Mohon tunggu...
Muhammad Ainul Yaqin
Muhammad Ainul Yaqin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Dosen Teknik Informatika yang menekuni Bidang keahlian Rekayasa Perangkat Lunak, Sistem Informasi, Manajemen Proses Bisnis, Process Mining, dan Arsitektur Enterprise.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Multi-Tenant dan Proses Bisnis: Bagaimana Satu mesin bisa Jadi Superhero di Dunia Cloud Computing

21 November 2024   10:34 Diperbarui: 21 November 2024   10:40 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bing.com/images/create/

Mari kita lihat implementasinya lebih jauh. Artikel Pathirage dkk. (2011) di konferensi IEEE menunjukkan bagaimana multi-tenant tidak hanya soal hemat biaya, tetapi juga tentang fleksibilitas. Bayangkan Anda punya perusahaan katering yang bekerja dengan klien-klien besar. Workflow untuk klien A butuh persetujuan tiga tahap, sementara klien B cukup satu tahap saja. Dengan multi-tenant, sistem Anda bisa menangani keduanya tanpa harus bikin aplikasi baru untuk tiap klien.

Lalu, bagaimana dengan tantangan seperti keamanan? Jangan khawatir, Pathirage dkk. (2011) juga membahas bahwa arsitektur ini dirancang dengan lapisan keamanan tingkat dewa. Jadi, meskipun berbagi aplikasi, data Anda tidak akan bocor seperti gosip selebriti.

Pentingnya Cloud Native di Era SaaS

Tentu saja, multi-tenant tidak berdiri sendiri. Dalam konteks cloud computing, Azeez dkk. (2011) memperkenalkan WSO2 Stratos, platform cloud native yang memungkinkan multi-tenant bekerja lebih optimal. Apa itu cloud native? Simpelnya, ini adalah aplikasi yang dirancang khusus untuk hidup di cloud, seperti ikan yang nyaman berenang di air.

Dengan platform seperti Stratos, perusahaan tidak hanya bisa mengelola proses bisnis, tetapi juga mengoptimalkan kinerja aplikasi sesuai kebutuhan pengguna. Jadi, Anda bisa fokus pada bisnis inti Anda tanpa harus pusing soal teknis. Lebih banyak hasil, lebih sedikit drama.

WS-BPEL dan Multi-Tenant: Drama Middleware di Balik Layar

Sekarang mari kita bicara lebih teknis tapi tetap seru! Anda pernah dengar tentang WS-BPEL? Ini bukan nama superhero baru, tapi singkatan dari Web Services Business Process Execution Language. Anggap saja ini seperti naskah drama untuk mengatur jalannya proses bisnis dalam sistem berbasis layanan web.

Menurut Anstett dkk. (2009), WS-BPEL memegang peran penting dalam memodelkan dan mengeksekusi proses bisnis di cloud. Tapi, drama muncul ketika proses-proses ini harus dijalankan dalam lingkungan multi-tenant. Tantangan utamanya adalah memastikan keamanan dan kepercayaan, terutama saat Anda menyewa cloud dari pihak ketiga. Kalau tidak hati-hati, data bisnis Anda bisa berakhir seperti kopi gratis di pantry kantor---siapa saja bisa ambil.

Namun, dengan middleware yang mendukung WS-BPEL dalam arsitektur multi-tenant, semua drama ini bisa diatasi. Middleware bertindak sebagai penjaga pintu yang memastikan setiap tenant hanya bisa mengakses "kamar" mereka sendiri. Jadi, meskipun satu aplikasi digunakan banyak pengguna, privasi dan keamanan tetap terjamin.

Arsitektur SOA Multi-Tenant: Rumah Impian untuk Cloud Computing

Sekarang bayangkan skenario ini: Anda ingin membangun rumah yang bisa disewakan sebagai kos-kosan, apartemen, atau bahkan kantor bersama. Anda butuh desain yang fleksibel, bukan? Nah, dalam dunia IT, pendekatan ini disebut Service-Oriented Architecture (SOA).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun