Mohon tunggu...
Yanyan AR
Yanyan AR Mohon Tunggu... karyawan swasta -

You may say i'm a dreamer

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa dan Cara Kerja Pikiran: Jika Ada Semangat, Buat Apa Jangan Menyerah?

25 September 2012   23:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:41 3380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bahasa menunjukkan dari mana orang itu berasal dan kemana mereka menuju"

Rita Mae Brown

Anda mungkin akrab dengan pameo: bahasa menunjukkan kepribadian bangsa. Yang sering terlewatkan adalah bahwa bahasa juga membentuk kepribadiannya. “Meski kata mudah diucapkan, namun gemanya akan selamanya,” kata Bunda Theresa. Gema-gema dalam diri manusia yang lantas menciptakan kepribadian.

Lalu bagaimana melakukan pemrograman kepribadian dengan bahasa? Seperti seorang programer yang mengetik skrip, anda harus memasukkan input yang tepat jika menginginkan output yang benar. Semua ada “sintaksnya”. Namun, sebelum bicara tentang sintaks atau aturan mainnya, mari kita selami alam bawah sadar milik Sigmund Freud, bapak psikologi modern.

Alam Sadar Vs Alam Bawah Sadar

Sejak Sigmund Freud, pada 1899, memperkenalkan psikoanalisis kepada dunia, manusia lebih “mengenali” jiwanya. Melalui cabang ilmu psikologi ini, Freud mempublikasikan konsep alam bawah sadar, yang menurut penelitiannya, mengendalikan sebagian besar perilaku (output).

Freud mengumpamakan pikiran manusia seperti gunung es. Di mana puncaknya sebagai alam sadar dan bongkahan yang terbesar di bawah air adalah alam bawah sadar. Dua belas persen berbanding delapan puluh delapan persen.

Permasalahan timbul karena pikiran bawah sadar menyeragamkan input yang benar dan yang salah. Seorang anak yang rajin dapat malas belajar setelah orang tuanya menyebutnya bodoh. Dan jika Anda mengkritik orang-orang  berbahasa kasar, Anda dapat menjadi seperti apa yang Anda kritik bila setiap hari berinteraksi.

Pikiran bawah sadar juga menyamakan imajinasi dengan kenyataan. Contohnya, jika Anda jatuh sakit dan Anda katakan bahwa Anda akan meninggal hari ini, sakit Anda mungkin bertambah parah. Padahal Anda hanya membayangkannya.

Ia menyimpan setiap apa yang Anda lihat, dengar, ucapkan, pikirkan, dan rasakan dengan kelima indera. Menyerapnya seperti spons. Sementara pikiran sadar menganalisa, pikiran bawah sadar akan menerima bulat-bulat apa yang Anda terima sebagai input seperti gudang informasi. Bila terjadi pengulangan input, maka input tersebut dapat berubah menjadi sikap, dorongan, keinginan, dan hasrat.

"Alam bawah sadar adalah sumber dari motivasi dan dorongan yang ada dalam diri kita, apakah itu hasrat yang sederhana, seperti makanan dan seks, atau motif yang mendorong seniman berkarya," ujar Freud

Lupakan PHP dan JavaScript. Anda hanya perlu lebih memahami apa yang harus kita masukan ke dalam pintu alam bawah sadar, tanah yang menerima bibit apapun, baik atau buruk.

Input = Output

Sebelum menulis saya bicara pada diri saya, “Saya bisa”. Saat seorang keponakan dapat menghitung sampai sepuluh saya katakan, “Kamu hebat”. Saat seorang kawan membuat sampul majalah yang layak dipuji, saya ucapkan, “Ini bagus”. Saat ayah terbaring di ranjang rumah sakit saya bertanya,”Sudah sehat Yah?” bukan “Masih sakit Yah?”. Saat pelatihan saya teriakan yel-yel, “Luar biasa!”. Saya mengikuti atasan saya mengganti “masalah” dengan “tantangan”. Dan saat saya belum berhasil saya berkata di depan cermin, “Saya gigih”.

Dengan pengulangan sugesti positif, saya telah menanam bibit unggul pada ladang bawah sadar saya.

Kata-kata merupakan bahasa Anda dengan orang lain dan pikiran merupakan bahasa Anda dengan diri sendiri. Keduanya adalah input dan Anda mungkin sudah tergoda untuk segera mempraktikannya. Berbahasa positif sebanyak mungkin kepada orang-orang yang Anda sayangi dan diri Anda sendiri. Namun, yang perlu di garis bawahi, menyampaikan pesan positif harus dengan kata positif pula. Dalam pelatihannya, pakar hipnosis Drs. Asep Hairul Gani mengungkapkan, “Pikiran bawah sadar mengabaikan kalimat negasi.” Anda dapat mengenali kalimat negasi atau penyangkalan saat menemukan kata “jangan”, “tidak”, atau “dilarang”.

Berangkat dari hal ini, petualangan kita menjelajah jiwa menemui banyak antitesis. Betapa sering kita mendengar orang tua mengatakan kepada anaknya, “Tidak boleh nakal!” Seorang guru menasihati muridnya, “Dilarang mencontek!” Dan seorang kawan menyemangati kita dengan, “Jangan menyerah!”. Jika pikiran bawah sadar mengabaikan kata negasinya, maka kata yang tertinggal dan melekat pada benak adalah “nakal”, “mencontek”, dan “menyerah”. Untuk ilustrasi kalimat negasi dengan hasilnya, contoh paling sederhana adalah instruksi berikut ini: jangan bayangkan apel merah! Sekali lagi, jangan Anda bayangkan apel merah!

