Tak berlebihan saya meyakini bahwa kemenangan sudah di tangan Prabowo. Gelombang perubahan telah menjalar ke seluruh nadi anak negeri. Kemenangan di depan mata. Aroma kemenangan yang pada tahun 2014 saya cium melekat kuat di Jokowi.
Mungkin agak panjang dan debatable bila saya coba mengenang Jokowi dengan bumbu janji-janjinya.Â
Pada 2014, menjelang pencoblosan dan pasca pelantikan, saya, sebagai salah satu pemilih Jokowi, Â berharap kabinet profesional ramping segera terbentuk. Jadi kabinet bisa langsung mengebut. Tancap gas.Â
Nyatanya... Menguap. Jokowi melupakan janji-janjinya dan memilih berkompromi: Kabinet gemuk, Jaksa dari partai dan minim kaum profesional. Relawan gigit jari.
Tabungan kepercayaan tergerus perlahan. Bocor tipis.
Lanjut... revolusi mental, konflik partai, kisruh PSSI, Novel Baswedan, TKA, Tax amnesty, dll. Dan, tiba-tiba janji tol laut bisa menjadi jalan tol. Sungguh jungkir balik perasaan saya. Apa-apaan ini. Seluruh kebijakan tak dipikir matang. Outputnya bikin rakyat tak tenang. Ekonomi goyang. Stagnan.
Semua asa yg saya titip ke Jokowi pupus perlahan. Â
Dan, berlanjut kasus Ahok, duaaar... bayangan 2 periode Jokowi pecah berantakan. Tentu yg pusing bukan Jokowinya, tapi orang di sekelilingnya. Orang yg mengambil keuntungan dari kebaikan Jokowi dan "kealpaan" Jokowi membaca peta mafia di Indonesia. Mafia impor, mafia properti, mafia tambang, dsb.
Ya, ya, saya agak kaget saat melihat orang di sekitar Jokowi bukanlah seperti yang saya bayangkan saat memilihnya sebagai Presiden. Saat menuliskannya berkali-kali dalam blog dan dibaca ratusan ribu pasang mata. Saya tidak melihat Jokowi seperti yg saya tulis sejak 2012. Â Entah apakah Jokowi merasakan kekagetan serupa.
Demikianlah hingga proses copras capres pun dimulai. Kekalahan itu pasti menemukan jalannya sendiri.
Pertama, tercampaknya nama Mahfud dan Sandi effect di detik terakhir. Saya kaget. Saat mencuat nama Mahfud, Saya dan beberapa kawan melihat pilpres sudah selesai. Jokowi di atas angin. Mahfud mampu menutup lubang-lubang kekurangan Jokowi. Tapi nasi mulai menjadi bubur... Elektabilitas Jokowi mangkrak sedangkan Prabowo merangsek naik dengan Sandiaga effect-nya.