Mohon tunggu...
Yarra Wiryadenta
Yarra Wiryadenta Mohon Tunggu... Lainnya - SMA Kanisius Jakarta

Walaupun saya hanya seorang siswa yang duduk dibangku SMA. Ketertarikan saya untuk menulis dijiwai dari ketertarikan terhadap media massa serta masalah atau polemik yang ada di masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan ala Kolese Kanisius: Pendidikan Karakter dalam Aksi Nyata

18 September 2024   22:41 Diperbarui: 18 September 2024   23:20 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terjun Langsung ke Lapangan

Aksi nyata seperti membersihkan sampah di sungai dan lingkungan sekitar dilakukan oleh teman-teman kelas 7 dan 10 di acara Compassion Week. Para siswa diajarkan untuk mencintai alam dan merawatnya dengan baik. Selain itu, teman-teman kelas 8 dan kelas 11 diajak untuk hidup bersama dengan mereka yang miskin atau kekurangan. Mereka diajak untuk mensyukuri kehidupan mereka yang sudah dijalani. Terakhir, teman-teman kelas 12 dan 9 diajak untuk pergi ekskursi dan mencoba mengalami tradisi-tradisi dari agama-agama lain.

Lantas, apa yang didapatkan seluruh siswa setelah kegiatan ini usai? Apakah hilang begitu saja? Tentu, pendidikan seperti ini harus dibarengi dengan cara mendidik yang berulang dan terus-menerus. Setelah kegiatan besar dilakukan, para siswa diajak untuk melihat kembali pengalaman-pengalaman tersebut melalui refleksi. Pada akhirnya, pengalaman-pengalaman berharga perlu direkam kembali melalui penulisan refleksi yang biasa disebut dengan journaling.

Pada akhirnya, pendidikan tidak berhenti pada sebuah kegiatan. Tetapi juga, harus diabadikan melalui refleksi-refleksi dan aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari.  Ketika seseorang telah mengabadikan momen-momen penting ini, bukan hanya akan membekas didalam pikiran mereka, tetapi juga hati mereka karena pengalaman-pengalaman itulah yang memiliki sentuhan humanis yang terkuat diantara materi-materi sekolah lainnya.

Potret pendidikan sekarang tidak bisa mengandalkan fasilitas, kepintaran, maupun para gurunya. Tetapi juga perlu jiwa dalam menjalani pendidikan. Salah satu caranya adalah melalui aksi-aksi konkret. Fasilitas-fasilitas pendidikan, gedung bagus, sekolah dengan biaya mahal tidak menjadi jaminan bahwa seorang siswa bisa memiliki pribadi yang kuat. 

Justru program-program yang dibarengi dengan nilai-nilai melalui aksi-aksi konkret adalah bibit-bibit pendidikan yang akan menjadi pohon besar dan bermanfaat untuk semua. Kolese Kanisius sebagai salah satu sekolah terbaik di Jakarta perlu mempertahankan karakteristik tersebut dan melanjutkan program-programnya yang relevan. 

Sebuah satuan pendidikan tidak hanya sekedar tempat untuk belajar, tetapi sebagai peta atau denah bagi para siswanya berkembang dan menemukan tujuan hidupnya. Melalui sekolah, siswa bisa mewujudkan mimpi, melalui sekolah siswa bisa menggapai dan menggantungkan cita-citanya di langit. Tetapi sekolah juga harus memiliki visi. Seperti kapal dengan seorang nahkoda, sebuah kereta dengan masinis, pesawat dengan seorang pilot, dan sekolah dengan sebuah mimpi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun