Mohon tunggu...
Yaser Fahrizal Damar Utama
Yaser Fahrizal Damar Utama Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Prodi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Gak bisa makan bubur pake sumpit.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Broken Home Bukan Pilihan

14 November 2019   14:35 Diperbarui: 14 November 2019   14:41 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini timbul karena pengalaman masalalu maupun yang sedang dialami oleh korban. Kekecewaan yang mendalam membuatnya takut dalam bertindak. Meskipun hal ini dialami oleh hampir seluruh korban broken home, bukan berarti hal ini tidak bisa diubah.

Ketika kamu menjadi korban broken home, lawan semua gangguan dan perubahan itu. Berhentilah menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi. Jadikan itu pembelajaran untuk masa depanmu. Berhentilah bersedih dan murung secara berlebihan, alihkan fokus anda ke hal hal lain yang dapat membuat anda berkembang. Dan yang terpenting adalah coba untuk tidak menutup diri, berceritalah kepada orang yang anda percaya. Menangislah sekencang-kencangnya jika itu membuatmu tenang. Menangis tidak menunjukan bahwa kamu lemah. Menagis itu manusiawi.

Jangan pernah menutup diri anda dari dunia luar. Ikuti komunitas-komunitas sosial yang sesuai dan cocok dengan kamu. Bila perlu cari komunitas yang mengumpulkan orang orang yang memiliki latar belakang sepertimu, contohnya Behome Indonesia. Behome adalah wadah bagi para korban brokenhome untuk berani bercerita, saling memotivasi dan saling menguatkan.

Selalu ambil hikmah dalam setiap kejadian yang terjadi dalam hidupmu. Sadar atupun tidak, menjadi korban broken home adalah salah satu tantangan hidup yang tidak semua orang mampu menjalani itu. 

Maka saat kamu berhasil untuk bertahan melewati itu, kamu adalah sosok yang kuat. Kamu adalah seorang pemenang meskipun kamu adalah korban. Karena bisa saja ketika orang lain berada di posisi kamu sekarang mereka tidak akan sekuat kamu. Keluarga yang kita miliki memang tidak (lagi) utuh, tetapi cobalah untuk menjadi manusia seutuhnya. Keluarga kia memang hancur, tapi tidak dengan masa depan kita.

Keluarga kita memang hancur, tapi tidak dengan masa depan kita. - Yaser Fahrizal Damar Utama

Untuk kamu yang tidak terlahir dari keluarga brokenhome, bersyukurlah karena kamu memiliki banyak hal yang sejak lama didamba-dambakan oleh para korban brokenhome. 

Dan saat disekeliling kamu ada anak-anak korban-brokenhome, hilangkan stigma-stigma negatif kepada mereka. Pahami keadaan mereka dan kuatkan mereka. Seetidaknya jadilah teman yang bisa memberikan sedikit waktu untuk mendengarkan ceritanya, percayalah itu akan sangat berguna.

Ditulis oleh : Yaser Fahrizal Damar Utama 13 November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun