[caption id="" align="aligncenter" width="597" caption="http://cdn-media.viva.co.id/thumbs2/2014/10/31/276717_menlu-israel--kiri--dan-pm-swedia-margot-wallstrom--kanan-_663_382.jpg"][/caption] Beberapa hari lalu, pemberitaan dunia dikejutkan atas pernyataan Menlu Swedia,Margot Wallstrom, dalam harian Dagen Nyheter yang menyatakan kalau Pemerintah Swedia memutuskan untuk mengakui negara Palestina. Menurut Swedia, Palestina sudah memenuhi syarat internasional untuk menjadi sebuah negara. Pengakuan seperti ini adalah langkah penting yang akan memperkuat hak Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri. Pernyataan Menlu Swedia itu pun lalu memicu ajang saling menyindir antara Menlu Israel Avigdor Lieberman dan Menlu Swedia Margot Wallstrom. Dimana Menlu Israel menganggap Swedia tidak tahu menahu permasalahan kompleks yang melanda Timur Tengah. "Pemerintah Swedia harus memahami bahwa hubungan di Timur Tengah lebih kompleks dari sekedar perabotan bongkar pasang IKEA," kata Liebermen, merujuk pada perusahaan ritel furnitur asal Swedia yang terkenal di seluruh dunia. Menanggapi pernyataan itu, Margot merasa itu hanya bentuk rasa humor Menlu Israel dan dengan senang hati akan mengirimkan sebuah perabot bongkar pasang IKEA kepada Liebermen. "Supaya dia juga melihat bahwa yang dia butuhkan untuk memasang semua bagiannya, pertama-tama adalah seorang kawan"kata Margot dikutip laman Israel National News, Jumat 31 Oktober. Menurut Margon, untuk memasang semua bagian perabot IKEA dibutuhkan kerjasama dan pengetahuan yang baik. Itu juga yang terjadi dengan Timur Tengah, di mana hampir semua elemen tersedia untuk mencapai sebuah solusi. Untuk menyelesaikan konflik di Timur Tengah, untuk perdamaian, yang dibutuhkan hanya dua pihak terkait benar-benar duduk di meja yang sama dan mendiskusikan masa depan. Dan saat ini masa yang tepat untuk mengakui Palestina. Apalagi mengingat adanya rencana Israel yang akan membangun pemukiman Yahudi baru. Ia berharap pengakuan atas Palestina ini dapat mengurangi kesenjangan yang ada. Sehingga, Pengakuan akan membuat Palestina memiliki posisi lebih setara dalam pembahasan soal masa depan dengan Israel. UE sendiri menyatakan akan mengakui Negara Palestina jika momentumnya sudah tepat. Sejauh ini, organisasi terbesar Eropa itu memang belum mengambil sikap apa pun terhadap Negara Palestina. Tetapi, UE juga tidak melarang 28 negara anggotanya mendukung Negara Palestina. Sebelumnya, Prancis telah dahulu memberikan pengakuan atas Palestina. Nah, jika kita melihat ke belakang kembali, kasus Palestina dan Israel ini sebenarnya telah ikut terseret-seret sejak masa Kampanye Presiden 2014. Dimana, mendukung kemerdekaan Palestina ini masuk dalam janji salah satu Calon Presiden kala itu. Gadang-gadang janji kala itu, seolah memberi angin segar bagi perdamaian dunia. Kalau kita hitung-hitung kembali, masa kampanye memang telah usai 4 bulan lalu, dan Presiden yang berjanji itu juga telah resmi dilantik dan telah menjabat 14 hari lamanya. Namun, hingga hari ini seolah tidak ada bentuk realisasi janji yang dilakukan Presiden. Lalu, apakah mengeluarkan pengakuan seperti itu akan membutuhkan waktu 5 tahun lamanya?? Bukankah dulu Palestina,negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia ini tidak pakai mikir lama-lama hingga 5 tahun lamanya untuk mengakui RI? Bukankah Swedia juga tidak mikir lama-lama mengeluarkan pengakuan? Lantas, apakah yang ditunggu presiden kita? Apakah menunggu, menunggu hingga rakyat lupa?? Atau menunggu hingga waktu yang pas, yaitu menjelang Pilpres kembali??? Entahlah..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H