Sehingga tidak heranlah jika Menteri Lingkungan Hidup Jepang yang baru, Shinjiro Koizumi mengutarakan akan menutup semua PLTN di jepang disebabkan maha bahaya dan dampak mengerikan yang ditimbulkan PLTN di negaranya (Republika, 12 September 2019).
Dan kabar terbaru dari negara kita sendiri, Indonesia tercinta, tersiar berita mengenai terdeteksinya radiasi nuklir di atas ambang normal di komplek perumahan BATAN Indah, Tangerang Selatan pada awal februrai kemarin.  Tentu kita bertanya, bagaimana hal ini bisa terjadi di komplek perumahan yang nota bene didiami oleh orang-orang yang paham betul dengan bahaya dan dampak radiasi nuklir bagi manusia dan lingkungan.Â
Dikutip dari Detik News tgl 15 Feb 2020, zat cesium (Cs) 137 diduga adalah unsur radioaktif yang mencemari kawasan permukiman BATAN Indah tersebut. Â Unsur radioaktif Cs 137 adalah unsur yang sama dengan yang menyebar ke dunia akibat bencana nuklir Chernobyl tahun 1986 yang dampaknya masih dirasakan sampai kini.Â
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana dengan mimpi BATAN dan para pendukungnya untuk membangun PLTN di Indonesia, sedangkan menangani reaktor nuklir skala kecil untuk tujuan riset dengan produk isotopnya saja masih terkesan sembrono dan asal-asalan? Kejadian yang memalukan ini menunjukkan suatu indikasi jelas bahwa tingkat disiplin, integritas dan budaya keamanan serta keselamatan kita masih belum bisa diharapkan untuk menangani PLTN yang menuntut standar keselamatan super tinggi.
Kalaupun ada "kelezatan" dari uranium ini (setidaknya bagi segilintir pihak yang memperoleh keuntungan), malah semakin jelas akan membawa kesengsaraan bagi rakyat banyak di kemudian hari sehingga lebih tepat diungkapkan sebagai "dangerous uranium" (uranium yang berbahaya). Pilihan ada di tangan pemimpin daerah dan negeri ini, apakah masih belum puas dengan "mewariskan" anak cucu bukan hanya dengan hutang yang menggunung, tapi ditambah lagi dengan limbah PLTN yang berdampak ribuan hingga jutaan tahun.
===========================
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H