Ngasem, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sosialisasi PPK Ormawa yang mengusung tema "Harmoni Ekonomi dan Kesehatan: Pemberdayaan Melalui Konservasi dan Pengolahan Tanaman Obat Keluarga di Desa Ngasem" tidak sekadar sebuah acara, tetapi sebuah langkah nyata menuju transformasi ekonomi dan kesehatan masyarakat lokal.
Di tengah gemerlapnya aktivitas Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa) di seluruh organisasi mahasiswa universitas yang diselenggarakan oleh Belmawa dari Diktiristek Kemendikbud, tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK ORMAWA) Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP) Biologi Lotus Universitas Muhammadiyah Surakarta, berinisiatif untuk mengangkat tema upaya pemberdayaan di DesaAcara berlangsung pada hari Sabtu, 6 Juli 2024, di balai desa Ngasem, dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Kepala Desa Ngasem, Kepala Puskesmas Desa Ngasem, Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Ngasem, sejumlah masyarakat desa, dan bahkan kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari UIN Surakarta. Ini adalah bagian dari rangkaian kegiatan PPK ORMAWA yang bertujuan mengangkat ekonomi dan kesejahteraan melalui konservasi Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
Memahami Kondisi Permasalahan serta Potensi yang Ada
Banyaknya lahan kosong pada Kelurahan Ngasem membuat lahan menjadi tandus dan tidak terurus. Dibuktikan pada temuan bahwa mayoritas masyarakat Kelurahan  Ngasem bermata pencaharian sebagai buruh pabrik, buruh lepas, petani, dan pedagang. Petani yang berada di Kelurahan Ngasem memanfatkan lahannya untuk penanaman jagung. Sebelumnya masyarakat di Kelurahan Ngasem pernah menanam TOGA untuk keperluan lomba. Namun, perawatan yang dilakukan intensif menyebabkan terbengkalainya lahan dan tanah menjadi tandus. Mayoritas masyarakat menjual TOGA dalam bentuk mentah, sehingga harga jualnya rendah. Hal ini menjadikan tim Proposal menginovasikan pengolahan TOGA menjadi minuman jamu modern
Keterbatasan ketrampilan masyarakat dalam menjalankan wirausaha serta kurangnya pemahaman terhadap teknologi menyebabkan pemanfaatan tanaman obat masih menggunakan teknologi sederhana, hal itu menjadikan kurang berkembangnya usaha dalam bidang TOGA khususnya minuman sehat berbasis TOGA. Komoditas tanaman obat keluarga juga masih belum menjadi pilihan untuk dimasukkan kedalam sektor perdagangan organisasi desa karena permintaan di daerah tersebut dan sekitarnya hanya olahan makanan ringan, dan jagung. Padahal kebutuhan terkait produk olahan dari tanaman obat keluarga cukup diminati dan laku keras di daerah lain. Oleh karena itu, dengan adanya inovasi kampung jamu di Desa Ngasem ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Selain itu, untuk melestarikan budaya nenek moyang dengan memanfaatkan tanaman TOGA sebagai pengobatan
Mengawali Langkah-Langkah Pemberdayaan
Program ini tidak hanya bertujuan menyelamatkan warisan tanaman obat tradisional, tetapi juga menggali potensi ekonomi yang terpendam di baliknya. "Hadirnya program ini dengan memanfaatkan lahan rumah warga menjadi kawasan konservasi TOGA diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian warga setempat," ujar Bapak Jombor Setyawan, Kepala Desa Ngasem, dalam sambutannya.
Rencananya, program ini akan berlangsung selama 14 minggu ke depan, dengan tahapan yang terstruktur. Dimulai dari sosialisasi program kerja, pelatihan teknik penanaman TOGA, hingga pembentukan peta dan kawasan biodiversitas, semua dilakukan secara bertahap. Tahapan terakhir dari program ini adalah pembuatan cafe jamu sebagai produk akhir, yang diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan ekonomi alternatif yang berkelanjutan bagi masyarakat desa.
Menginspirasi Melalui Konservasi dan Inovasi
Bagaimana sosialisasi ini menginspirasi? Ini bukan sekadar cerita tentang pengajaran teknis penanaman atau strategi bisnis lokal, tetapi juga kisah tentang bagaimana kolaborasi lintas sektor mampu menciptakan dampak nyata di tingkat grassroots. Melalui upaya ini, desa tidak hanya diberdayakan secara ekonomi melalui peningkatan produksi dan nilai tambah produk lokal, tetapi juga melalui peningkatan kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan alam dan budaya.
Menjaga Tradisi, Menjaga Masa Depan
Kesimpulannya, sosialisasi ini bukan hanya sekadar sebuah acara, tetapi sebuah langkah awal menuju perubahan yang lebih besar. Pemberdayaan masyarakat melalui konservasi TOGA tidak hanya menjanjikan pembangunan ekonomi yang inklusif, tetapi juga menjaga tradisi lokal yang kaya akan pengetahuan dan kearifan lokal.
Semoga, dengan terus bergerak maju, Desa Ngasem dan program ini dapat menjadi teladan bagi upaya-upaya serupa di seluruh Indonesia. Mari kita bersama-sama menyemai harapan dan menjaga harmoni antara ekonomi dan kesehatan melalui upaya pemberdayaan yang berkelanjutan.
Mari berbagi cerita inspiratif ini untuk menebarkan semangat positif dan harapan akan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat desa kita. Bersama, kita bisa menciptakan perubahan yang nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H