Untuk menyulap kalimat negasi menjadi sugesti positif, Anda bisa memodifikasinya menjadi “Jadi anak baik ya”, “Bekerja sendiri-sendiri” dan “Terus semangat!”. Jika Anda ingin mengutarakan “Jangan malas” pada anak Anda, menurut Kang Asep, sebaiknya Anda mengatakan “Yang rajin ya, Nak.” Dan jika Anda ingin menyatakan “Jangan ragu” kepada diri sendiri sebaiknya Anda memilih “Saya yakin”.

Dalam dunia literatur, Ernest Hemingway dikenal sebagai penulis dengan gaya penulisan kuat. Salah satunya karena ia menghindari kalimat negasi. Dan untuk itu, ia menerima pulitzer dan nobel sastra.

Law of Attraction

Tantangan untuk memprogram diri datang dari lingkungan pergaulan. Juga dari lingkungan yang lebih kecil, yaitu di dalam diri. Motivator Tung Desem Waringin memilih tehnik afirmasi untuk menciptakan energi positif dalam tindakannya, yang kemudian menjadikannya The Most Powerful People in Business 2005, versi Majalah SWA. Sederhana, afirmasi atau sugesti diri adalah mengulang-ulang bahasa positif di dalam diri.

Manusia rata-rata melakukan self talk sebanyak 80.000 kata perhari. Pertanyaan untuk diri kita masing-masing: berapa banyak kata negatif yang ada di dalamnya?

Dalam buku The Secret, law of attraction memaparkan bahwa bahasa pikiran adalah magnet. Apa yang kita pikirkan adalah apa yang kita dapatkan. Dari Bill Gates sampai Tiger Woods mengakui hukum tarik menarik inilah yang menjadi resep dasar kesuksesan mereka.

Dalam pelatihannya, Zamil Azaini, Sang Inspirator Sukses Mulia, mengatakan bahwa jika anaknya mengucapkan hal negatif, ia akan menghentikan subsidi uang sakunya selama seminggu. “Hanya boleh ada kata-kata positif di rumah saya,” tegasnya. Jika saat bersama kawan ia terlibat pembicaraan yang negatif, ia akan pergi. “Merusak air dalam tubuh saya saja,” ujarnya sambil tertawa.

Air? Ya air. Terkait dengan pemrograman kepribadian, Zamil juga menganut law of attraction berdasarkan penelitian Dr. Masaru Emoto. Emoto melakukan penelitian dengan membekukan air pada -25 derajat celcius. Kemudian Emoto bereksperimen dengan memberikan kata-kata, tulisan, dan doa terhadap air itu. Ajaibnya, setelah dua bulan percobaan, air yang ia berikan pesan positif terus-menerus, seperti “terimakasih” dan “cinta dan penghargaan”, berubah menjadi kristal segi enam yang merekah seperti keping salju. Sedangkan air yang ia berikan vibrasi negatif, seperti “Kamu membuatku muak”, molekulnya merubah air menjadi kristal buruk rupa.

Mari Bereksperimen

Dua ribu foto kristal air dalam buku “Hidden Message in The Watter” karya Dr. Masaru Emoto, dan fakta bahwa tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, menjadi bukti kekuatan bahasa dan bahwa manusia harus berhati-hati dengan inputnya.

Ini menjelaskan kenapa orang yang stres karena pikiran negatif rentan mengalami gangguan pencernaan, orang yang mudah tersinggung dapat mengidap insomnia, orang yang pesimis cenderung gagal, dan yang terakhir namun mungkin paling menakutkan, orang yang terlalu apatis bisa melemah vitalitasnya.

Bukankah para peneliti juga melakukannya terhadap tanaman? Bunga yang diberikan pesan positif secara kontinyu akan tumbuh segar, dan Anda bisa menebak apa yang terjadi pada tanaman yang diberikan pesan negatif.

Untuk membuktikannya Anda bisa melakukan eksperimen sendiri. Jika Anda enggan membekukan air dengan suhu minus 25 derajat celcius, atau khawatir tetangga memergoki Anda berbicara dengan pohon di halaman, Anda bisa bereksperimen, seperti yang sudah saya lakukan, dengan menggunakan nasi di dalam toples. Hasilnya? Setelah seminggu, nasi yang intens diberikan kata positif beraroma ragi dan bersih, sementara nasi malang yang diberikan kata negatif busuk dan menghitam.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan “bahasa” sebagai “Ling sistem lambang bunyi berartikulasi yg bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran”. Sedangkan Kamus Webster mengungkapkan “languange” sebagai “kata-kata, ucapan, dan metode yang digunakan dan dipahami oleh masyarakat”. Keduanya merujuk kepada bahasa sebagai alat komunikasi.

Sementara orang-orang yang mengambil manfaat lebih besar dari bahasa, mendefinisikan “bahasa” juga sebagai alat pemrograman kepribadian. Sebab dengan memprogram kepribadian diri berarti manusia menjadi tuan bagi diri sendiri.

Peneliti bisa bereksperimen dengan air, dengan bunga, atau dengan nasi, namun sesungguhnya, setiap hari manusia bereksperimen dengan dirinya sendiri. Dengan posisi Bahasa Indonesia sebagai pemersatu 250 juta kepribadian dan 742 bahasa daerah, bukankah seharusnya manusia Indonesia berkepribadian kuat?

Masukan pikiran Anda ke dalam toples pertama, dan mari bereksperimen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun