Mohon tunggu...
Muhammad Ainul Yaqin
Muhammad Ainul Yaqin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Dosen Teknik Informatika yang menekuni bidang keahlian Rekayasa Perangkat Lunak, Sistem Informasi, Manajemen Proses Bisnis, Process Mining, dan Arsitektur Enterprise.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Ketika AI Menjadi Sherlock Holmes: Biometrik Membantu Pekerjaan Detektif

19 November 2024   13:32 Diperbarui: 19 November 2024   13:34 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bing.com/images/create

Siapa yang tidak kenal Sherlock Holmes? Detektif legendaris ini memukau kita dengan kemampuan deduktifnya yang luar biasa, menyelesaikan kasus dengan detail sekecil jejak debu. Tapi, tunggu dulu---kita hidup di era teknologi! Kini, pekerjaan detektif tidak lagi bergantung pada pembesaran kaca atau pipa rokok, tetapi pada kecanggihan teknologi biometrik dan kecerdasan buatan (AI). Yup, para detektif modern punya "partner baru" yang tak pernah lelah bekerja: neural networks!

Bagaimana AI Membantu Detektif?

Dalam artikel utama yang ditulis oleh Savage (2024), neural networks telah membuktikan diri sebagai alat yang handal dalam identifikasi sidik jari. Masalah klasik yang sering muncul adalah perbedaan pendapat antar pemeriksa manusia tentang kecocokan sidik jari. Siapa sangka, neural networks datang untuk menyelamatkan! Dengan memanfaatkan metode deep contrastive learning, teknologi ini mampu membandingkan pola sidik jari dengan akurasi mencapai 85%. Meskipun belum cukup untuk digunakan di pengadilan, teknologi ini bisa memberikan petunjuk penting untuk investigasi. Ini seperti Sherlock yang selalu punya tebakan pertama yang jitu---tapi masih butuh Watson untuk konfirmasi.

Namun, tentu saja, tak semua orang kagum. Beberapa ahli berkata, "Ah, ini sih bukan hal baru. Dari dulu kita tahu sidik jari orang yang sama punya pola mirip." Tapi, coba bayangkan jika teknologi ini diterapkan untuk mengidentifikasi penjahat lebih cepat. Apa kita harus menunggu detektif manual mengecek satu per satu sidik jari?

Biometrik Membasmi Kecurangan Akademik
Artikel kedua dari Essahraui dkk. (2024) memberi gambaran menarik soal penggunaan biometrik dalam dunia pendidikan. Di Maroko, AI digunakan untuk mencegah kecurangan dalam ujian. Impersonasi alias pura-pura jadi orang lain adalah masalah serius yang bisa bikin mahasiswa "bodong" lulus tanpa keahlian. Solusinya? Fingerprint verification berbasis Siamese Neural Networks (SNN). Dengan akurasi mencapai 99,29%, sistem ini mampu mengenali mahasiswa "nakal" yang mencoba menyontek identitas.

Jika teknologi seperti ini diterapkan dalam dunia detektif, bayangkan saja! Detektif bisa langsung memverifikasi identitas seseorang di TKP hanya dengan sekali scan jari. Ini seperti "lie detector" versi modern, tapi jauh lebih keren.

Biometrik di Kota Cerdas: Keamanan ala Sci-Fi
Mari kita jalan-jalan ke smart city, tempat di mana semua serba digital dan canggih. Dalam artikel Ben abdel Ouahab dkk. (2024), biometrik seperti sidik jari, pengenalan wajah, dan suara menjadi andalan untuk menjaga keamanan. Bahkan, mereka mengusulkan sistem biometrik multimodal---kombinasi beberapa jenis biometrik---untuk meningkatkan keakuratan identifikasi. Bayangkan seorang detektif di kota seperti ini; dia tidak perlu repot-repot bertanya, "Siapa nama Anda?" Sistem biometrik sudah mengenali orang tersebut dari wajah, suara, hingga cara dia berjalan.

Namun, ada tantangan yang menarik di sini: bagaimana jika penjahat menggunakan topeng wajah ultra-realistis atau mengubah suara mereka? Yah, seperti plot film "Mission: Impossible." Untungnya, teknologi biometrik terus berkembang. Para peneliti yakin bahwa kombinasi berbagai metode akan membuat sistem ini hampir mustahil untuk dikelabui. Jadi, kalau kamu berpikir bisa lolos dengan menyamar ala Ethan Hunt, pikir lagi!

Detektif modern pun diuntungkan dengan teknologi seperti ini. Alih-alih mencari tahu identitas pelaku melalui kartu identitas palsu, mereka hanya butuh satu langkah sederhana: "Coba bicara ke mikrofon, Bro." Dan voila! Sistem langsung mencocokkan suara dan mengidentifikasi pelaku. Praktis, bukan?

AI di Keramaian: Mendeteksi Gender untuk Analisis Sosial
Nah, ini dia aplikasi lain dari teknologi AI yang menarik untuk dunia detektif. Artikel Singh & Vishwakarma (2024) menunjukkan bagaimana ResNet, sebuah model deep learning, digunakan untuk mendeteksi gender di kerumunan. Mungkin Anda bertanya-tanya, apa hubungannya dengan pekerjaan detektif?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun