Knowledge adalah sebuah pengetahuan yang yang umumnya dimiliki oleh setiap manusia, pengetahuan yang luas akan meningkatkan taraf pendidikan menjadi lebih berkembang.Â
Pendidikan merupakan salah satu  aspek terpenting dalam kehidupan, kehidupan dengan pendidikan yang baik tentu akan menciptakan kehidupan yang maju dan terencana dengan rapi. Pada abad 21 ini sangat diperlukan pengetahuan yang luas dimana tidak hanya berpaku pada satu aspek melainkan banyak aspek yang perlu dikuasai.Â
Dengan pesatnya perkembangan pengetahuan menuntut individu untuk memiliki keterampilan, wawasan luas, kemampuan dibidang teknologi, berpikir kritis, kolaborasi, inovasi dan kreatif (Ahonen & Kinnunen, 2015; Putri & Zulkardi, 2018) untuk mencapai taraf  hidup yang tinggi (Anwar, 2018).
Pengetahuan terpenting yang mencakup semua aspek adalah pengetahuan di bidang matematika, matematika sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan tentu mempunyai dampak yang sangat besar dalam kehidupan khususnya dalam dunia pendidikan.Â
Untuk meningkatkan hal tersebut bisa kita ambil dengan menerapkan pengetahuan luas yang dimiliki, kultur, serta kepandaian untuk membangun pengetahuan yang actual, dan kontribusi yang lebih lanjut untuk diterapkan dalam permasalahan kehidupan sehari-hari sekaligus dinamakan kegiatan literasi.Â
Kofi Anna mantan sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan "Literasi merupakan jalan dari kesengsaraan menuju harapan" yang mana merupakan slogan di hari Huruf Internasional 2021. Slogan tersebut memperkuat betapa penting sebuah literasi dalam kehidupan karena literasi dapan menjembatani kehidupan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dengan kemampuan literasi yang tinggi dapat mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ke arah tingkatan yang lebih tinggi. Literasi tidak hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikir kritis, dan peka terhadapi lingkungan sekitar.Â
Adapun pembagian literasi dalam pendidikan matematika disebut literasi numerasi, literasi numerasi merupakan keterampilan seseorang untuk merumuskan, memakai, dan mengartikan matematika dalam berbagai aspek (Organization for/Economic Cooperation and Development (OECD), 2017) , artinya literasi numerasi mencakup kemampuan seseorang untuk merumuskan, menggunakan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari secara akurat.Â
Literasi numerasi membawa dampak yang baik tidak hanya untuk peserta didik di sekolah namun akan terbawa kepada kehidupannya sehari-hari dalam menyelesaikan sebuah permasalahan.
Matematika merupakan salah satu bidang yang kerap kali dipandang sulit oleh banyak kalangan salah satunya dikalangan pendidikan yakni para siswa di sekolah.Â
Anggapan itu bisa dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA), PISA ialah program assesement berbentuk ujian fondasi literasi yang mengacu pada keterampilan siswa dalam bidang aksara tulis, matematika, dan science yang dilakukan oleh negara di dunia yang terkumpul kedalam anggota OECD (Organization for/Economic Cooperation and Development).Â
Hasil penelitian PISA mengenai negara Indonesia terhadap kemampuan matematika  ialah Indonesia mempunyai capaian yang rendah di bagian literasi matematika khususnya materi aljabar yang diujikan pada PISA. Berdasarkan data dari OECD diperoleh skor capaian literasi matematika 379 dengan rata-rata 489 (OECD, 2019).Â
Sekitar 28% siswa di Indonesia mencapai level 2, itu artinya capaian literasi yang rendah. Rendahnya capaian literasi matematika disebabkan mereka tidak dibiasakan dalam menginvestigasi persoalan situasional, akibatnya bakal pertimbangan untuk memecahkan persoalan matematika sempit ditambah masih sulitnya menerapkan pola gemar membaca.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki kemampuan membaca dan matematika yang cukup rendah, oleh karena itu menjadi pekerjaan tambahan untuk meningkatkannya dibandingkan negara lain. Untuk meningkatkan hal tersebut tentu tak jauh dari peran orang tua dan khususnya guru di sekolah.Â
Guru sebagai pembingbing para generasi muda tentu harus menciptakan muridnya mempunyai kemampuan berliterasi numerasi yang baik. Sebagai contoh kita lihat contoh soal dari PISA sebagai berikut.
Dari soal PISA diatas siswa harus mampu mempunyai daya berfikir logis dan kritis, siswa harus lebih dulu mempunyai daya tangkap yang relevan terhadap permasalahan dengan memberikan asumsi-asumsi yang tepat agar dapat melanjutkan ke langkah selanjutnya dengan tepat.Â
Selanjutnya siswa juga harus menulis asumsi-asumsi dari pertanyaan permasalahan matematika tersebut. Kemudian siswa bisa memperbaharui persoalan itu kedalam bentuk matematika dengan membentuk model permasalahan matematika, lalu mengidentifikasi isu dan dilanjut melakukan prosedur yang rutin agar mampu memakai strategi yang benar dan tepat.Â
Setelah itu siswa juga harus mempunyai kemampuan untuk memberikan argumen dan menggunakan penalaran untuk memecahkan permasalahan serta mampu menggunakan simbol-simbol dan pengoperasian matematika yang sesuai dan mampu mengakhiri penyelesaian dengan kesimpulan akhir yang jelas.
Untuk mewujudkan siswa mampu menyelesaikan permasalahan itu guru perlu menciptakan pembelajaran yang sesuai apalagi di era kurikulum terbaru yaitu kurikulum merdeka. Apa ya kurikulum merdeka ?
kurikulum merdeka belajar adalah suatu kurikulum pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Di sini, para pelajar (baik siswa maupun mahasiswa) dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin dipelajari sesuai dengan bakat dan minatnya.Â
Pada kurikulum ini siswa difasilitasi untuk memilih bakatnya sendiri. Di kurikulum ini tentu guru bertambah sulit untuk menentukan model pembelajaran yang seperti apa yang harus digunakan.Â
Agar literasi matematika siswa bertambah dan terus berkembang maka guru harus membiasakan materi matematika yang kontekstual, artinya memberikan sebuah hubungan antara materi matematika yang dipelajari dengan kegiatan yang siswa di kehidupan sehari-hari.
Selain itu guru juga bisa memberikan kegiatan-kegiatan yang mempu meningkatkan literasi numerasi siswanya seperti Menggabungkan kata dan angka dalam percakapan, menerapkan konsep matematika dalam berbagai kegiatan, meningkatkan kemampuan numerasi melalui permainan, dan melatih siswa dengan soal-soal numerasi.Â
Guru juga harus mampu membuat model pembelajaran yang tepat yaitu pembelajaran blended learning, penerapan ini mampu membuat siswa lebih aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran. Model ini merupakan perpaduan antara pembelajaran biasa dengan campur kegiatan yang berhubungan dengan web/internet, pembelajaran ini juga membuat siswa lebih terampil dalam dunia teknologi.Â
Walaupun pada kurikulum ini lebih ditekankan pada kegiatan siswanya namun proses itu tidak lepas dari kesadaran dan keterampilan dan dorongan dari gurunya sehingga siswa mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang luas untuk menentukan sukses atau tidaknya dalam memecahkan persoalan masalah yang dihadapi.
Mata kuliah : Literasi Matematika
Pengampu : Nila Ubaidah, M.Pd
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H