Selain di dapur rumah, e-nose juga bisa menjadi sahabat setia para petani dan peternak. Misalnya, dalam penentuan kualitas kopi atau teh seperti yang dibahas oleh Astuti et al. (2024) dan Handayani et al. (2024). Dengan e-nose, petani bisa langsung memeriksa kualitas hasil panen mereka tanpa harus menunggu hasil uji laboratorium yang memakan waktu.
“Dengan e-nose, panen saya jadi lebih cepat terjual karena pembeli langsung tahu kualitasnya bagus,” kata seorang petani imajiner yang tentunya sangat puas dengan teknologi ini. 😊
Tantangan dan Peluang E-Nose
Tentu saja, tidak ada teknologi yang sempurna. E-nose, meskipun sangat menjanjikan, masih menghadapi beberapa tantangan, seperti:
- Kalibrasi Sensor: E-nose harus sering dikalibrasi agar tetap akurat. Kalau tidak, bisa-bisa alat ini malah salah mendeteksi aroma.
- Harga: Meskipun lebih murah dari metode konvensional seperti GC-MS, e-nose masih cukup mahal untuk skala rumah tangga. Tapi jangan khawatir, teknologi biasanya semakin terjangkau seiring berjalannya waktu.
- Kepekaan terhadap Aroma Kompleks: Seperti yang disebutkan oleh Harsono et al. (2020), e-nose masih perlu ditingkatkan dalam mengenali aroma yang kompleks, terutama jika terdapat campuran berbagai bahan.
Namun, peluangnya jauh lebih besar. Dengan perkembangan machine learning dan artificial intelligence, e-nose akan semakin pintar dalam menganalisis aroma dan memberikan hasil yang lebih akurat dan cepat.
Menyambut Masa Depan Aroma Digital
Pada akhirnya, e-nose bukan sekadar alat yang mencium aroma, melainkan sebuah inovasi yang bisa membawa banyak perubahan positif dalam berbagai industri. Dari pasar tradisional hingga laboratorium canggih, dari dapur rumah hingga perkebunan kopi, e-nose adalah teknologi masa depan yang siap mengubah cara kita mencium dan merasakan dunia.
Jadi, lain kali Anda mencium aroma kopi yang baru diseduh atau ikan segar di pasar, ingatlah bahwa di balik semua itu ada kemungkinan peran kecil dari sebuah hidung elektronik yang bekerja keras untuk menjaga kualitas hidup kita. Dan siapa tahu, mungkin suatu hari nanti, kita semua akan punya e-nose pribadi di rumah. ✨
“Ciuman terbaik itu datang dari e-nose, karena dia jujur tanpa pernah bohong.” 😂
Apakah Anda siap menyambut masa depan di mana aroma digital menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari? Jika iya, mari kita tunggu kehadiran e-nose di toko-toko terdekat!
Referensi:
- Astuti, S. D., Wicaksono, I. R., Soelistiono, S., Permatasari, P. A. D., Yaqubi, A. K., Susilo, Y., ... & Syahrom, A. (2024). Electronic nose coupled with artificial neural network for classifying of coffee roasting profile. Sensing and Bio-Sensing Research, 43, 100632.
- Handayani, R., Sarno, R., Wijaya, D. R., Sungkono, K. R., & Kristiyanto, D. Y. (2024, July). An Approach Sensory Analysis Using Targeted Sensors in Electronic Nose for Assessing Green Tea Quality. In 2024 International Seminar on Intelligent Technology and Its Applications (ISITIA) (pp. 746-751). IEEE.
- D. R. Wijaya and R. Sarno, "Studi kasus pemanfaatan electronic nose dan kecerdasan artifisial di Indonesia," in Prosiding Use Cases Artificial Intelligence Indonesia: Embracing Collaboration for Research and Industrial Innovation in Artificial Intelligence, B. R. Trilaksono, H. Riza, A. Jarin, N. D. S. Darmayanti, and S. Liawatimena, Eds. Jakarta: Penerbit BRIN, Februari 2023, ch. 22, pp. 259-271, doi: 10.55981/brin.668.c558
- Harsono, W., Sarno, R., & Sabilla, S. I. (2020, September). Recognition of original arabica civet coffee based on odor using electronic nose and machine learning. In 2020 International Seminar on Application for Technology of Information and Communication (iSemantic) (pp. 333-339). IEEE.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H