Berbicara tentang milenial berarti kita berbicara tentang pemuda. Dimana pemuda adalah harapan dan sekaligus penerus cita-cita bangsa, baik buruknya kualitas pemuda akan tetaplah di pundak pemuda di letakan masa peradaban suatu bangsa. Tentu bahwa pemuda bukanlah komunitas tanpa harapan, akan tetapi pemuda adalah komunitas yang di harapkan.
Sejarahpun mencatat hampir semua perubahan di belahan dunia manapun termasuk Indonesia tidak luput dari pemuda. Oleh sebab itu, bahwa peran pemuda begitu penting untuk terus menjadi tulang punggung bangsa dimasa yang akan datang, dan pemuda akan menjadi harapan bangsa dalam membangun dan menjaga identitas negara di mata dunia.
Jadi, Â saya sebagai pemuda milenial mengajak kita sekalian, agar kita sebagai pemuda milenial mampu mempersiapkan diri dalam menjawab tantangan zaman. Tentu secara lebih spesifik kita adalah sosok individu yang berusia produktif dengan mempunyai karakter yang berwatak revolusioner, selalu optimis, berpikiran maju, Â memiliki moralitas yang baik, dan sifat sejenisnya dengan segenap daya kita sebagai pemuda milenial akan menjadi kekuatan utama untuk mengarungi gerakan perubahan dalam bernegara.Â
Tentu juga kita sebagai pemuda milenial marilah kita teruslah bergerak di atas nilai-nilai idealisme dan moralitas, melihat persoalan yang ada dalam kaca mata idealisme dan memberikan reaksi dalam mengkritisme demi terciptanya tatanan yang lebih mapan.
Namun yang menjadi kegelisahan saya adalah orang-orang yang berada di sekitar saya hanya mementingkan indentitasnya sendiri. Pemuda zaman milenial atau istilah sekarang pemuda zaman now kebanyakan hanya merusak moral,  banyak hal yang menyebabkan pemuda milenial terjebak pada logika pragmatisme. Salah satu pemicu zaman era milenial adalah dimana dengan bebasnya  budaya barat masuk dan memberi dampak negatif terhadap peran pemuda, dan dalam menjaga identitas bangsa pun semakin pudar dan pupus. Nilai barat yang tidak sesuai dengan budaya kita diatopsi secara mentah-mentah oleh para anak muda seperti bertindak anarkis,  memakai ganja, seks bebas, tawuran, miras yang membuat moral pemuda hancur akan masa depannya.
Penyebabnya adalah lemahnya sikap kontrol diri, mudah terjebak, dan gampang terpancing oleh lingkungannya.
Hal yang sama juga di sebabkan oleh terkikisnya spirit nasionalisme, cenderung cuek, apatis, Â dan senang mencari jalan pintas atau instan, dan bahkan hal baik dan ajaran pertobatan di kritik, hal vulgar dan abmoral di puji-puji. Kebenaran di perdebatkan, kebohongan di sanjung-sanjung.
Apabila kita kembali melihat perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia yang menjadi masa dimana kebangkitan  kejayaan nusantara setelah era Patih Gajah   Mada-Majapahit, maka kita akan melihat secara jelas bagaimana pemuda begitu signifikan pengaruh dan perannya.  Para pejuang pergerakan, pelopor perubahan kala itu adalah deretan sosok-sosok pemimpin dengan kualitas diri yang baik,  berkemauan keras dan gigih untuk membebaskan bangsa ini dari cengkraman  para penjajah.
Pertanyaannya, Siapakah yang berpotensi untuk mewujudkan kembali perjuangan itu?
Tentunya, bukan golongan anak-anak, Â karena mereka adalah tunas pucuk yang masih mencontoh, Â juga bukan orang dewasa yang sudah usia dini, Â tidak hanya karena tenaga mereka yang berkurang, Â melainkan golongan pemudalah yang di harapkan untuk mensupport baik moril maupun material, agar kerja-kerja kebaikan ini berjalan dengan baik.