Mohon tunggu...
Muhammad Ainul Yaqin
Muhammad Ainul Yaqin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Dosen Teknik Informatika yang menekuni bidang keahlian Rekayasa Perangkat Lunak, Sistem Informasi, Manajemen Proses Bisnis, Process Mining, dan Arsitektur Enterprise.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Ketika AI Menjadi Sherlock Holmes: Biometrik Membantu Pekerjaan Detektif

19 November 2024   13:32 Diperbarui: 19 November 2024   13:34 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bing.com/images/create

Begini, bayangkan seorang detektif sedang menyelidiki kasus di sebuah acara besar, seperti konser atau pasar malam. Dengan ResNet, mereka bisa menganalisis kerumunan untuk mendeteksi pola demografis. Misalnya, detektif bisa mengetahui bahwa sebagian besar pengunjung di area tertentu adalah pria dewasa. Informasi seperti ini sangat membantu untuk mempersempit fokus investigasi.

Selain itu, teknologi ini juga sangat bermanfaat untuk pengawasan. Misalnya, jika ada laporan tentang kelompok tertentu yang sering terlibat dalam aktivitas mencurigakan, detektif bisa memanfaatkan data dari ResNet untuk mengidentifikasi kelompok tersebut secara lebih efisien. Detektif yang dulunya harus bergantung pada intuisi dan pengamatan mata kini punya "asisten digital" yang siap bekerja 24/7 tanpa kelelahan.

Ketika Teknologi dan Humor Bertemu di Dunia Detektif
Tentu saja, teknologi biometrik ini bukan tanpa tantangan. Bayangkan seorang detektif menggunakan sistem pengenalan suara untuk memverifikasi identitas, tetapi tiba-tiba pelaku memiliki suara mirip penyanyi dangdut terkenal. "Maaf, ini apakah Anda benar-benar tersangka, atau hanya sedang latihan karaoke?" Teknologi mungkin canggih, tetapi terkadang situasi nyata menghadirkan tantangan yang tak terduga dan... cukup lucu.

Namun, di balik humor ini, ada keandalan serius dari sistem biometrik. Sebagai contoh, kombinasi sistem seperti yang diusulkan oleh Ben abdel Ouahab dkk. (2024) dapat memitigasi kesalahan. Misalnya, jika pengenalan suara gagal karena latar belakang bising, pengenalan wajah atau sidik jari dapat digunakan sebagai cadangan. Dalam dunia investigasi, memiliki banyak opsi itu seperti punya kantong Doraemon---selalu ada solusi untuk segala situasi.

Masa Depan Detektif dan Biometrik
Jadi, apakah detektif masa depan hanya duduk santai sambil menyeruput kopi, sementara AI dan biometrik melakukan semua pekerjaan? Tidak juga. Artikel Savage (2024) menegaskan bahwa meskipun teknologi telah meningkatkan kecepatan dan akurasi identifikasi, peran manusia tetap penting. Terutama dalam kasus yang melibatkan sidik jari laten atau kondisi ekstrem lainnya, intuisi dan pengalaman manusia tetap tak tergantikan. Teknologi adalah alat, bukan pengganti.

Namun, kolaborasi antara manusia dan mesin membuka peluang besar. Misalnya, AI dapat digunakan untuk mempercepat pencarian di database besar, sementara detektif fokus pada analisis bukti dan wawancara saksi. Dalam dunia pendidikan, seperti yang dijelaskan Essahraui dkk. (2024), biometrik tak hanya menjaga integritas ujian, tetapi juga menjadi inspirasi untuk aplikasi lain, seperti verifikasi identitas saksi atau pelaku dalam investigasi.

Biometrik, AI, dan Masa Depan Kriminalitas
Dari pengenalan sidik jari hingga identifikasi di kerumunan, teknologi biometrik telah menjadi sekutu kuat bagi para detektif modern. Dengan kombinasi neural networks, sistem multimodal, dan deep learning seperti ResNet, kita sedang menuju era di mana kejahatan menjadi semakin sulit dilakukan tanpa terdeteksi. Namun, kita juga harus ingat bahwa teknologi ini hanya sekuat cara kita menggunakannya.

Jadi, jika suatu hari Anda melihat seorang detektif yang tampak tenang dan percaya diri di TKP, jangan heran. Mungkin, di balik kacamata hitamnya, dia sedang tersenyum sambil berpikir, "Sherlock Holmes? Ah, dia hanya legenda. Saya punya AI."

Referensi:

Savage, N. (2024). Automating Detective Work. Commun. ACM, 67(11), 11--13.
Essahraui, S., Ouahbi, I., Makkaoui, K. E., & Filali Bouami, M. (2024). A deep learning-driven fingerprint verification model for enhancing exam integrity in Moroccan higher education. Information Security Journal: A Global Perspective, 1-13.
Ben abdel ouahab, I., Elaachak, L., Bouhorma, M., Alluhaidan, Y., & Zafar, B. (2024, April). Ensuring Security in Smart Cities through the voice recognition system: A state of the art. In Proceedings of the 7th International Conference on Networking, Intelligent Systems and Security (pp. 1-8).
Singh, P., & Vishwakarma, R. G. (2024). Detection of Gender in Crowds Using ResNet Model. Journal of Electrical Systems, 20(2s), 389-408. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun