Mohon tunggu...
Yaya Hidayana
Yaya Hidayana Mohon Tunggu... -

Seorang yang peduli kepada generasi penulis cilik Indonesia https://www.penuliscilik.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Generasi Penulis Cilik Indonesia

6 April 2015   15:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:28 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1428310546458188550

Buku adalah sumber ilmu, buku adalah jendela dunia, setidaknya itu yang tertanam di benak anak-anak Indonesia dan membuat mereka bersemangat membaca. Beragam jenis buku bacaan yang semakin hari semakin berkembang juga menambah semangat membaca mereka.

Teknologi yang saat ini ada seakan menggeser fungsi buku tidak lagi seperti pepatah di atas, khususnya buku dalam bentuk hardcopy. E-book (Buku Elektronik) yang saat ini digemari oleh banyak pembaca mendorong pergeseran itu, tentunya dengan segudang kemudahan yang mampu menarik pembaca. Simpel, itu yang sering orang-orang katakan ketika memilih e-book sebagai salah satu sarana membacanya, dengan e-book mereka seakan dapat membawa banyak buku bahkan ribuan buku yang dapat menemani pembaca kapan dan dimana saja.

Internet yang membuat e-book menjadi popular hingga saat ini, karena banyak sekali orang-orang dermawan membagikan e-book kepada siapa saja yang ingin membaca atau mengunduhnya. Fungsi internet selain untuk berbagi, juga digunakan oleh seluruh masyarakat dunia untuk mengenal isi dunia, jika buku adalah jendela dunia maka internet adalah pintu untuk mengenal dunia.

Sayangnya masih banyak anak-anak dibawah umur yang belum memanfaatkan internet dengan baik, banyak diantara mereka suka menulis status aneh-aneh, unggah foto alay, menghina, menonton film dewasa di media sosial mereka, serta masih banyak hal lain yang menjadi rahasia umum tentunya. Susah memang untuk melarangnya, karena mereka memiliki sarana pribadi yang dapat digunakan kapan saja. Jika kita mengulas penyelewengan penggunaan internet tidak akan ada habisnya, dengan semua kemudahan yang ditawarkan internet seakan menghilangkan tembok besar yang menjadi pembatas arus informasi, dengan itu selalu ada cara untuk melakukannya. Sadar atau tidak jutaan orang tua membuang uang untuk itu.

Internet sehat merupakan salah satu program Pemerintah yang bertujuan untuk memblok situs-situs yang memiliki dampak buruk bagi anak-anak atau generasi muda Indonesia, dengan niat baik itu setidaknya dapat menolong sebagian dari mereka, namun masih banyak situs-situs penyedia proxy atau DNS gratis yang sebetulnya dapat digunakan untuk membuka bloknya, bahkan banyak perangkat lunak gratis lain yang dapat juga digunakan untuk membukanya.

Pertanyaannya, apakah semua anak-anak seperti itu ? ternyata banyak anak-anak yang sudah mengerti pentingnya pengetahuan dengan memanfaatkan internet secara baik dan sehat, diantaranya: sebagai sarana belajar, berbagi info, bahkan promosi, dll. Ada banyak anak Indonesia khususnya yang sering menulis status yang berisi puisi, cerita pendek, syair, bahkan ada yang memiliki blog pribadi yang berisi cerita atau tips karangannya.

Surver yang saya lakukan dari beberapa anak yang suka menulis tersebut di atas, hampir separuh dari mereka tidak ingin menjadi seorang penulis, tetapi dengan cita-cita yang beragam dan jauh dari keseharian menulis. Yang ingin menjadi penulis sendiri, mereka banyak terbentur waktu sekolah dan aktivitas ekstrakurikuler yang membuat mereka susah berbagi waktu.

Banyak diantara mereka yang tidak dapat mengikuti lomba, karena lomba menuntut mereka harus mengarang dengan puluhan halaman, yang coba mengikutinya sekalipun sering mendapatkan rasa kecewa karena tidak menang akibat tidak adanya sarana, waktu, dan pembimbing. Sebagian penyelenggara lomba, banyak yang tidak transparan dari hasil penilaiannya atau lebih tepatnya tidak memberikan respon terhadap karya mereka yang kalah, bahkan penulis sendiri tidak tahu kesalahannya dimana, kurang apa, dan harus seperti apa. Penyelenggara lomba tentunya akan kewalahan jika harus memberikan respon seperti itu. Banyak bimbingan belajar menulis yang hanya fokus terhadap membernya, mereka seakan menutup diri untuk itu dan banyak juga yang tidak mempublikasikan hasil karya membernya, dengan berbagai pertimbangan tentunya.

Penulis status dan pemilik blog pribadi (anak-anak) sedikit sekali mendapatkan respon terhadap karyanya, mereka tidak tau bahwa karyanya itu banyak yang bagus, atau mungkin kurang pengayaan dalam kalimat. Intinya mereka krisis kritikan, yang justru menurut saya itu sangat perlu untuk perkembangan dan kemajuan mereka. Banyak orang tua yang belum menyadari atau mungkin belum mengenal potensi anak dengan baik.

Wujud dari keprihatinan itu, saya mencoba membuat website pribadi yang masih sederhana beralamat di www.penuliscilik.com, kurang lebih berusia 4 bulan dengan promosi mulut ke mulut (sebisanya), dan alhamdulillah mendapatkan banyak respon baik dari anak-anak yang telah bergabung, bahkan mereka banyak sekali memberikan masukan terhadap website tersebut. Jujur saya bukan seorang penulis dan sedikit sekali pengetahuan tentang dunia menulis, jadi kiranya para pembaca dari berbagai kalangan dapat berkunjung dan menuliskan sebaris kata penyemangat untuk mereka.

Harapan saya, dengan adanya website itu dapat membantu anak-anak yang tidak memiliki blog sebagai sarana promosi karya tulis mereka, mampu menularkan kembali semangat membaca dan menulis bagi mereka yang belum sama sekali aktif, dapat membangun generasi penulis cilik Indonesia, karena pertumbuhan penulis cilik Indonesia kalah dengan negara lain, serta saling mengingatkan terhadap karya yang bermasalah sehingga tidak merusak generasi muda Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun