Mohon tunggu...
Yas Arman Prayatna
Yas Arman Prayatna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ilmu untuk Hidup dan Hidup Untuk Ilmu

Baca apa yang harus dibaca, Berfikir apa yang semestinya difikir, dan kerjakan apa yang Harus untuk di Kerjakan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mulai Mewaspadai UN

26 Februari 2015   05:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:29 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan msih menjadi tema dan persoalan yang krusial untuk dibahas di Indonesia. Pendidikan yang diharapkan pada UUD yang menjadi cita-cita bngsa Indonesia belum sepenuhnya dirasakan oleh segenap warga negara Indonesia. Pendidikan yang seharusnya diharapkan mampu mengeluarkan output yng bisa menjawab tantangan zaman sangatlah sukar untuk diwujudkan tidak semudah membalikkan telapak tangan atau seperti pesulap yang tinggal mengatakan bim salabim semua keinginan akan dikabulkan.

Pendidikan merupakan projek jangka panjang hampir disemua negara di dunia, tak terkeculi negara Indonesia. Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, ketika pendidikan di negara tersebut baik makaakan semakin siap untuk bersaing di level global begitu pula dengan sebaliknya, maka mau tidak mau pendidikan harus benar-benar menjadi perhatian serius pemerintah dan tidak lagi hanya menjadi eksperimen belaka.

Sejarah mempertontonkan kita bersama bahwa pendidikan di Indonesia hanya sebatas uji coba (eksperimen). Sering kali kita melihat setiap pergantian kepemimpinan juga sering membawa pergantian kebijakan tentang pendidikan baik itu tentang kurikulum yang sudah lelah kita lihat gonta ganti belum lagi jika mendengar janji elit politik negara ini dengan menjanjikan sekolah gratis tetapi dengan begitu banyak nama-nama programnya ini lah itulah seakan-akan membuktikan pendidikan di Indonesia memiliki benang kusut permasalahan yang tiada hentinya.

Tulisan ini bukan kemudian ingin membahas tentang kisruh para elit politik negara ini terkait dengan pendidikan hanya ingin merefleksikan sedikit dari sekian banyak permasalahan pendidikan saja. Tetapi tulisan ini akan lebih membicarakan terkait dengan Ujian Nasional yang setiap tahun rutin dilakukan dan terus mendapat kecaman antara pro dan kontra.

Tidak menjadi rahasia lagi, Ujian Nasional merupakan fenomena menakutkan tahunan di dunia pendidikan di Indonesia. Ini terjadi akibat dari banyaknya pndangan negatif dari masyarakat yang berkaitan langsung dengan UN ini. Mulai dari kebocoran soal UN, jual beli kunci jawaban sampai siswa yang mengalami depresi akibat tidak lulus UN belum lagi jika kita membicarakab tim sukses yang di bentuk dalam sebuah sekolah untuk pengerjaan soal. Lantas apakah masih efektif UN sebagai penentu seorang siswa lulus atau tidaknya?

Kajian dan diskusi tentu sudah marak dilakukan dalam meretas kisruh pro dan kontra UN ini tetapi seakan-akan pemerintah tutup mata dan telinga dengan semua hal ini. Lalu masyarakat boleh berasumsi bahwa apakah UN ini membawa danpak positif bagi kelangsungan pendidikan kita di Indonesia?

Melihat regulasi UN sebenarnya sudah melenceng dari amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas dan PP 19 Tahun 2005 yang menyatakan penyelenggaraanUN merupkan alat evaluasi bukan penentu kelulusan siswa. tetapi kenyataannya adalah jika siswa tidak lulus atau nilainya kurang dari standar nilai yang di berikan di UN maka tetap saja siswa tidak lulus.Alasan pemerintah dengan adanya UN adalah sebagai evaluasi pembelajaran untuk siswa.

Evaluasi pendidikan memang selalu dikaitkan dengan prestasi siswa, jadi jika pemerintah menggunkan UN sebagai evaluasi untuk menentukan prestasi belajar siswa tentu tidak serta merta kita salahkan. Tetapi jika menelisik lebih dalam lagi pengertian dari evaluasi tidak serta merta hanya kita artikan sebagai alat penentu prestasi siswa saja tetapi melainkan juga bisa kita katakan sebagai sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jadi jika demikian halnya dalam soal evaluasi dalam UN seharusnya bukan sekedar mengukur sejauh mana prestasi siswa melainkan mengukur sejauh mana tujuan pendidikan tercapai.

