Mohon tunggu...
Yanuaryo
Yanuaryo Mohon Tunggu... Administrasi - tukang kerja pencari cuan dan pahala

pernah suka menulis dan sekarang terinspirasi lagi menulis dikesibukannya mencari cuan dan pahala

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dingin di Antara Terik

19 September 2024   09:55 Diperbarui: 19 September 2024   10:16 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

di dalam gedung,
udara tipis mengusap nadi---
dingin, tanpa ampun
membungkus pagi dengan jubah tenang.
jam-jam melayang,
tanpa suara---
aku, terjebak dalam
kesejukan buatan.

lalu langkah membawaku keluar,
ke dunia yang menyala;
mentari menggantung
di langit tinggi,
merapatkan panas pada setiap sudut
kulit dan nafas.

keringat, dulu asing, kini menyapa;
angin yang semula tenang,
kini kering,
menyulut jantung dengan desir tak sabar.
aku bernafas di bawah sengat siang
yang mengguncang.

terik yang memelukku erat---
memberi kisah
tentang api dan debu,
tentang hidup yang tak lagi diam
di dalam kenyamanan palsu.
di sini, di bawah langit terbuka,
aku menulis:
sebaris kata dari dua dunia,
antara sejuk yang mati,
dan panas yang menyala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun