"It is by of grace from Allah that you were gentle with them. Had you been harsh, hardhearted, they would have dispersed from around you. So pardon them, and ask forgiveness for them, and consult them in the conduct of affairs. And when you make a decision, put your trust in Allah; Allah loves the trusting."
Marilah kita meneladani sikap dan perilaku Rasulullah saw., seperti yang dijelaskan dalam Tafsir Al-Mishbah, dari peristiwa perang Uhud yang sebenarnya cukup banyak hal untuk mengundang kemarahan. Namun cukup banyak pula bukti yang menunjukkan kelemahlembutan Nabi Muhammad. Beliau bermusyawarah dengan mereka sebelum memutuskan berperang, beliau menerima usul mayoritas dari mereka, meski beliau sendiri kurang berkenan; beliau tidak memaki dan mempersalahkan para pemanah yang meninggalkan markas mereka, tetapi hanya menegurnya dengan halus, memberikan maaf dan memohonkan ampun kepada Allah bagi mereka.
 Kata "musyawarah" terambil dari akar kata syawara yang pada mulanya bermakna "mengeluarkan madu dari sarang lebah". Makna ini kemudian berkembang sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil/dikeluarkan dari yang lain (termasuk pendapat). Kata musyawarah, pada dasarnya, hanya digunakan untuk hal-hal yang baik. Dan madu bukan saja manis, tetapi ia adalah obat bagi banyak penyakit, sekaligus menjadi sumber kesehatan dan kekuatan. Jika demikian, yang bermusyawarah itu bagaikan lebah, makhluk yang sangat disiplin, kerja samanya mengagumkan, di manapun hinggap tidak pernah merusak, tidak mengganggu kecuali diganggu. Tidak heran jika Nabi Muhammad menyamakan seorang mukmin dengan lebah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI