Mohon tunggu...
ABIRA
ABIRA Mohon Tunggu... Psikolog - Mahasiswa psikologi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Psikologi Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyebab Seorang Memilih Bunuh Diri menurut Filsuf

30 Desember 2023   03:05 Diperbarui: 30 Desember 2023   03:31 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terjadi banyak sekali masalah atau isu-isu di Indonesia yang sedang banyak sekali di perbincangkan contohnya meningkatnya angka bunuh diri yang terjadi baru-baru ini,jumblah ini meningkat  karena lebih dari 90 persen orang yang bunuh diri memiliki gangguan mental,seperti depresi,gangguan bipolar,atau diagnosis lainnya.


Data kepolisian Negara RI menunjukkan terdapat 750 kasus bunuh diri pada 2021. Jumlah itu meningkat 11 persen dari 671 kasus bunuh diri pada 2020. Pada 2023 pun kasus bunuh diri di Indonesia dilaporkan meningkat. Setidaknya, pada Januari-Agustus 2023 terdapat 866 kasus bunuh diri. Jumlah ini lebih besar dibandingkan periode yang sama pada 2022 yang sebanyak 566 kasus. Kenaikan kasus pada 2023 ini mencapai lebih dari 50 persen dari tahun sebelumnya.
"Ada sekitar 12 juta orang yang mengalami depresi di Indonesia, tetapi hanya sembilan persen yang menjalani pengobatan medis. Sementara itu, ada 0,18 persen yang mengalami gangguan jiwa berat, tetapi hanya 52,1 persen yang minum obat. Itu pun tidak rutin minum obat,".

Faktor lingkungan berperan  penting dalam mencegah seorang bunuh diri.Perilaku bunuh diri umumnya disertai tanda-tanda dan tidak muncul secara tiba-tiba.Karena itu dalam mengenali tanda-tanda bunuh diri pada orang lain amat penting agar perilaku bunuh diri bias dicegah. "Tanda-tanda bunuh diri tersebut harus dikenali oleh orang sekitar. Tanda ini jangan dibiarkan, apalagi dianggap sebagai hal bercanda. Bunuh diri bisa dicegah tetapi perlu dilakukan dengan cara yang tepat,".Menurut saya dalam  menghadapi orang yang berkeingnan untuk bunuh diri,sebaiknya orang yang orang terdekatnya memberikan rasa empati dan reaksi yang tenang, Pastikan pula ketika memberikan empati ditunjukkan dengan keseriusan untuk memahami masalahnya.Hal yang harus dihindari ketika ada seseorang yang ingin melakukan bunuh diri adalah sikap berdebat dengan menyalahkan tindakan yang dilakukan orang tersebut atau membandingkan masalah yang dialami dengan masalah lain yang dinilai lebih berat. Jangan pula menghakimi atau memberikan rasa bersalah kepada orang yang berkeinginan untuk bunuh diri."Reaksi yang membandingkan masalah atau malah memberikan rasa bersalah dan berdosa malah akan memberikan pikiran bahwa tidak ada orang lain yang bisa mengerti akan dirinya,".

Dalam masalah atau isu di atas berkaitan dengan ilmu pengetahuan,yakni filsuf yang mengulas mengenai bunuh diri yaitu Arthur Schopenhauer dengan teorinya pesimis dan kehendak. Filsuf Jerman yang lahir pada tahun 1788 dia berpendapat bahwa menerima dunia hanya sebagai sebuah ide adalah pandangan yang sewenang-wenang, dan bahwa kesadaran hanyalah sebagian dari sifat manusia, dan bagian lainnya adalah "kehendak".

Pesimisme menurut Schopenhauer didasarkan pada keyakinannya bahwa dunia pada dasarnya tidak rasional dan keberadaan manusia ditandai dengan penderitaan.Ia percaya bahwa cara terbaik untuk menghadapi penderitaan adalah dengan menerimanya sebagai bagian yang tak terelakkan dalam kehidupan manusia. Pesimisme Schopenhauer bukan sekedar pandangan negatif terhadap kehidupan, melainkan sebuah konsep filosofis yang mempengaruhi pemikiran filosofis dan psikologis selanjutnya. Singkatnya, pesimisme Arthur Schopenhauer adalah konsep filosofis yang memandang dunia pada dasarnya tidak rasional dan bercirikan penderitaan. Ini adalah cara memandang dan mengevaluasi dunia dan kehidupan dalam perspektif yang kompleks, berisiko, dan bahkan menakutkan.

Teori Kehendak menurut Schopenhauer merupakan dorongan, insting, kepentingan, hasrat, dan emosi.Kehendak untuk HidupMenurut Schopenhauer, kesadaran dan intelek pada dasarnya hanya permukaan jiwakita. Di bawah intelek. Gampangnya, bila kehendak adalah sesuatu yang selalu dikehendaki oleh individu. Maka kita sebagai individu seringkali memutlakan diri sebagai satu-satunya pusat realitas. Lalu merasa paling menderita di antara individu-individu lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun