Semut, hewan kecil ini mungkin sudah biasa ditemukan di sekitar anda. Hewan yang temasuk dalam ordo Formicidae ini sangat suka memakan makanan yang banyak mengandung karbohidrat sebagai sumber untama energi mereka. Tahukah anda dibalik tubuhnya yang mungil ini, banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari semut.
1. Bertegur sapa
Pernahkah anda perhatikan ketika sekumpulan semut menggesekkan antenanya ketika bertemu ? Ya, itulah salah satu kebiasaan semut ketika bertemu teman sesama koloninya. Hal ini mereka lakukan untuk memastikan apakah semut lain yang mereka temui merupakan anggota dari koloni mereka. Kebiasaan inilah yang mungkin sudah hilang dalam kehiduan kita sehari-hari. Jangankan saling "berjabat tangan" seperti semut, kebiasaan mengucapkan salam ketika bertemu seseorang pun sudah mulai hilang dari keseharian kita.
2. Disiplin dan pekerja keras
Semut merupakan hewan yang sangat disiplin. Terdapat tiga kasta pada semut, yaitu kasta reproduktif, kasta pekerja, dan kasta prajurit. Kasta pekerja memiliki jumlah individu yang paling banyak dalam koloni semut. Kasta pekerja sangat disiplin dalam mencari makanan untuk koloninya, berjalan teratur mengikuti jalur sinyal kimia yang sudah ditentukan oleh koloninya, dan mampu mengangkat beban yang lebih berat puluhan kali dari berat tubuhnya tanpa pernah mengeluh. Sifat inilah yang perlahan mulai hilang dari kehidupan kita. Banyak diantara kita yang telat ke kantor, tidak mengantri ketika membeli makanan, dan "ugal-ugalan" ketika berkendara. Dan tidak jarang generasi-generasi muda kita yang bangga jika menjadi seorang pengangguran dengan berbagai alasan. Ada yang merasa malas, susah dapat kerja, ataupun masih suka "nongkrong" yang pada dasarnya menurunkan etos kerja mereka.
3. Melindungi yang lemah
Kasta prajurit merupakan kasta yang memiliki ukuran tubuh terbesar. Tugas mereka didalam koloni adalah untuk melindungi koloni dari serangan musuh serta mengawasi tugas kasta pekerja dalam mencari makanan untuk koloni. Mereka dengan gagahnya berdiri di garis depan jika ada musuh yang menyerang koloni mereka. Kasta prajurit memiliki lapisan kulit yang lebih tebal dan racun di bagian mulutnya sehingga lebih kuat dari kasta pekerja yang memiliki kulit yang lebih tipis karena tidak mengalami penebalan lapisan kutikula. Hal seperti ini pun sudah jarang kita temui dalam kehidupan kita. Orang yang lemah makin ditindas sedangkan orang yang kuat selalu berkuasa. Tidak ada rasa saling melindungi dan membantu terhadap sesama. Yang ada sekarang hanyalah prioritas yang tinggi terhadap kekayaan dan kekuasaan. Tidak heran mengapa penduduk miskin di sekitar kita terus bertambah karena tidak merasa dilindungi haknya oleh orang yang lebih kuat kedudukannya secara sosial.
4. Menaati peraturan
Semut dalam berbagai aktivitasnya dikendalikan ooleh suatu sinyal kimia yang biasa disebut feromon. Feromon merupakan hormon kimia yang hanya dihasilkan oleh ratu semut, untuk mengendalikan seluruh aktivitas koloni semut, seperti mengendalikan kasta pekerja dalam mencari makanan, memerintahkan kasta prajurit jika ada serangan yang datang, bahkan mengendalikan jumlah koloni. Seluruh koloni selalu taat mengikuti sinyal-sinyal kimia yang dikeluarkan oleh sang ratu. Tapi apa yang terjadi pada kita ? Tak jarang peraturan-peraturan yang ada kita langgar, baik peraturan dari penguasa mapun agama. Mulai dari hal yang kecil, seperti melanggar rambu lalu lintas, hingga kasus-kasus korupsi yang merugikan negara ratusan milyar merupakan hal yang biasa terjadi di kehidupan kita.
5. Menyayangi keturunannya
Semut mempunyai kebiasaan yang cukup unik. Semut pekerja selain memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan makanan, mereka juga memiliki tugas dalam merawat telur semut hingga dewasa. Setiap hari telur-telur tersebut dirawat, dibersihkan, bahkan ketika menetas instar semut diberi makan. Begitu sayangnya mereka terhadap telur-telur dalam koloni ketika ada bahaya yang datang, hal pertama yang diselamatkan oleh semut pekerja adalah telur-telur koloni mereka dan dipindahkan ketempat yang lebih aman. Hal inilah yang perlahan mulai luntur dalam kehidupan kita. Tak jarang kasus-kasus pemerkosaan terhadap anak sendiri, pembunuhan orangtua terhadap anaknya, praktek aborsi yang dilakukan remaja-remaja kita, dan bahkan seorang anak yang tega membunuh orangtua mereka sendiri. Suatu perbuatan yang sangat menyimpang dari norma yang ada.
Sudah seharusnya kita introspeksi diri sekaligus berbenah dengan apa yang terjadi sekarang ini. Semut memang binatang kecil yang selalu diabaikan. Tetapi janganlah kita mengabaikan hal yang kecil, ambil sisi positifnya dan jadikanlah hal tersebut sebagai kekuatan untuk memotivasi kita dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik lagi.
Semoga menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H