Tetapi hal ini bertolak belakang dengan apa yang menjadi realita. Hari ini kita ketahui bersama bahwa dengan adanya UN membuat Independensi guru sebagai tenaga pendidik dan mengintervensi sekolah sebagai lembaga pendidikan. kenapa demikian? jelas dengan keberadaan UN hari ini menjaadikan guru sebagai alat yang secara tersirat tidak melakukan apa-apa terhadap muridnya. Karena sebenarnya sebagai orang yang mendidik tentunya dialah yang lebih tahu akan prestasi anak didiknya bukan hanya melalui evaluasi dengan UN saja.

Beberapa bulan lagi para siswa mulai tingkatan sekolah dasar sampai atas sudah bersiap-siap akan mengikuti UN. Setiap sekolah mulai mempersiapkan siswanya, mulai dengan serangkaian les private yang di programkan oleh sekolah, try out yang trusdilakukan setiap seminggu sekali untuk membiasakan para siswanya dalam menjawab soal-soal UN nanti.

Belum lagi jikalau kita membicarakan hal negatifnya yaitu para siswa sibuk mencari strategi bagaimana caranya nanti untuk mencontek saat UN berlangsung. Hal ini memang sudah wajar kita dengar ketika adanya UN ini, berhubung beban secara moral siswa sangat luar biasa berat. Banyak kasus yang kita temukan di media cetak tentang siswa yang berprestasi di kelas dan disekolahnya tidak lulus dalam UN ini karena depresi akan ketakutan akan UN ini.

Baru-baru ini Menteri Pendidikan akan memberlakukan sistem online dalam UN, seakan siswa menganggap dunia ini kan kiamat. Bukan karena bisa atau tidak bisanya tetapi lebih kita bayangkan berapa korban yang akan berjatuhan untuk calon penerus bangsa ini akibat bunuh diri ketika dirinya tahu bahwa dia tidak lulus. Belum lagi pendidikan di desa terpencil yang jangankan masuk internet listrik pun masih menggunakan obor dan sebagainya apa tidak semakin membuat pendidikan kita tambah rumit saja.

Lantas sebenarnya pendidikan seperti apa yang ingin di terapkan di Indonesia agar pendidikan kita semakin maju? Atau program apa yang akan diberlakukan untuk kemudian menjadi solusi konkrit pendidikan kit? Entah bagaimana kita menemukan jawaban ini semua jika melihat permasalahan pendidikan kita semakin hari semakin kacau saja. Tetapi bukan berarti semua ini tidak ada solusi dan penyelesaiannya kita harus optimis bahwa akan ada jawaban atas pertanyaan ini.

Sebagai seorang yang cinta akan negarannya tentunya kita harus memberikan subangsih pemikiran kita untuk kemudian dijadikan bahan rujukan dalam membenahi pendidikan Indonesia. Peran pemuda dan semua pihak senantiasa menjadi pemicu semangat bagi pemerintah untuk selalu berpacu membuat sistem pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi. Jika kita hanya saling menunggu, saling menyalahkan bahkan saling hujat sekalipun akan membuat waktu kita sia-sia belaka lalu apa yang harus kita lakukan tentunya bersama-sama terus mengkaji dan merefleksi apa yang menajdi kekurangan dimasa kemarin untuk di perbaiki kedepannya.

Pemerintah dan semua pihak tentunya harus benar-benar berfikir ekstra keras dalam menjawab semua tantangan pendidikan kita dimasa yang akan datang. Harus selalu di Ingat bahwa "...mencerdaskan kehidupan bangsa..." merupakan cita-cita luhur bangsa Indonesia yang terkandung dalam Pembukaan UUD 45, maka gagasan student centeredness atau pendidikan yang berpusat kepada siswa senantiasa mengedepankan dan mengharuskan pembelajar menyadari serta bertanggung jawab atas proses belajar yang di jalaninya. Maka pendidikan di Indonesia tidak lagi membutuhkan evaluasi seperti UN dan pendidikan yang diidam-idamkan oleh seluruh rakyat Indonesia mampu di laksanakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun