Mohon tunggu...
Muhammad Ainul Yaqin
Muhammad Ainul Yaqin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Dosen Teknik Informatika yang menekuni bidang keahlian Rekayasa Perangkat Lunak, Sistem Informasi, Manajemen Proses Bisnis, Process Mining, dan Arsitektur Enterprise.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengubah Limbah Jadi Emas: Cara Kekinian Bikin Pupuk Organik dari Limbah Biogas

31 Desember 2024   06:44 Diperbarui: 31 Desember 2024   06:44 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.bing.com/images/create/

 Kalau Anda pikir limbah cuma jadi masalah, maka Anda belum kenal potensi tersembunyi dari limbah biogas. Di tangan yang tepat, limbah ini bisa jadi pupuk organik yang nggak cuma ramah lingkungan, tapi juga hemat di kantong. Yuk, kita bahas prosesnya, sambil selipkan sedikit humor biar tetap semangat.

Limbah Biogas: Dari Kotor Jadi Manfaat

Coba bayangkan limbah biogas sebagai artis yang underrated---nggak terlalu diperhatikan, tapi sebenarnya punya banyak bakat. Limbah ini, terutama dari kotoran sapi, masih mengandung nutrisi seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Menurut Maruapey (2017), pupuk dari limbah biogas bisa bikin tanaman cabai merah keriting tumbuh subur dan menghasilkan panen yang lebih banyak. Dosis 12 kg per petak saja sudah terbukti manjur!

Namun, sering kali limbah biogas dianggap cuma sekadar "bau". Padahal, kalau diolah dengan benar, limbah ini bisa mengalahkan pupuk kimia di pasaran. Nurjannah et al. (2018) bahkan menemukan bahwa limbah ini bisa diolah jadi pupuk cair dengan menambahkan bahan-bahan seperti ampas tahu atau urin kambing. Jadi, si limbah ini nggak hanya "naik kasta", tapi juga jadi solusi ramah lingkungan.

Tahap-Tahap Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Biogas

Proses pembuatan pupuk organik sebenarnya mirip seperti bikin masakan. Ada resep, ada bahan tambahan, dan tentu saja ada trik khusus supaya hasilnya maksimal. Berikut langkah-langkahnya:

  • Pisahkan Limbah Padat dan Cair
    Jangan langsung dicampur! Limbah biogas harus dipisahkan dulu menjadi bagian padat dan cair. Menurut Nurjannah et al. (2018), ini penting supaya kita tahu kandungan nutrisi di masing-masing bagian.
  • Pengujian Kandungan Nutrisi
    Bagian ini seperti tes darah buat limbah. Diukur kadar nitrogen, fosfor, kalium, dan karbonnya. Kalau kandungan C terlalu rendah, tambahkan ampas tahu. Kalau N-nya kurang, tambahkan urin kambing.
  • Proses Fermentasi
    Nah, di sinilah si limbah "dimatangkan". Biasanya butuh waktu sekitar 2-3 minggu. Proses ini membantu menghilangkan bau dan meningkatkan kandungan nutrisinya.

Pupuk Organik Cair vs Pelet: Mana yang Lebih Oke?

Setelah limbah biogas diproses, Anda punya dua pilihan: mau dijadikan pupuk cair atau pelet? Sama seperti memilih antara kopi dingin atau panas, keputusan ini tergantung kebutuhan.

Pupuk Cair: Praktis dan Multifungsi

Pupuk cair cocok buat Anda yang suka serba cepat. Menurut Nurjannah et al. (2018), pupuk organik cair bisa langsung diaplikasikan ke tanaman dengan disemprotkan ke daun. Ini kayak memberikan "minuman energi" instan buat tanaman Anda. Namun, hati-hati! Jangan overdosis karena tanaman bisa stres (ya, tanaman juga bisa stres!).

Pelet Pupuk: Nutrisi Jangka Panjang

Kalau pupuk cair itu instan, pupuk pelet lebih seperti "diet sehat". Widyowanti et al. (2021) menemukan bahwa pelet pupuk dari limbah biogas cocok untuk tanaman perkebunan seperti kopi dan kakao. Proses pelepasan nutrisinya perlahan, sehingga tanaman punya asupan yang stabil.

Fun fact: Kelompok Tani Ternak Bulu Andini, yang dibimbing oleh Widyowanti et al., berhasil mengaplikasikan pelet pupuk ini secara efektif. Bahkan, mereka sekarang jadi lebih pede mengelola limbah biogas.

Hasil Panen: Bukti Nyata Efektivitas

Kalau Anda bertanya, "Apakah pupuk dari limbah biogas benar-benar efektif?" Jawabannya adalah: Yes, absolutely!

Maruapey (2017) membuktikan bahwa dengan dosis 12 kg per petak, tanaman cabai merah keriting tumbuh lebih tinggi, punya lebih banyak cabang produktif, dan menghasilkan buah yang lebih besar. Tidak hanya itu, penelitian Utami et al. (2018) menunjukkan bahwa limbah biogas juga bisa meningkatkan pH tanah, kandungan organik, dan nitrogen.

