Mohon tunggu...
Yaser Ace
Yaser Ace Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pass | Blogger | Traveler | Entrepreneur | Pontianak - rumah maya di http://yaserace.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pontianak, (Bukan) Kota Kuntilanak!

14 Juli 2011   18:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:40 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila anda masih memercayai Google sebagai tempat mengadu paling ampuh, anda pasti mengamini judul tulisan ini. Hampir lima tahun lalu, saya dan beberapa blogger lokal geleng-geleng kepala. Benar, kala itu kami kaget melihat hasil pencarian tentang "Pontianak" di Google. Untuk kata kunci Pontianak, yang menempati halaman pertama hampir tak mengalami pergeseran, dari dulu hingga kini. Isinya, tak jauh-jauh dari hantu (baca: kuntilanak). Bagi kaskuser, pertamax adalah kebanggaan. Bagi online marketer, page one di Google berarti uang. Namun bagi Pontianak, halaman pertama Google adalah sebuah ketakutan.

Dengan bergiat memperbanyak posting yang positif tentang Pontianak, saya berharap akan tergesernya konten “beraroma kamboja” dari halaman pertama Google. Bagi Google, content is king. Tulisan ini menjadi ikhtiarnya.

Pontianak sebagai ibukota Kalimantan Barat, bila mau jujur, seperti gambaran bangsa Indonesia di mata dunia. Pontianak selama ini tidak mendapat perhatian lebih dari pemerintah pusat. Sebagai kota jasa dan perdagangan, perekonomian Pontianak nyaris bergerak tanpa campur tangan pemerintah (pusat). APBN yang teralokasi sangat minim untuk menggerakkan roda ekonomi. Belum lagi bila ditambah acara “sunatan massal” di tataran lokal. Tak sedikit anggaran yang menguap.

Tentu tak elok bila semangat mengutuk kegelapan tidak diikuti upaya menyalakan lilin. Nah, berikut nyala keunikan Pontianak yang dapat mengukir kesan di hati. Syukur-syukur bila ada niat berwisata ke Pontianak atau malah, balek kampong!

- WARKOP

Warkop atawa Warung Kopi. Sangat mudah menemukannya di Pontianak. Terutama sepanjang jalan Gajahmada dan Tanjungpura. Kawasan ini merupakan surga kuliner. Bila ke Pontianak, sempatkan anda mengitari jalan ini di waktu malam. Meski belum dikemas secara maksimal, namun untuk wisata kuliner, di sinilah tempatnya. Seorang teman berkata, bila ingin berbisnis kuliner, Pontianaklah tempatnya!

Ups, hampir lupa, bila ingin ngopi, coba pesan Kopi Pancong, menu andalan warkop sejak dulu. Amboy bila ditemani pisang goreng srikaya di Warkop Winny. Mertua lewatpun tak dipandang. :)

Hampir semua penduduk Pontianak, pasti pernah ngopi di warkop. Di warkoplah, demokrasi menunjukkan wujud. Siapapun bebas bicara apapun. Tak ada dusta. Tak ada amarah. Semua terbuka.

- KAPUAS, one stop tourism

Sungai Kapuas, Tugu Khatulistiwa, Kraton, Masjid Jami’ merupakat paket komplit wisata Pontianak. One stop tourism! Setengah jam dari bandara Supadio anda tiba di Sungai Kapuas. Daya pikatnya akan lebih terasa bila anda menyusurinya lewat jalur air. Anda dapat menikmati eksotisme sungai terpanjang di Indonesia, lalu singgah ke Kraton Kadariah yang persis berhadapan dengan Masjid Jami’. Asal muasal Pontianak terletak di sini.

Konon, sang pendiri kota Pontianak, Syarif Abdurrahman sering dihantui Kuntilanak. Untuk mengusirnya, beliau terpaksa melepaskan tembakan meriam, sekaligus menandakan wilayah kesultanan di mana tempat meriam itu jatuh. Peluru meriam itu jatuh melewati simpang tiga Sungai Kapuas dan Sungai Landak, kini lebih dikenal dengan wilayah Beting, Kampung Dalam Bugis.

Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Tugu Khatulistiwa. Titik nol derajat. Setiap tanggal 21 Maret dan 23 September, bayangan tubuh akan menghilang bila tepat berdiri di titik kulminasinya. Matahari tepat berada di titik tersebut. Tugu Khatulistiwa menjadi simbolnya. Menarik bukan? Keunikan yang memang tidak hanya milik Pontianak, tapi untuk sebuah ibukota, Pontianak satu-satunya ibukota di dunia yang dilewati garis Khatulistiwa.

Sayangnya lagi-lagi, ini belum “dijual” dan dikemas secara maksimal. Belum ada paket wisata yang berani menawarkan wisata sejarah menyusuri sungai Kapuas dan rehat sejenak di Tugu Khatulistiwa. Terkesan bila Sungai Kapuas masih menjadi dapur, bukan terasnya Pontianak. Setidaknya bila berkaca dari tetangga Pontianak: Kuching, Malaysia!

Pontianak merupakan potret bangsa: raksasa yang sedang tidur! Potensi besar namun belum tergali optimal. Sungguh tak elok berharap perubahan kepada siapa pun. Berbenah diri tentunya menjadi jawaban dini. Belum terlambat untuk memulai segala yang baik. Dan, akhirnya kelak, Pontianak pun menjelma menjadi kota bidadari, menggantikan kuntilanak, yang nangkring di halaman pertama Google. Wallahu a’lam.

image: Jembatan Kapuas

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun