakit yang datang karena lemahnya sistem kekebalan tubuh menyebabkan kematian pada penderita HIV.
KesimpulanÂ
Masa remaja merupakan periode kritis di mana individu mengalami berbagai perubahan fisik, emosional, dan sosial. Dalam fase ini, remaja sering kali mencari identitas diri, termasuk dalam hal seksual. Namun, rendahnya kontrol diri dan pengaruh lingkungan, seperti media massa dan pergaulan, dapat mendorong perilaku seks bebas yang berisiko. Perilaku ini tidak hanya dapat mengakibatkan masalah kesehatan, seperti infeksi menular seksual (IMS) dan kehamilan tidak diinginkan, tetapi juga dapat berdampak negatif pada perkembangan psikologis dan sosial remaja. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan pemahaman dan pendidikan seksual yang benar, serta memberikan dukungan yang memadai kepada remaja agar mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan seksual mereka. Upaya pencegahan dan edukasi yang efektif sangat diperlukan untuk melindungi remaja dari bahaya seks bebas dan membantu mereka dalam proses pencarian identitas diri yang sehat dan positif.
Daftar PustakaÂ
Penelitian, J., Pengabdian, D., Masyarakat, K., Hanifah, S. D., Nurwati, R. N., & Santoso, M. B. (2022). SEKSUALITAS DAN SEKS BEBAS REMAJA.
Vintaria, V., Handini, M. C., Siregar, L. M., Manurung, K., Ester, M., Sitorus, J., Studi, P., Ilmu, M., Masyarakat, K., Pascasarjana, D., & Mutiara Indonesia, S. (n.d.). PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA.
Purnama, Y., Surya, A., & Bima, M. (2020). FAKTOR PENYEBAB SEKS BEBAS PADA REMAJA. 5(2).
Keperawatan, J., 60, H. |, Wijayanti, E. T., Puspita, H., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Jombang, H. (n.d.). HUBUNGAN SIKAP REMAJA TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL DENGAN SIKAP SEKS PRANIKAH.
Remaja, (, Kesehatan, D., Untuk, R., Esok, H., Lebih, Y., Ningsi, B. ), Riset, B., & Nasional, I. (n.d.). SEKS BEBAS DAN PERNIKAHAN DINI MASALAH UTAMA REMAJA.