Mungkin memang benar jika sekolah disebut sebagai suatu tempat untuk menuntut ilmu, membentuk akhlak dan budi pekerti supaya menjadi manusia yang berkarakter baik. Di sekolah tersebut para generasi muda penerus bangsa menuntut ilmu guna mendapatkan pelajaran hidup sebagai modal untuk menjajaki langkah yang panjang dan sebagai batu loncatan ke masa depan.
Dengan pengajaran guru yang tentunya telah membuat berbagai pelajaran budi pekerti, dapat mengarahkan seorang pelajar untuk bertingkah sesuai dengan norma, tetapi ironisnya para pelajar tak jarang melakukan tindakan yang menyimpang dari ajaran norma. Dari kondisi yang seperti ini, remaja yang tergolong dalam sosok pribadi yang tengah mencari jati diri dan identitas ini juga membutuhkan tempat penyaluran kreativitas. Jika tempat tersebut tidak ada atau kurang memadahi, mereka akan mencari berbagai cara sebagai penyaluran rasa nafsu dari jati diri, salah satunya adalah berkelahi secara masal atau yang sering disebut dengan tawuran.
 Masalah yang sedang menjadi perbincangan hangat di dalam masyarakat maupun media massa ini lebih sering di lakukan oleh kalangan pelajar, dan biasanya terjadi di kota – kota besar. Mungkin hanya karena hal kecil atau gengsi antar sekolah, kemudian justru menanggapinya sebagai sebuah hal yang besar dan merupakan sebuah tantangan. Pemicu lain biasanya dendam dan rasa kesetiakawanan yang tinggi hingga membalas perlakuan yang disebabkan oleh pelajar sekolah lain yang dianggap merugikan temanya atau mencari masalah yang berhubungan dengan sekolah tersebut, sehingga tawuran pun menjadi tak terelakkan.
Pemicu timbulnya tawuran pelajar ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah faktor internal, faktor lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan dimana pelajar itu tinggal atau kondisi dalam keluarga.  Di sisi lain, dukungan, dorongan dan doktrin dari orang di sekitar pelajar tersebut atau biasanya dari angkatan yang lebih tinggi atau juga dari alumni yang seolah sudah menjadi kebiasaan dan turun temurun menjadikan pelajar yang terlibat tawuran tersebut semakin semangat untuk melakukan tindakan yang bertolak belakang dengan ajaran pendidikan ini. Â
Maraknya tingkah laku para pelajar yang menyimpang dari ajaran norma ini merupakan suatu kajian yang menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar yang umumnya masih remaja ini sangat merugikan dan perlunya upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini atau setidaknya mengurangi agar tidak terjadi hal semacam ini yang sebetulnya hanya akan merugikan pelajar yang terlibat dalam tawuran itu sendiri, keluarga, sekolah, dan juga dunia pendidikan.
Masa remaja merupakan masa dimana seorang yang menginjak masa kini sedang mencari sebuah jati diri. Pencarian tersebut diterapkan melalui sebuah aktivitas dalam suatu kelompok dan biasanya seseorang yang menginjak masa remaja ini sering menonjolkan egonya dalam kelompok tersebut. Remaja juga rentan melakukan berbagai perilaku negatif yang dilakukan secara bersama – sama atau berkelompok.
Dalam konteks ini, misal kelompok yang dibentuk suatu  siswa dalam sebuah sekolah. Mereka patuh pada norma yang ada di dalam kelompoknya, norma tersebut tertanam sangat kuat dan biasanya bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam kelompok ini jika ada yang melanggar norma kelompok atau bernyali kecil, tak jarang anggota kelompok lain akan mengejek hingga memojokkan dirinya atau bahkan mengucilkannya, dari sinilah sifat berani dan melawan orang tua itu muncul serta tak menghiraukan lingkungan sekitar, sedangkan ia lebih menghormati teman yang ada di dalam kelompok tersebut. Â Kesatuan dan persatuan yang ada pada kelompok dapat memaksa seseorang untuk ikut dalam kejahatan kelompoknya.
Maka dari itu sangatlah tidak mudah untuk menghentikan tawuran pelajar yang telah menjadi sebuah tradisi ini. Dibutuhkan kesadaran diri yang lebih dari pelajar yang terlibat tawuran itu sendiri, juga peran serta lingkungan dan orang – orang yang ada di sekitar pelajar tersebut. Selain lingkungan masyarakat dan orang tua, peran serta pemerintah khususnya dalam dunia pendidikan jauh lebih di butuhkan untuk mengatasi masalah ini.
Misal mendirikan suatu sekolah perlu dipersyaratkan adanya ruang untuk kegiatan olahraga, yang dapat dipergunakan sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan yang melibatkan pelajar dan menjunjung tinggi nilai sportifitas.
Di sisi lain aparat keamanan atau Kepolisian juga sangat memiliki andil yang besar dalam menanggulangi terjadinya aksi tawuran yang di lakukan oleh kalangan pelajar, dengan cara memberikan penyuluhan tentang aturan norma hidup dalam masyarakat, mensosialisasikan tentang keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.