di dalam gedung,
udara tipis mengusap nadi---
dingin, tanpa ampun
membungkus pagi dengan jubah tenang.
jam-jam melayang,
tanpa suara---
aku, terjebak dalam
kesejukan buatan.
lalu langkah membawaku keluar,
ke dunia yang menyala;
mentari menggantung
di langit tinggi,
merapatkan panas pada setiap sudut
kulit dan nafas.
keringat, dulu asing, kini menyapa;
angin yang semula tenang,
kini kering,
menyulut jantung dengan desir tak sabar.
aku bernafas di bawah sengat siang
yang mengguncang.
terik yang memelukku erat---
memberi kisah
tentang api dan debu,
tentang hidup yang tak lagi diam
di dalam kenyamanan palsu.
di sini, di bawah langit terbuka,
aku menulis:
sebaris kata dari dua dunia,
antara sejuk yang mati,
dan panas yang menyala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H