Jadi, pupuk ini nggak hanya memberi nutrisi pada tanaman, tapi juga memperbaiki kualitas tanah. Anda bisa bilang ini semacam "skincare" untuk tanah, bikin sehat dan glowing!

Tantangan dan Solusi: Jangan Menyerah, Gaes!

Tentu saja, nggak ada yang sempurna di dunia ini (termasuk pupuk organik dari limbah biogas). Beberapa tantangan yang sering muncul adalah:

  • Bau Limbah yang Mengganggu
    Solusinya? Fermentasi yang optimal dan penambahan bahan seperti serbuk gergaji atau sekam padi bisa membantu mengurangi bau.
  • Kandungan Nutrisi Tidak Konsisten
    Ini bisa diatasi dengan melakukan pengujian rutin dan menambahkan bahan aditif seperti ampas tahu atau urin kambing sesuai kebutuhan.
  • Kurangnya Pengetahuan Masyarakat
    Widyowanti et al. (2021) menyarankan pelatihan intensif untuk kelompok tani, sehingga mereka tahu cara membuat dan menggunakan pupuk ini dengan benar.

Dari Kotoran ke Kehidupan: Dampak Positif Pupuk Organik

Selain bikin tanaman subur, ada banyak dampak positif dari penggunaan pupuk organik limbah biogas. Ini semacam "win-win solution" untuk lingkungan dan petani.

Lingkungan Lebih Sehat

Pupuk organik mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang bisa merusak tanah dalam jangka panjang. Limbah biogas yang biasanya hanya menjadi polutan kini berubah jadi solusi. Menurut Utami et al. (2018), limbah ini bahkan mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara mikro seperti besi (Fe), seng (Zn), dan tembaga (Cu) pada tanah jenis inceptisol.

Dengan kata lain, tanah nggak cuma subur, tapi juga lebih sehat dan siap untuk musim tanam berikutnya. Bayangkan Anda menyelamatkan bumi sambil menanam cabai---keren, kan?

Efisiensi Ekonomi untuk Petani

Petani seringkali harus merogoh kocek dalam untuk beli pupuk kimia. Nah, dengan limbah biogas yang melimpah dan mudah diolah, biaya pupuk bisa ditekan. Bahkan, dengan sedikit kreativitas, pupuk ini bisa jadi produk bernilai jual tinggi seperti pelet yang dijual ke petani lain.

Menurut Widyowanti et al. (2021), masyarakat yang terlibat dalam pelatihan membuat pelet pupuk organik kini memiliki tambahan penghasilan dari penjualan pupuk ini. Jadi, pupuk organik bukan cuma solusi pertanian, tapi juga peluang bisnis.

Tips Praktis untuk Pemula

Kalau Anda ingin mencoba membuat pupuk organik dari limbah biogas, berikut beberapa tips biar sukses:

  • Pilih Limbah dengan Nutrisi Tinggi
    Kotoran sapi biasanya jadi pilihan terbaik karena kandungan nutrisinya lengkap.
  • Pastikan Fermentasi Optimal
    Gunakan tong tertutup untuk menghindari bau menyengat dan pastikan proses fermentasi berjalan sempurna.
  • Mulai dari Skala Kecil
    Jangan langsung bikin banyak. Cobalah di petak kecil untuk uji coba sebelum diaplikasikan ke seluruh lahan.
  • Konsultasi dengan Ahli
    Kalau bingung, jangan malu bertanya ke kelompok tani atau ahli pertanian. Ilmu mereka bisa sangat membantu.

Jadilah Pahlawan Lingkungan!

Mengolah limbah biogas jadi pupuk organik bukan hanya tentang menciptakan pupuk. Ini tentang memberi nilai baru pada sesuatu yang biasanya dianggap sampah. Dengan cara ini, kita bisa membantu petani, menjaga lingkungan, dan---yang paling penting---menjadi bagian dari solusi global untuk pertanian yang lebih berkelanjutan.

Jadi, mari kita ubah limbah jadi emas, bukan cuma di dompet tapi juga di hati. Kalau Anda belum mulai, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mencoba!

Bagaimana? Siap jadi pahlawan lingkungan sambil menanam tanaman favorit Anda? Kalau Anda punya pertanyaan atau pengalaman seru soal pupuk organik, bagikan di kolom komentar. Kami akan senang mendengar cerita Anda!

Referensi:

  • Maruapey, A. (2017). Pengaruh pupuk organik limbah biogas kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah keriting (Capsicum annum var. Longum). Agrologia, 6(2), 288763. 
  • Nurjannah, N., Arfah, N., & Fitriani, N. (2018). Pembuatan pupuk organik cair dari limbah biogas. Journal Of Chemical Process Engineering, 3(1), 43-46. 
  • Utami, S. W., Sunarminto, B. H., & Hanudin, E. (2018). Pengaruh limbah biogas sapi terhadap ketersediaan hara makro-mikro inceptisol. Jurnal Tanah dan Air (Soil and Water Journal), 14(2), 50-59. 
  • Widyowanti, R. A., Sunardi, S., Setyorini, T., & Renjani, R. A. (2021). Pendampingan Pembuatan dan Aplikasi Pelet Pupuk Limbah Biogas untuk Tanaman Perkebunan. Wikrama Parahita: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 5(1), 15-21.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun