Mohon tunggu...
Ahmad Yasin Amanullah
Ahmad Yasin Amanullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Prodi Pendidikan Biologi FKIP

Membaca segala bentuk tulisan, menulis hal hal yang bermanfaat, ulet dalam berorganisasi, mudah dalam membangun relasi, berkelana, astropluviophile

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangkitkan Harapan Lewat Tanaman Obat Keluarga: Peran Mahasiswa dalam Pemberdayaan Desa Ngasem

13 Juli 2024   14:52 Diperbarui: 13 Juli 2024   15:34 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi bersama, Sosialisasi PPK Ormawa dan Desa Konservasi Toga - Tim PPK Ormawa HMP Biologi Lotus 2024/Dokpri

Di tengah gemerlapnya aktivitas Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa) di seluruh organisasi mahasiswa universitas yang diselenggarakan oleh Belmawa dari Diktiristek Kemendikbud, tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK ORMAWA) Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP) Biologi Lotus Universitas Muhammadiyah Surakarta, berinisiatif untuk mengangkat tema upaya pemberdayaan di Desa Ngasem, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sosialisasi PPK Ormawa yang mengusung tema "Harmoni Ekonomi dan Kesehatan: Pemberdayaan Melalui Konservasi dan Pengolahan Tanaman Obat Keluarga di Desa Ngasem" tidak sekadar sebuah acara, tetapi sebuah langkah nyata menuju transformasi ekonomi dan kesehatan masyarakat lokal.

Acara berlangsung pada hari Sabtu, 6 Juli 2024, di balai desa Ngasem, dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Kepala Desa Ngasem, Kepala Puskesmas Desa Ngasem, Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Ngasem, sejumlah masyarakat desa, dan bahkan kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari UIN Surakarta. Ini adalah bagian dari rangkaian kegiatan PPK ORMAWA yang bertujuan mengangkat ekonomi dan kesejahteraan melalui konservasi Tanaman Obat Keluarga (TOGA).


Memahami Kondisi Permasalahan serta Potensi yang Ada

Banyaknya lahan kosong pada Kelurahan Ngasem membuat lahan menjadi tandus dan tidak terurus. Dibuktikan pada temuan bahwa mayoritas masyarakat Kelurahan  Ngasem bermata pencaharian sebagai buruh pabrik, buruh lepas, petani, dan pedagang. Petani yang berada di Kelurahan Ngasem memanfatkan lahannya untuk penanaman jagung. Sebelumnya masyarakat di Kelurahan Ngasem pernah menanam TOGA untuk keperluan lomba. Namun, perawatan yang dilakukan intensif menyebabkan terbengkalainya lahan dan tanah menjadi tandus. Mayoritas masyarakat menjual TOGA dalam bentuk mentah, sehingga harga jualnya rendah. Hal ini menjadikan tim Proposal menginovasikan pengolahan TOGA menjadi minuman jamu modern

Keterbatasan ketrampilan masyarakat dalam menjalankan wirausaha serta kurangnya pemahaman terhadap teknologi menyebabkan pemanfaatan tanaman obat masih menggunakan teknologi sederhana, hal itu menjadikan kurang berkembangnya usaha dalam bidang TOGA khususnya minuman sehat berbasis TOGA. Komoditas tanaman obat keluarga juga masih belum menjadi pilihan untuk dimasukkan kedalam sektor perdagangan organisasi desa karena permintaan di daerah tersebut dan sekitarnya hanya olahan makanan ringan, dan jagung. Padahal kebutuhan terkait produk olahan dari tanaman obat keluarga cukup diminati dan laku keras di daerah lain. Oleh karena itu, dengan adanya inovasi kampung jamu di Desa Ngasem ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Selain itu, untuk melestarikan budaya nenek moyang dengan memanfaatkan tanaman TOGA sebagai pengobatan


Mengawali Langkah-Langkah Pemberdayaan

Program ini tidak hanya bertujuan menyelamatkan warisan tanaman obat tradisional, tetapi juga menggali potensi ekonomi yang terpendam di baliknya. "Hadirnya program ini dengan memanfaatkan lahan rumah warga menjadi kawasan konservasi TOGA diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian warga setempat," ujar Bapak Jombor Setyawan, Kepala Desa Ngasem, dalam sambutannya.

Rencananya, program ini akan berlangsung selama 14 minggu ke depan, dengan tahapan yang terstruktur. Dimulai dari sosialisasi program kerja, pelatihan teknik penanaman TOGA, hingga pembentukan peta dan kawasan biodiversitas, semua dilakukan secara bertahap. Tahapan terakhir dari program ini adalah pembuatan cafe jamu sebagai produk akhir, yang diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan ekonomi alternatif yang berkelanjutan bagi masyarakat desa.


Menginspirasi Melalui Konservasi dan Inovasi

Bagaimana sosialisasi ini menginspirasi? Ini bukan sekadar cerita tentang pengajaran teknis penanaman atau strategi bisnis lokal, tetapi juga kisah tentang bagaimana kolaborasi lintas sektor mampu menciptakan dampak nyata di tingkat grassroots. Melalui upaya ini, desa tidak hanya diberdayakan secara ekonomi melalui peningkatan produksi dan nilai tambah produk lokal, tetapi juga melalui peningkatan kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan alam dan budaya.


Menjaga Tradisi, Menjaga Masa Depan

Kesimpulannya, sosialisasi ini bukan hanya sekadar sebuah acara, tetapi sebuah langkah awal menuju perubahan yang lebih besar. Pemberdayaan masyarakat melalui konservasi TOGA tidak hanya menjanjikan pembangunan ekonomi yang inklusif, tetapi juga menjaga tradisi lokal yang kaya akan pengetahuan dan kearifan lokal.

Semoga, dengan terus bergerak maju, Desa Ngasem dan program ini dapat menjadi teladan bagi upaya-upaya serupa di seluruh Indonesia. Mari kita bersama-sama menyemai harapan dan menjaga harmoni antara ekonomi dan kesehatan melalui upaya pemberdayaan yang berkelanjutan.

Mari berbagi cerita inspiratif ini untuk menebarkan semangat positif dan harapan akan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat desa kita. Bersama, kita bisa menciptakan perubahan yang nyata.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun