Gemuruh datang---
seperti suara yang tak pernah selesai,
menyelinap di antara celah,
antara doa dan sepi.
Langit mengerut,
menyimpan marah yang tak terlihat,
kita berdiri di bawahnya,
diam,
mengukur jarak antara kilat dan petir.
Ada sesuatu yang pecah,
tapi tak terlihat oleh mata,
hanya suara yang menggetarkan dada,
mengisi ruang yang tak mampu diisi kata.
Gemuruh itu,
adalah waktu yang tak ingin ditunggu,
adalah rindu yang tak pernah punya alamat,
menggetarkan tanah,
tapi tak menyentuh,
hanya lewat---
seperti kita,
yang terjebak dalam hening,
menunggu reda tanpa tahu kapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H